Tersesat

127 35 10
                                    

Hello

Absen dulu, yuk 😉

***

"Bumi, ngapain kita berhenti di sini?" Aruna kembali memegang kemeja Bumi meskipun mereka sudah tidak lagi berada di atas motor.

"Kita mau beli helm," jelas Bumi singkat.

"Buat apa? Lo kan udah pake helm?" Aruna bertanya lagi. Pasalnya Bumi memanglah sudah mengenakan helm sejak awal.

"Buat lo. Ayo, kita pilih helm yang lo suka." Bumi menarik pelan kemeja yang di pegang oleh Aruna. Sedikit pergerakan itu berhasil membuat Aruna bergerak mengikuti Bumi memasuki toko yang menjual berbagai macam helm.

"Yang ini gimana?" Bumi menunjuk satu helm bogo wanita berwarna merah muda dengan satu gambar kelinci yang cukup besar.

Aruna lantas menggeleng, "Enggak, ah. Nggak suka model yang itu."

"Kalo ini gimana?" Kali ini Bumi memilih helm dengan model bogo namun desainnya lebih sederhana.

Lagi - lagi Aruna menggeleng. "Gue boleh liat - liat dulu?" Aruna meminta izin karena sedari tadi dia terus menolak hal yang Bumi tawarkan.

"Boleh, dong. Kita kan beli helm nya buat elo. Lo harus pilih sesuai yang lo suka." Bumi tentu memberikan izin dengan senang hati. Tak lupa ia tersenyum hangat agar Aruna merasa nyaman.

Usai mendapatkan izin dari Bumi. Runa lantas bergerak perlahan menelusuri etalase yang menampilkan berbagai macam helm dengan banyak ukuran dan pilihan warna.

Manik mata Aruna memindai dengan seksama semua helm yang terlihat indah. Setelah menemukan satu helm yang dia rasa bagus dan sesuai dengan apa yang dia inginkan Aruna segera menatap Bumi, "Boleh beli yang ini?"

Bumi melihat ke arah helm yang Runa pilih. Runa memilih helm wanita berwarna hitam dengan hiasan bunga berwarna merah muda. Helm yang Aruna pilih terlihat pas untuk gadis secantik dirinya. "Boleh." Bumi langsung mengiyakan.

"Abang, mau helm yang itu satu," panggil Bumi pada abang - abang penjaga toko.

"Satu aja nih? Nggak mau couple an?" Si abang penjual helm sempat - sempatnya memberikan penawaran agar Bumi mau membeli helm lebih dari satu.

"Iya, satu aja. Saya udah ada helm." Bumi menanggapi pernyataan si abang dengan santai.

"Oke, deh. Jadi dua ratus ribu."

"Ini, bang." Bumi membayar helm tadi menggunakan uang cash yang dia bawa.

"Uangnya pas ya. Ini helmnya," ucap abang - abang tadi sembari memberikan helm pilihan Runa pada Bumi.

"Makasih, bang," balas Bumi ramah.

"Sama - sama. Hati - hati bawa motornya. Jangan sampe pacar cantiknya lecet."

"Siap bang."

Bumi mengacungkan jempolnya. Ia tidak sadar respon asal yang dia berikan membuat gadis cantik yang berjalan dibelakangnya merasakan perasaan yang aneh.

"Runa."

Aruna sontak memundurkan langkahnya satu kali. Ia cukup terkejut dengan pergerakan Bumi yang tiba - tiba saja menatap kearahnya.

"Iya?"

"Bisa pake helmnya?"

"Bisa, kok."

"Terus, kenapa helmnya nggak dipake?"

"Helmnya kan masih ada di tangan lo."

"Eh, iya - iya." Bumi tersenyum malu. Ia melirik plastik putih besar yang masih berada di tangan kanannya.

Bad Boy and Silent Princess [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang