Jatuh Sakit

160 33 7
                                    

Ini adalah minggu pertama semenjak panggilan telpon dari Rega. Di hari minggu ini Bumi belum juga bangkit dari tempat tidurnya. Pemuda tampan itu masih betah menggeliat di atas ranjang dengan lampu yang temaram.

Ia membiarkan selimut membungkus tubuhnya. Matanya terus terpejam. Kepalanya pusing. Tubuhnya juga terasa sangat panas. Bumi sadar bahwa akhirnya tubuh yang dia banggakan karena bisa diajak untuk melakukan banyak hal, membutuhkan istirahat.

Dengan memaksakan diri, Bumi akhirnya bisa membuka mata. Tatapan sayu nya jatuh pada langit - langit kamar. Nafas Bumi terasa berat. Ia bernafas dengan pelan. Meski merasa tubuhnya lemah tak bertenaga, Bumi tetap berusaha untuk duduk. Ia menggerakkan tubuhnya secara perlahan. Usahanya berhasil, Bumi akhirnya bisa duduk bersandar pada kepala ranjangnya.

"Badan gue lemes banget. Kepala juga pusing. Andai aja gue punya temen se kamar." Tatapan nanar itu jatuh pada dua single bad yang sudah lama kosong. Selama seminggu terakhir, Mile sama sekali tidak menampakan diri di asrama. Sepertinya, pemuda itu betah berada di rumah.

"Gue harus kuat. Gue harus keluar buat cari obat!" Bumi berkata lirih. Tubuhnya kembali bergerak. Kali ini ia akan berusaha untuk berdiri.

Dengan tubuh yang lemah itu, Bumi mengambil jaket. Ia tidak bermaksud untuk berkendara, dia hanya ingin keluar. Karena saat ini yang terpenting adalah Bumi bisa mencari ojek online untuk mengantar dirinya ke apotek ataupun dokter.

Sebenarnya Bumi bisa saja menelpon Gavin, Gama ataupun Bryan. Bahkan dia juga bisa mengabari Aruna dan Nala. Hanya saja, Bumi memilih untuk mengurungkan niat itu. Dia tidak ingin merepotkan orang lain.

Bumi berhasil memakai jaket miliknya. Kini ia tinggal melangkah beberapa kali guna mencapai pintu. Saat menyeret langkahnya, kepala Bumi kembali sakit. Pandangan matanya berkunang. Ia tidak bisa melihat dengan jelas hingga tubuhnya terhuyung kedepan. Untung saja dia berhasil bersandar pada dinding.

"Lemes banget. Kepala gue juga makin sakit. Mama, andai aja ada Mama." Suara Bumi semakin lirih. Setelah sekian lama, Bumi kembali mengingat Caca. Di dalam sakitnya Bumi merasa melihat Caca datang menghampiri dirinya.

"Mama, ini beneran Mama? Raga kangen, Ma." Bumi tersenyum senang. Tubuhnya kembali bergerak. Tanpa menunggu lama tubuh ringkih itu jatuh tersungkur tatkala si pemilik mulai kehilangan kesadarannya.

***

Ile memarkirkan mobil miliknya di area  asrama sekolah. Setelahnya ia segera mematikan mobil kemudian keluar dengan perlahan. Di hari minggu ini, sebenarnya Ile tidak ada niatan sedikitpun untuk kembali ke Asrama. Namun, entah mengapa dia tidak menemukan headphone kesayangannya di dalam kamar. Padahal, Ile yakin bahwa dia sudah memindahkan beberapa barang pribadi yang menurutnya penting ke dalam rumah.

Sebelum melangkah, Ile menyempatkan diri untuk memberi kabar pada Bumi. Setelah di pikir - pikir, ini adalah chat pertamanya semenjak memiliki nomer Bumi. Karena notabennya, Ile adalah orang yang seringkali malas untuk berbalas pesan.

Pesan pun terkirim. Hanya ada satu ceklis yang dia lihat di dalam roomchatnya. "Gue rasa dia belum bangun, atau mungkin dia emang lagi nggak aktif?"

Usai berkata demikian, Mile lebih memilih untuk segera berjalan menuju kamar asramanya. Selama kedua kakinya melangkah, manik matanya ikut menelusuri jalan yang dia ambil. Suasana asrama sedikit sepi, hanya ada beberapa orang yang berpapasan dengan dirinya di dalam lorong yang sama.

Melihat lift di depan sana, Ile mempercepat langkah kakinya. Pas sekali, saat Ile berhasil mendekat. Pintu lift pun terbuka. Mileano segera memasuki lift kemudian menekan lantai nomor tiga.

Bad Boy and Silent Princess [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang