Tantangan

447 67 183
                                    

Tiga hari sejak pertemuannya dengan Alan. Surat tantangan yang Bumi berikan dan telah di setujui oleh Alan mendapat jawaban. Bumi berjalan tergesa setelah mendapat kabar bahwa utusan dari osis SMA Kharisma telah datang.

Mereka ber empat datang baik-baik ke SMU Virendra. Kedatangan mereka disambut baik oleh Aulian, Amira, Aruna dan Arjuna. Selanjutnya, Amira bertugas mengajak empat anggota osis SMA Kharisma yang terdiri dari Samuel, Ferdi, Akira dan Tristan menuju ke ruangan Osis.

Aulian sendiri bergegas menemui Alan. Kini, tinggal Aruna dan Arjuna yang sibuk berdiri sambil menatap punggung lima orang yang sudah menjauh.

Aruna terdiam. Namun, kerutan di dahinya menandakan bahwa gadis ini tengah berusaha mengingat sesuatu. Setelah memastikan ingatannya, Aruna menatap Arjuna. Kayaknya, gue pernah liat cowok berkalung itu, deh.

Arjuna menaikkan sebelah alisnya. Gue gak pernah liat dia. Mungkin lo salah liat.

Juna, lo emang gak pernah liat dia. Karena, dia itu orang yang gue hajar.

Apa lo yakin?

Gue yakin banget.

Perlu kita bilang ke Abi? Gue takut mereka mau bales lo.

Gak perlu. Gue bisa kok ngehajar mereka lagi.

Runa!

Arjuna melebarkan matanya. Runa hanya bisa tersenyum tanpa dosa. Lihat kan, menjahili saudara kembar itu begitu menyenangkan. Apalagi jika kejahilan kalian tidak diketahui oleh orang lain.

Bumi berdecak. Pemandangan Runa dan Juna yang sibuk bertatapan dan berakhir dengan senyuman manis dari Aruna membuat moodnya turun drastis. Apa-apaan mereka berdua ini. Bisa-bisanya mereka bermesraan di arena sekolah.

Bumi kembali bergegas. Dia berhenti tepat di tengah-tengah Juna dan Runa. Runa refleks memundurkan diri beberapa langkah. Raut wajahnya terlihat sangat kesal.

"Maap. Bukan makhrom. Gak boleh deket-deketan. Nanti yang ketiganya setan, loh." Bumi sok menasehati. Dia menatap Runa sambil tersenyum manis.

Mendapat tatapan menyebalkan dari Bumi. Runa pun membatin, Ya, setannya itu elo! Dasar makhluk Bumi jadi – jadian!

Juna menahan tawa. Saat ini dia cukup paham, bahwa hanya dirinya yang bisa mendengar gerutuan dari Runa. Bumi melayangkan tatapan sinis karena Juna terlihat sedang mengejeknya. Juna hanya melirik Bumi sekilas, dia yang mageran jadi lebih mager melihat tingkah tengil Bumi.

Aruna berlalu. Bumi tersenyum miring. Dia kembali menatap Juna, "Saat ini Runa emang ada di pihak lo. Tapi sebentar lagi, lo gak akan ada artinya buat Runa."

Usai memberi sedikit peringatan pada Juna. Bumi kembali melangkah, dia harus segera menemui orang yang bernama Samuel.

Juna menatap kepergian Bumi dengan memasang senyuman miring. Lagi-lagi dirinya selalu dianggap sebagai saingan berat oleh siswa yang menyukai kembarannya. Padahal, harusnya mereka memperlakukan Juna dengan baik. Karena tanpa restu dari Juna sebagai seorang kakak tentunya mereka tidak akan bisa mendapatkan Aruna.

***

El dan Ferdi berhasil keluar dari ruangan osis. Urusan tentang perlombaan itu sudah di handel oleh Akira dan Tristan. Lagi pula, mereka berdua ikut kemari hanya sebagai formalitas. Tujuan utama mereka adalah menemui orang yang bernama Bumi.

El mendudukan diri di sebuah kursi yang tersedia di setiap lorong kelas. 

Ferdi sendiri masih betah berdiri sambil memasukan tangan ke sebelah saku celananya. Ferdi membuka suara, "Tadi gue liat dia."

Bad Boy and Silent Princess [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang