Makan Siang

382 72 138
                                    

Persiapan lomba hampir selesai. Runa baru saja mengecek persiapan untuk bagian drama. Hasilnya, 85% semuanya akan segera selesai. Itu berarti, pekerjaannya pun akan cepat selesai. Wah, rasanya dia sudah tidak sabar untuk makan bekal buatan Aletta.

"Lima menit lagi kita istirahat. Tolong! Gunakan waktu istirahat untuk makan siang, karena setelah itu kita harus tetap pergi ke masjid," suara Aulian terdengar seperti angin yang menyejukkan.

Siswa-siswi yang sedang sibuk serempak mengukir senyuman. Mereka tentu sangat lelah. Itu lah mengapa, pemberitahuan dari Aulian terdengar sangat menggembirakan.

"Siap pak ketu," jawaban serempak diberikan. 

Aulian tersenyum sumir. Semangat dari setiap siswa dan siswi bagaikan kobaran api semangat untuk dirinya. Ini sangat menyenangkan. Dia harap hasil dari festival tahun ini akan sangat memuaskan untuk semua pihak.

Aulian tak sengaja melihat presensi Aruna. Segera, lelaki dengan almamater abu-abu tua itu menunduk. Tadi, dia sempat melihat senyuman Runa. Senyuman kecil yang ditunjukkan untuk Nala, ternyata tetap memberikan efek pada debaran jantungnya.

Tidak, ini tidak benar.

Lian, segera beristighfar. Langkah kakinya pun di percepat. Sebisa mungkin, dia harus segera menjauh dari jangkauan Aruna.

Aruna menunduk. Lian yang tadi sempat dia lihat, terlihat sangat terburu-buru. Padahal, dia ingin memberikan hasil persiapan hari ini.

"Lo kenapa?" Nala sedikit menundukkan kepala. Dia ingin melihat wajah cantik Runa yang sibuk tertunduk dari tadi.

"Lian."

Nala menegakkan tubuhnya. Walau hanya mendengar kata 'Lian' dari mulut Runa. Nala tetap peka, dia segera mengambil alih catatan dari tangan Runa.

"Sini, biar gue yang kasih. Sekalian mau modus." Nala tersenyum manis. Sebelum pergi, gadis ini menyempatkan diri untuk membenarkan tatanan rambutnya.

"Sekali aja gue liat lo modus. Bekel lo gue sita!" Ile menarik kunciran rambut Nala sembari memberi ancaman. Nala kesal sekali. Dia melayangkan tatapan tajam pada Ile. Langkahnya kembali terayun walau ditambah dengan sedikit sentakan kecil.

"Dasar cewek pemarah," gumam Ile. Lelaki dengan almamater yang ditaruh di bahu kanannya pun tersenyum tipis.

"Kita tunggu Nala di taman belakang aja gimana? Gue capek." Juna terlihat sangat lelah. Wajahnya semakin pucat saja. Tentu saja permintaan Juna langsung disetujui. Mereka bertiga segera keluar dari auditorium.

***

"Hari ini Mommy masakin kita apa?"

Nala sudah tersenyum begitu manis. Terlihat sangat antusias, hingga dengan sengaja menggerakan kepalanya guna melihat lima kotak bekal yang dipegang oleh Ile.

"Ada lima? Kotak punya Raga, Mommy isi juga?" Alis Nala tertaut. Gadis itu baru sadar setelah menghitung kotak bekal dengan lima warna yang berbeda.

"Iya, Mom bilang biar lengkap. Lebih tepatnya, biar gue bisa nambah." Mileano menarik seulas senyuman. Lantas membagikan bekal sesuai dengan warna favoritnya dan tiga sahabatnya.

"Wah, isi bekel gue Ayam geprek sambal matah sama sayur capcay. This is My favorite food." Nala sudah berteriak kegirangan. Dia menatap masakan Aletta dengan sangat bahagia.

Melihat isi bekal Nala yang menggoda. Runa, Juna dan Ile ikut membuka bekal mereka masing-masing.

"Punya gue isinya udang crispy sama tumis brokoli jamur saus tiram. Ada sambel ijonya juga. Ini sih pasti enak banget." Runa ikut antusias. Masakan Aletta itu sangat enak, apalagi jika yang dimasak adalah salah satu makanan kesukaannya.

Bad Boy and Silent Princess [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang