Rumor

443 61 158
                                    

Pukul sepuluh pagi, seorang lelaki berkacamata melangkah dengan pelan. Kedua mata indahnya sibuk membaca setiap hal yang tertulis di dalam buku.

Dia seolah tidak takut salah arah, terbentur orang ataupun benda yang ada di depannya. Arjuna memang seperti ini. Terbiasa membaca sambil berjalan. Terbiasa berjalan tanpa menghiraukan orang lain. Terbiasa sendiri saat sibuk dengan buku ditangannya.

Kebiasaan Arjuna sudah dihapal oleh semua siswa. Tanpa diminta, setiap dia berjalan sambil membaca buku, orang-orang akan menyingkir dari jalan Juna dengan sendirinya.

Mereka menjauhi Juna layaknya Arjuna adalah virus dan bakteri. Sedangkan, Aruna di jauhi layaknya seorang ratu.

Ya, walau perlakuan siswa dan siswi itu pada dirinya dan Aruna berbeda. Setidaknya dengan dianggap sebagai virus, Arjuna memiliki privasi yang tak bisa di ganggu oleh siapapun. Dia tidak perlu berpura-pura ramah, atau peduli pada orang lain. Dengan begitu dia bebas menjalani kesendiriannya.

Oh,ya hari ini adalah h-1 acara festival seni dan olahraga. Itu lah sebabnya pukul sepuluh pagi koridor sekolah terlihat sepi.

Sepi di sini bukan karena para siswa sibuk di dalam kelas. Akan tetapi, mereka semua sibuk di auditorium dan di lapangan.

Juna sudah tau akan hal itu. Namun, dia memilih datang di saat orang sudah sibuk dengan tugasnya masing-masing. Bukan tanpa alasan, dia melakukan ini demi kebaikannya sendiri.

Langkah kaki yang tadi sedikit cepat kini kembali normal. Ada belokan di depan, itu sebabnya Juna memperlambat langkah kakinya. Sebentar lagi dia akan berhasil melewati koridor kelas XII Mipa 4, itu berarti dia semakin dekat dengan tujuannya.

"Iya, ini gak akan tumpah, kok."

Kedua telinga Juna menangkap suara seseorang. Karena terbiasa tak acuh, dia sama sekali tidak berhenti melangkah.

Akhirnya kedua manusia berlawan jenis saling menabrak, tentu saja itu karena keduanya tidak fokus dan tak saling mengalah.

Tepung terigu di dalam nampan yang di bawa oleh siswi berjilbab pun tumpah. Tepung itu mengotori wajah serta kaca mata Arjuna. Buku biologi yang dia bawa pun ikut kotor dan terjatuh ke lantai.

Siswi berjilbab yang berada di depan Arjuna terkejut. Kedua mata bulatnya melebar sempurna, batinnya diselimuti rasa takut.

"Ma-maaf," cicitnya menahan takut.

Arjuna tetap diam. Dengan kaca mata yang kotor karena tepung. Dia tentu tidak bisa melihat pergerakan siswi berjilbab yang bernama Ghaitsa Almaira. Alma terlihat buru-buru mengambil sapu tangan.

Dia meletakkan nampan yang dia bawa di sebuah kursi lebih dulu. Setelahnya, kedua tangan Alma mencopot kacamata Juna.

Alma, melipat kacamata itu dengan tangan kirinya. Sedang, tangan kanannya sibuk membersihkan wajah Arjuna menggunakan sapu tangan berwarna merah muda.

Arjuna bergeming. Tumben sekali, dia tidak menolak saat seseorang menyentuhnya. Juna membiarkan Alma membersihkan tepung terigu dari wajahnya.

Gadis itu tak banyak bicara. Setelah pekerjaannya selesai. Dia langsung membersihkan kaca mata milik Juna menggunakan tisu kecil yang baru saja dia ambil dari dalam tas berwarna hitam.

Manik mata Juna perlahan terbuka. Juna mengerjap, gadis yang membantunya ternyata masih berdiri di hadapannya. Sesekali Juna akan mencuri pandang pada gadis itu. Namun, Alma sama sekali tidak mencoba melihatnya lagi. Alma benar-benar hanya terfokus pada kacamatanya saja.

Alma mengembuskan napas. Sedikit merasa lega, karena pekerjaannya sudah selesai. Dia menatap kaca mata milik Juna.

Bagaimana sekarang? Apa yang harus dia lakukan? Rumor tentang Juna sangat diketahui oleh seluruh warga sekolah. Termasuk dirinya. Lalu, apa Juna akan mengerti bahwa dia tidak sengaja menabrak Arjuna?

Bad Boy and Silent Princess [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang