Saturday Night

414 70 144
                                    

Malam minggu akhirnya tiba. Runa, Nala dan Ile menuruti permintaan Juna untuk menonton bersama. Mereka bertiga sudah berada di kamar milik Juna. Arjuna, si pemilik kamar sibuk menyiapkan camilan sebagai tuan kamar katanya.

Runa ingin membantu, tapi Juna bersikeras menyiapkan semuanya sendiri. Alhasil, Runa memilih rebahan di ranjang Juna bersama dengan Nala. Sedang, Ile sibuk melihat isi rak buku Juna yang bertambah banyak.

"Camilan siap."

Juna tersenyum manis. Dia tidak memakai kacamatanya, tangan kanannya dengan cekatan menyiapkan banyak makanan dan minuman di atas meja.

Runa dan Nala mendekat, mereka berdua turut membantu.  Melihat senyuman Juna, Runa dan Nala jadi ikut tersenyum. Rasanya sudah sangat lama mereka tidak melihat Juna seceria ini.

"Gue siapin animenya, ya. Lo mau nonton apa?" Ile sudah berjalan ke arah laptop dan proyektor. Dia berjongkok lalu menatap Juna sebentar.

"Nonton, Your Lie in April," balas Juna setelah pekerjaan menata makanan dan minuman selesai.

Mereka bertiga pun duduk di been bag sofa yang berwarna warni. Ada lima been bag sofa di sini, walau Raga tidak di sini mereka tetap menyisakan tempat untuk Raga.

Ile mengangguk paham. Dengan cekatan, dia mensetting anime itu ke dalam proyektor. "Kita udah nonton sampe episode berapa dah? Gue lupa." Ile menggaruk keningnya, berusaha mengingat episode yang sudah mereka tonton.

"Kita udah sampe di episode 18. Tinggal 4 episode lagi menuju ending." Juna menjawab dengan antusias. Kisah yang Kousei alami membuat dirinya berhayal bisa menemukan cinta sejati seperti Kousei. Yaitu, seseorang seperti Kaori. Seseorang yang akan memberi banyak warna di hidupnya.

Ile kembali mengangguk. Dengan cepat dia mencari episode 18. Setelahnya, Ile duduk di been bag sofa berwarna abu-abu tepat di sebelah been bag sofa berwarna hitam. Warna favorit Raga.

Mereka ber empat fokus menonton. Sesekali mereka memasukan camilan dan mengunyahnya dengan santai.

Dua jam berlalu dengan cepat. Mereka berempat selesai menonton anime tersebut. Wajah Juna terlihat murung, Ile datar-datar saja, Runa dan Nala mengukir raut bahagia.

Terlihat jelas, bahwa Juna terlalu mendalami menjadi sosok Kousei yang kehilangan Kaori. Sedang, Runa dan Nala yang lebih pro pada Tsubaki terlihat bahagia karena akhirnya Tsubaki dan Kousei bisa kembali dekat lagi.

"Wah akhirnya selesai juga." Nala menyandarkan tubuhnya. Rasa penasaran dan kesalnya terbayar dengan ending yang cukup memuaskan.

"Iya, akhirnya Tsubaki dan Kousei bisa deket lagi tanpa ada Kaori." Aruna dan Nala saling bertos ria. Kedua gadis dengan piyama merah muda ini sangat kompak sekali hingga membuat atensi Juna teralih.

"Kenapa lo berdua gak suka sama Kaori?" pertanyaan itu terlontar. Entah mengapa, Juna jadi penasaran dengan alasan ketidaksukaan kembaran dan sahabatnya pada Kaori.

Ile memilih waspada, dia harus bisa menjadi pihak penenang karena pertanyaan Juna terasa akan memancing sebuah perdebatan.

"Karena, gue sama Nala lebih mendalami jadi sosok Tsubaki. Di sadari atau enggak, Kaori udah berhasil nyuri Kousei dari Tsubaki. Walaupun pada akhirnya Kousei juga cinta sama Kaori tapi tetep aja kasian Tsubaki, 'kan? Secara gak langsung Tsubaki di manfaatin sama Kaori. Cuma gara – gara dia punya penyakit."

"Bener banget. Kaori jahat tau Jun, dia udah tau kalo Tsubaki suka sama Kousei, tapi kenapa dia mau rebut kebahagiaan orang lain buat bikin dia bahagia." Nala ikut-ikutan berpendapat.

Bad Boy and Silent Princess [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang