Bertemu Alan

560 75 264
                                    

"Kaki Fikri beneran patah? Di patahin sama cewek dari SMU Virendra?"

Samuel menatap nyalang ke arah anggota gengnya. Dia berdiri seraya menaikkan satu kakinya diatas kursi, sorot tajam itu membuat beberapa orang tak berani membuka mulut.

Ferdi mengembuskan napas. Sebagai saksi hidup serta saksi atas kekerasan Aruna yang menimbulkan beberapa lebam di tubuhnya pun berdiri. Sontak saja matanya menuntut agar beberapa orang satu gengnya menjauh.

Usai memastikan mereka tak lagi ada di sini. Fokusnya teralih pada 'El' sosok yang di jadikan ketua geng di SMA Kharisma.

"Itu bener. Lo bisa liat sendiri, 'kan? Luka gue masih belum sembuh." El menelisik wajah Ferdi. Memang benar, ada beberapa bekas luka lebam yang masih tercetak dengan jelas.

"Lo ngelawan setan?!" tanya El, dia tidak sepenuhnya yakin dengan yang dia ucapkan. Luka yang di derita Ferdi cukup membuatnya terkejut dan tak habis pikir. Bagaimana bisa siswi dari SMU Virendra yang terkenal tidak penah terjun untuk tawuran dan disiplin itu bisa menghajar wakilnya sampai masuk rumah sakit.

"Dia manusia."

"Manusia macam setan?" terka El lagi. Masih belum puas dengan jawaban Ferdi.

"Dia pake jilbab. Yakali, setan berjilbab." Ferdi menjawab tak berminat. Insiden dirinya di hajar begitu sangat membekas. Bekas pukulan Runa yang mengatasnamakan perlindungan terhadap cewek cukup membuat dirinya tersentil.

"Apa?! Lo bertiga kalah dari cewek berjilbab? Wah, ini gak bisa di pikirin pake logika." El menurunkan kakinya. Kedua alisnya terlihat menyatu, seolah tengah berpikir begitu keras.

Ferdi langsung merotasikan bola matanya. Tingkah tengil El selalu membuatnya jengkel. "Gak usah sok mikir, El. Percuma. Otak lo itu cuma 1Gb doang."

Bukannya marah, El malah tersenyum miring. "Itu sebabnya, otak lo jadi berguna, 'kan? Jadi apa rencana lo?"

"Kali ini gue ikut lo."

"Okey, kita ajak mereka tawuran. Gue mau liat, apa anak-anak SMU Virendra masih punya nyali." El menarik senyuman lagi. Senyuman yang selalu berhasil memikat hati para gadis. Ferdi sendiri memilih diam. Dia sudah sangat mengenal El, sepupunya ini memang suka berbuat sesuka hati.

***

Bumi berjalan dengan begitu tergesa. Setelah sampai di sebuah tempat yang mereka anggap sebagai markas rahasia, dia segera membuka pintu di depannya dengan tidak santai. Hal yang pertama dia lihat adalah Gavin, Bryan, Gama dan beberapa temannya tengah sibuk berkutat dengan buku.

"Kalian ngapain?" Bumi akhirnya bertanya dengan sedikit lembut. Walau gurat amarah masih tercetak dengan jelas saat tangannya terus saja menggenggam kuat sebuah kertas.

"Belajar. Hari ini ada ulangan harian matematika. Mau gabung?" Gavin tersenyum miring. Sepertinya dia sudah tau alasan kedatangan Bumi. Itu sebabnya, Gavin terlihat sangat santai. Padahal wajah Bumi tidak terlihat bersahabat.

"Kalian ... Belajar buat ulangan?! Kita ini badboy! Kalau kita juga rajin. Apa bedanya kita sama mereka?!" Bumi bergerak mendekat. Seolah sudah tak lagi bisa membendung rasa penasaran, Bumi melempar kertas yang dia bawa. "Liat! Kita di tantang tawuran sama Kharisma! Tapi, kalian gak ada yang peduli?! Kalian malah sibuk jadi anak rajin?!"

"Kita bukan gak peduli. Lagian, kalo kita di tantang, emang kita bisa apa?" tanya Gavin setelah berada lebih dekat dengan Bumi. Dia tak lagi mengukir senyuman, ekspresi wajahnya begitu datar.

"Bisa lo jawab. Kita bisa apa?" Gavin mengulang pertanyaannya.

Bumi terdiam. Walau belum genap setahun dia bersekolah di sini. Tetapi, Bumi cukup tau peraturan yang di buat oleh Alan. Alan melarang keras murid dari SMU Virendra untuk melakukan tawuran dengan alasan apapun!

Bad Boy and Silent Princess [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang