04. Makam dan Hujan.

36 13 27
                                    

Hai, aku kembali, jangan lupa vote dan coment ya, terimakasih dadah baibai.
Typo bertebaran dimana-mana. semoga suka. Terimakasih ❤️




kau berada dalam pelukan-Nya, bukan di pelukanku”

Selamat membaca~

Suasana rumah sakit tampak sepi dan sunyi,  Elsa mengambil ponselnya di atas nakas.

05.00

Masih sangat awal.

Elsa mendudukkan dirinya, ia tidak melihat keberadaan Arion dan jaehan. Seperti mereka berdua sudah pulang kerumahnya.

Elsa kembali meletakan ponselnya di atas nakas. Ia menatap gorden yang tertutup rapi, ia menghela napasnya pelan.

Krusuk!!

Elsa terperanjat, ia menolehkan kepalanya kearah sebuah kantung plastik yang di bawa Bagas kemarin malam.

Tangan lentik Elsa mulai bergerak kearah kantung plastik tersebut.
Dan ternyata-

"Aa... Cicak" Elsa berteriak tertahan dan menutup mulutnya, terlihat cicak itu melarikan diri, Elsa merasa bodo amat.

Elsa merebahkan tubuhnya kembali, rasa kantuk mulai menyerangnya, perlahan demi perlahan Elsa menutup matanya hanya setengah sadar.

***

Tok...tok...tok...!

"Billa bangun nak sudah pagi"

Wanita paruh baya itu mengetuk pintu kamar Billa yang tertutup rapi, wajah wanita agak sedikit keriput, dan rambutnya sudah mulai memutih.  Mungkin bisa di tebak wanita itu sudah berkepala lima.

Gadis itu hanya menggeliat di atas kasurnya, dan merogoh ponselnya di sampingnya bantal.

Billa mendudukkan tubuhnya, terlihat gadis itu mengerjapkan matanya berkali-kali.

Wanita yang berdiri di depan pintu tadi itu pun berbalik, "Indah kamu ngapain disitu?" Indah sedikit terkejut dengan suaminya. Sama sepertinya, kulit yang mulai keriput, rambut yang sudah memutih, mungkin suaminya ini sudah menginjak kepala enam.

"Oh, tidak ada, hanya untuk membangunkan Billa itu saja" ujar indah kepada suaminya, Tedy.

"Kita tunggu saja cucu kesayanganmu di bawah" ucap Tedy sembari merangkul bahu sang istri tua tercintanya.

"Dia juga cucu kesayanganmu"

Tedy hanya tersenyum, sehingga menampakkan lesung pipinya.

Indah tau, cucu satu-satunya ini sangat bisa di andalkan dan juga sangat rajin.

Billa berjalan menuju kamar mandinya, ia segera melakukan ritual paginya.

"Jangan menatapku seperti itu" indah menatap Tedy yang  sedang makan dengan telaten, mungkin Tedy merasa terganggu dengan istri tuanya itu. 

"Jangan di anggap serius" indah tersenyum, tangannya bergerak mengambil roti yang sudah di oleskan selai.

Tap...tap...tap...

RAHASIA [ Selow Update ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang