"Tumben Bos lo mau jadi pasanganya Nayla?" Ganu sambil membuang bungkus minuman.
"Gak boleh?"
"Ya boleh, kan gue cuma nanya doang."
"Roy.. Apakah kamu mencium bau-bau Roy?"
"Benar Robi, aku mencium bau-bau cinta disini. Sebentar.." Marko membau disekitar wajah Vito. Dan apa respon yang lain? Dia, cari mati.
"Kanan kuburan, kiri ruang mayat."
Sontak saja wakil ketua menghentikan aksinya. "Yaelah Bos kalem aja kali, tapi bener nih lo gak naksir sama Nayla?"
"Gini deh Bos, kalo lo emang udah polin in lop sama dede Nay ya gakpapa. Kan lumayan tuh kita jadi ada bu Bos. Kalo ada bu Bos berarti ada apa Mong?"
"Ada anggota ciwi-ciwi aduhaii..." Among bersemangat. "Udah pasti tuh, temen-temenya Nayla ikut gabung juga. Kan enak, jadi bisa cucay mata gue."
"Harim mulu ente berdua, inget pacaran tuh dosa. Dilarang keras sama agama." Hendri.
¤¤¤
"Kamu marah sama aku Mey?"
"Enggak."
"Kan kamu tahu rapat semalem dirumah Vito gimana."
"Iya Nay gue gak marah." Mela bersikap lembut.
"Bener? Tapi kok kamu diem aja daritadi?"
"Males aja."
"Kenapa? Cerita sama aku."
"Sekolah tuh terlalu ribet. Lo kan tahu gue gak jago akting. Bisa-bisa Nesa nyuruh gue buat jadi pasanganya Raja?"
Nayla tersenyum. "Oh, jadi kamu badmood gara-gara itu? Mel sini..." Berhadapan. "Kamu cantik, pinter, masalah akting jangan difikirin. Kan nanti juga latihan dulu, oke?"
"Hm."
"Senyum dulu dong.."
"Iii.." Menunjukan deretan gigi rapinya.
"Nah gitu kan makin cantik."
"Nay?"
Keduanya menoleh.
"Mau ngomong."
Kenapa harus taman? Karena...
"Jadi gimana? Katanya tadi mau ngomong?"
"Gue keluar dari drama."
"Maksud kamu? Kan udah disetujuin semua pihak Vit. Gak bisa dibatalin gitu aja."
"Terus?"
Nayla memicingkan matanya. Apa dia fikir ini permainan? "Kamu nggak serius kan ngomong gini?"
"Lo liat gue bercanda? Enggak kan?"
"Kenapa? Besok kita mulai latihan dan kamu.." Menghela nafas. "Ck, gak lucu." Nayla berniat pergi namun....
"Turunin sifat ambis lo sejengkal aja bisa? Ini cuma kontes biasa, sekolah gak ikut juga semua murid gak bakal kena pasal." Remehnya.
Berbalik. "Oh ya? Ternyata bener apa kata orang-orang, Venus cuma benalu buat sekolah. Gak ada prestasi, salah banget selama ini aku nilai kalian. Aku fikir kamu juga ketua yang loyal, tapi sama aja. Bisanya cuma buat rusuh, berantem sana-sini."
Smirk. Sudah Vito katakan bukan, ia tak pernah suka jika nama keluarga inti-nya dicibir miring seperti itu. "Gue makin yakin kalo didunia ini gak ada orang yang bener-bener tulus. Semua cuma topeng."