Keadaan jalan Pemuda sangat ramai. Ramai oleh remaja laki-laki yang tengah adu jotos. Mereka terlihat tak takut sakit atau mati ditempat. Ini sudah biasa.
Perang antar geng sekolah. Tawuran? Iya, semacam itu.
Bugh..
Suara itu sudah daritadi Nayla dengar. Ia juga melihat bagaimana rakusnya Bagas saat menghajar lawan-lawanya. Dia terlihat culun, anak baik-baik. Tapi kenapa sebaliknya? Penampilan tak sesuai kelakuan.
"Lo semua siap dibantai abis?!" Suara bariton itu dikeluarkan oleh ketua Garda, Samuel.
"Bantai mereka!" Masih dalam kondisi perang panas. Ucapan itu membuat singa disana makin menjadi. Pukulan liar membabi buta, menyerang anak Garda tanpa ampun.
"shit! Ngayal lo anjing!" Marko tak tinggal diam. Melihat ketua yang semakin kalap menghajar mereka, ia juga semakin gencar memukul lawanya.
Bugh..
Rahang Samuel ditinju habis oleh pria jangkung itu. Urat ditanganya menunjukan, betapa Vito sudah melewati batas normal emosinya.
Sekali lagi. Ia meninju tulang hidung milik Samuel. Ini menyakitkan, terbukti dengan langsung tersungkurnya pria itu. Senyum miring ada disana.
"Bangun. Segitu doang nyali lo?" Nada nya santai. "Bangun gue bilang!" Emosinya akan naik lagi.
"Abisin gue, bikin gue mati disini. Biar nyokap lo tahu, kalo anaknya pembunuh." Posisinya masih terbaring lemah.
Dan Samuel menikmatinya. "Kalo nggak salah, Nyokap lo di rumah sakit jiwa? Apa dia gila?"
"Anjing!" Ia menariknya, mencekik Samuel sekuat tenaga. "Mati lo!" Vito diluar kendali. Ia tahu, sebentar lagi pria ini meregang nyawa.
Uhuk..
"Vit lepasin Vit! Anak orang bisa mati!" Marko dan yang lain mencoba menyadarkanya.
"Vit! Vito!"
"Uhuk, kenapa? Lo takut bunuh gue?" Sudah tak karuan juga, masih saja sok kuat.
Cengkraman Marko diperkuat setelah berhasil menahan Vito.
"Bawa temen lo kabur bego! Mau dia mati disini?!" Berteriak pada semua anak Garda. Alhasil, mereka membawanya.
"Anjing! Jangan kabur lo!" Siapa yang terima Ibu nya dikatai gila? Anak mana yang bisa?
"Lepas, lo belain mereka?!" Pria ini masih belum stabil emosinya.
"To, lo bisa dipenjara kalo sampe beneran bunuh si Samuel." Raja mengingatkan.
"Bacot lo."
"Venus masih butuh lo. Anak-anak masih mau lo yang jadi ketua. Kalo lo masuk penjara, siapa yang mimpin kita? Jawab To?" Bukanya tenang, Marko malah naik pitam.
"Kita tahu lo emosi. Kita tahu lo marah, kita juga sama, nggak bisa diem aja pas mereka ngatain nyokap lo. Tapi kalo kita nggak ada yang sadar, pasti semua abis dipenjara." Benar, Vito salah. Emosinya naik berkali lipat jika mengenai Ibunya.
Dan, ia tak suka itu.
"Gue salah." Yang lain menatapnya. Tahu apa yang sedang dirasakan.
"Kita sodara. Anak Venus akan selalu dukung lo. Inget, kita ada karena kebersamaan. Itu omongan lo, masa lo lupa?" Ganu menginterupsi. Membuat suasana lumayan baik.
"Balik lah, mampir ke Toling." Ajakan Among disetujui.
"Bagas?"
Semua menoleh. Nayla?