"Yo terus.." Seorang siswa tengah menjadi tukang parkir sementara untuk membantu menempatkan mobil besar yang membawa alat-alat panggung.
"Mentok kanan Bang, oke sip!" Among terlihat sangat ahli. "Woi bantuin!" Satu teriakan mampu membuat anak Venus menghampirinya. Mereka mulai menurunkan alat-alat itu. Lumayan banyak, karena setiap acara yang diselenggarakan oleh Kasturi selalu terkesan mewah dan elegan, jadi tidak boleh sembarangan. Bukti sekolah elite.
"Nu, plastik sampahnya jangan lu umpetin apa?" Ganu mendelik tajam.
"Eh saos batagor, yakali plastik sampah gue umpetin? Sangeunah-ngeunah." *Seenaknya.
Marko terkekeh, baperan sekali dia. "Terus mana? Kok kagak ada?"
"Ya lo tanya yang lain taik. Kan yang make bukan cuma gue doang."
"Ribut mulu, masalah anak jangan dibawa ke sekolah." Kalimat Raja benar-benar kurang tahu aturan KBBI.
"Ja, gelut yuk? Congor lo asem lama-lama." Pemuda itu terkekeh. Dasar wong edan.
"Udah?" Seseorang menginterupsi.
"Belom!"
"Lo kerja apa enggak?" Yang dia maksud adalah, sudah atau belum membersihkan sampahnya? Berhubung Marko sedang berada dalam suasana panas, jadi saja simpang siur.
"Lagi ngambek Bos ceritanya."
"Udah Vit, noh liat.." Tunjuknya pada tumpukan plastik itu. "Gila, kerjaan osis ngapain aja selama hidup disekolah?" Hendri kesal sendiri.
"Udah bacot ah. Ntar kedengeran malah ribut-ribut nggak jelas?" Sahut Marko.
Anak Venus sangat tahu diri sekali jika sekolah akan mengadakan acara besar. Memang benar mereka selalu berbuat onar diluar sekolah, tapi kalau urusan seperti ini, tentu harus berusaha menjadi penghuni sekolah yang baik. Salah satunya dengan memungut sampah-sampah ini.
"Kalo guru nggak ngebolehin kita ikut jaga, kita pantaunya dari jauh. Gue yakin yang ngerusuh ada aja." Ucapan sang Ketua disetujui. Tentu, kita lihat nanti.
"Nay, undangan udah disebar?"
"Udah, sama Fifi kemarin." Riko mengangguk. "Riko?"
"Hm?" Masih sibuk dengan tumpukan kertas.
"Yakin kamu nggak punya masalah sama Vito?"
"Enggak."
"Yaudah. Em, aku mau ke kelas dulu." Yang mendengar mengangguk.
Koridor sekolah dipenuhi oleh siswi yang sedang bersih-bersih.
"Kak Nayla!" Gadis itu menoleh.
"sepuluh ipa satu mau tampil akustik."
"Oh, nama-nama yang mau tampilnya dicatet aja dulu."
"Iya Kak, kalo gitu nanti aku kasih ke kelas Kakak."
"Semangat ya?" Nayla tersenyum sambil menepuk pundak adik kelas perempuanya.
"Makasih Kak, aku permisi?" Mengangguk. Dan, ada satu hal lagi yang harus ia laksanakan. Mendata anak XII IPS 8, kira-kira mereka akan menampilkan apa?
Langkah kakinya terdengar gugup. Dan, Nayla melihat itu, gerombolan laki-laki yang tengah tertawa didepan kelasnya.
"Permisi?" Hening. "Bisa masuk kelas dulu?"
"Neng-neng, apasi yang nggak Aa turutin buat kamu? Mau masuk kelas, masuk surga, masuk angin juga Aa siap. Asal jangan masuk ke itu aja," Ucapan ambigu dari Ganu mendapat banyak pelototan dari teman-temanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
VITO BAGASKARA [SELESAI]
Roman pour AdolescentsPangeran tampan SMA Kasturi. TAMAT