Pagi ini cuaca sangat cerah, SMA Kasturi kembali membuka Sekolah mereka dengan nuansa baru. Pada saat tempat ini ditinggalkan, Kepala Sekolah mempekerjakan orang untuk membangun beberapa taman kecil untuk penghijauan lingkungan.
Namun, ketenangan itu hilang saat ada yang menyadari sesuatu berkibar diatas sana. Bendera Osis tergantikan oleh bendera abal-abal?
Apalagi warna dan lambangnya terlihat seperti bendera perkumpulan preman. Hitam dan merah lalu ditengah terdapat logo planet, mereka jelas tahu bendera milik siapa itu, Venus.
Gawat.
Pak Makmur yang baru saja datang menatap heran beberapa muridnya. "Ada apa? Bukanya siap-siap belajar malah kumpul dilapang. Masuk-masuk.."
"Anu Pak, itu-"
"Jangan banyak alasan, ayok masuk-"
"Pak, diatas Pak." Satu siswa memberanikan diri. Dengan malas guru laki-laki itu mengikuti arah telunjuk sang siswa. Mata pak Makmur melebar. "Siapa yang sudah melakukan tindakan illegal ini?!"
Yang lain menggeleng tak tahu.
"Dari kita dateng juga udah ada Pak."
"Vito." Gumamnya penuh penekanan dengan rahang mengeras. Detik selanjutnya beberapa kandidat Osis berdatangan dan ikut bergabung ditengah lapangan yang menjadi TKP.
Nayla mendongak. Yaampun apa-apaan ini? Dia menyenggol pelan siku ketua Osis. "Kok bisa sih?" Bisiknya.
Riko diam saja. "Minta dihukum." Ia menghampiri pak Makmur yang memegang pelipisnya. "Pak, biar saya turunkan benderanya."
"Turunkan. Anak-anak itu memang tidak ada kapok-kapoknya. Semakin lama semakin melunjak."
Bendera Venus digantikan lagi dengan bendera Organisasi Siswa Intra Sekolah.
Nayla dengan cekatan melipat bendera hitam merah itu.
"Pegang benderanya." Pinta pak Makmur. "Dengar, hari ini kalian jangan ada yang mencontoh perilaku tidak terpuji mereka! Sekarang yang lain cepat masuk kelas."
Pak Makmur memberitahu kejadian tadi pada semua guru, termasuk Kepala Sekolah. "Mereka belum datang Pak?" Bu Ratih.
"Mereka tidak akan datang tepat waktu."
Akhirnya, semua guru dan staf Tata Usaha menunggu Venus didepan gerbang. Alhasil, anak-anak menjadi ikut bersantai karena hanya diberi tugas menulis saja.
Desas-desus terus diperbincangkan, pasalnya mereka tak tahu apa yang akan terjadi?
"Emang udah sinting si Vito sama temen-temenya. Gak ngotak." Mela terus saja mengumpat.
"Tahu, nyari masalah banget." Nesa yang setuju.
"Kira-kira, mereka bakal diapain guru-guru ya?"
"Harusnya sih dikeluarin. Secara ini udah pelecehan buat Osis. Lo setuju gak Sa?"
"Setuju gue, sebagai pejabat teras, gue nggak terima diginiin. Iya nggak Na?"
"Iya sih bener."
"Kok lo kayak takut gitu si Nay?"
"Enggak Mel. Aku cuma heran aja, kenapa mereka bisa se-konyol ini? Kalo cuma iseng, harusnya tahu tempat."
"Itumah bukan iseng, tapi sedeng. Sedeng yang kebangetan, secara gak langsung udah nantangin sekolah."
Akhirnya, yang ditunggu-tunggu tiba.
Suara derum motor anak-anak Venus mulai berdatangan dan memenuhi kawasan Sekolah. Mereka mengenakan jaket-nya dengan sangat seragam. Helm-yang tak dipakai melainkan ditenteng ditangan. Ratusan laki-laki itu benar-benar menjadi pusat perhatian sekarang.