Berandal Ogah Mundur Pasti Insaf. Ini bukan nama sebuah komunitas atau semacamnya, ini hanya sebuah nama lahan kosong milik pemerintah yang selalu dijadikan ajang balap liar oleh anak-anak remaja malam.
Tempat ini bebas, namun tak sembarangan orang bisa masuk karena memang ada yang menjaga. Ya, sekomplotan preman pasar bringas.
Malam ini Bompi mengadakan taruhan balap liar dengan imbalan uang tunai 2.000.000 Rupiah serta bonus gadis penghibur untuk melayani pemain, dan kalau mau semua anggota.
Menarik? Mungkin saja bagi mereka yang berminat.
Anak Garda melawan geng Zigaz. Mereka sudah siap dengan pasukan dan pemain yang akan mengikuti balapan ini. Sesuai agenda, Venus pun hadir ditengah-tengah mereka.
"Kenapa lu Mong?" Marko dan yang lain duduk santai dikursi besi berkarat disana.
"Ini udah malem tapi hawa-nya panas kenapa ya?"
"Alah kebiasaan, gak bagus banget kelakuan lo Mong." Cibir Hendri yang tahu kemana arah pembicaraan pemuda itu.
"Gak bagus gimana kan gue nanya?"
"Makanya punya mata tuh dijaga, jangan jelalatan. Lo panas karena liat dada sama paha kan?" Raja langsung pada intinya.
Yang dituduh hanya menyengir kuda sambil memperlihatkan deretan gigi rapinya. "Tahu aja lo."
"Istighfar lu, nyebut." Hendri lagi. "Oh iya, si Bos mana?"
Raja menelisik. "Gak tahu datang gak tahu enggak."
"Kenapa?" Ganu.
"Nanti besok gue ceritain."
"Kelamaan kalo besok." Protes Ganu lagi.
Seorang wanita cantik menghampiri mereka. "Permisi kak, ini Venus ya?"
"Iya, kenapa?" Marko berdiri.
"Siapa tahu mau gabung, boleh diisi list nya." Menyodorkan kertas dan pulpen.
Marko melihat ke yang lain, memberi pertanyaan 'gimana? Pada mau gak?'.
"Gue deh maen." Raja. "Kalo menang lumayan duitnya." Laki-laki itu tersenyum membayangkan apa yang bisa ia beli.
"Diisi dulu aja kak." Ia tersenyum, warna merah menyala dibibirnya membuat Among ingin tertawa. Dia cantik, namun dandananya terlalu berlebihan.
Nama Raja dan Marko sudah ditulis untuk peserta selanjutnya. Mereka mengharapkan Vito, sangat. Namun ketuanya belum ada kabar.
¤¤¤
"Mas mau kemana?"
"Keluar Mang, nanti gerbang kunci aja."
"Lho mas Vito kan baru pulang?" Mang Urip terlihat khawatir, terlebih saat mendapati dirinya diantar oleh Raja dengan keadaan yang sudah tak karuan.
"Iya."
Setelah nada yang terdengar dingin, mang Urip tak berani melarang lagi. Sulit memberi tahu anak ini.
@vbgskr
di BOMPI @samuelf