"Sekarang kita balik aja dulu ke Tolling, ntar lo berdua ngejelasin disana." Vito tak menyanggah perkataan Marko.
"Mbak? Mbak disini?"
"Iya pak, maaf ya nunggu lama." Nayla jadi tidak enak pada pak supir.
"Justru saya tadi keluar mencari Embak."
"Yaudah yuk?"
Mereka pergi. Sementara Fifi dan Nayla masih shok, kejadian tadi itu benar-benar menegangkan.
"Fi, kamu ikut aku naik Taxi aja gimana?"
"Boleh deh Nay."
"Yuk Bagas?"
Diperjalanan Fifi masih terdiam, Nayla takut jika temanya mengalami depresi.
"Fi, kamu nggak papa kan?"
"Enggak kok, gue baik-baik aja. Tapi,"
"Tapi apa?"
"Kita harus laporin kejadian ini sama Pak Makmur."
"Kenapa?"
"Sebagai bendahara Osis, gue punya firasat kalo kejadian ini pasti bakal ngerugiin sekolah."
Nayla menimang. "Iya, kamu bener Fi. Tapi kalo kita lapor ke pak Makmur, gimana nasib anak Venus?"
"Nay, mereka udah nolongin kita, kita juga harus bisa bantu mereka. Nanti kan kita bisa jelasin sedetail-detailnya ke pak Makmur."
"Besok kita ngobrol lagi deh Fi."
"Oke."
Hening. Suasana ditongkrongan itu nampak canggung. Bukan apa-apa, biasanya Tolling berisi anak laki-laki saja. Tapi kali ini ada dua mahluk betina, kan aneh rasanya.
"Khmm, serius nih mau pada diem aja?"
"Jelasin kenapa lo bisa sama mereka Fi?" Raja langsung pada intinya.
Gadis yang ia tanya terdiam sejenak. "Gue dihalangin sama cowok itu pas mau lewat. Jalanya sepi banget, teriak minta tolong juga percuma. Tapi, dia bilang sama gue kalo dia mau bikin perhitungan sama kalian."
"Terus gimana lagi?"
"Apanya?"
"Sayang," Among tiba-tiba.
"Sayang?"
"Iya sayang kenapa?" Pemuda itu terkekeh, rencana yang sangat bagus. Tentu ini membuat teman-temanya kehabisan akal. Tanpa segan mereka mendorong-dorong bahu Among.
"Mong, lo minta gue gampar?"
"Apaan si Ko? Stop bikin gue makin dalem jatuh cinta sama lo." Yang lain tertawa. Inilah Venus, dengan segala kelebihan dan kekurangan yang apa adanya.
Fifi diam saja, kenapa dia bisa terdampar ditempat seperti ini?
"Nay, kok lo bisa bareng sama Fifi?"
Nayla juga terdiam sejenak, gadis itu melirik pemuda yang kini tengah memalingkan wajahnya.
"Aku kesini mau minta maaf sama kalian tentang masalah disekolah tadi. Terus aku..." Dia menceritakanya. "Sampe aku ketemu sama Fifi."
"Ngomong-ngomong, dia beneran adek lo?" Marko melihat anak laki-laki yang nampak tak mengerti apapun. Lagi, ia menceritakanya.
"Oh gitu."
"Nama kamu siapa?" Ganu, sambil tersenyum.
"Nama aku Bagas Kak." Inti Venus melirik pria itu, dia juga nampak terkejut. Entah terkena angin apa, Vito langsung menatap Bagas.