VENUS.

345 42 13
                                    

Minggu depan adalah Minggu dimana anak-anak kelas XII akan melaksanakan Ujian Nasional. Banyak persiapan yang dilakukan oleh guru-guru, bahkan beberapa adik kelas juga mulai gotong royong untuk ikut membersihkan lingkungan sekolah.

Setelah pelantikan kandidat Osis  minggu lalu, kini terlihat banyak yang berubah. Dari mulai kegiatan siswa-siswi yang semakin padat dan beberapa aturan sekolah yang ketat juga membuat suasana sekolah semakin terasa berbeda.

Terlihat Marko sedang melamun didekat pohon mangga sebelah Kantin, seseorang menegurnya dari belakang.. "Ngapain lo?"

"Lah, lo nanya gue Mel?" Jawabnya sembari menengok kanan-kiri.

"Nanya penunggu pohon ini gue.."

Marko tersenyum. "Bisa aja lo Mel."

"Terus Lo ngapain disini?"

"Biasa ngadem, tenangin pikiran soalnya bentar lagi ujian. Lo sendiri ngapain kesini? Sengaja mau nemenin gue?"

"Kepedean lo, gue nyari Nayla. Dari pagi dia gak kelihatan, diabsenya si masuk."

"Oh."

"Lo gitu banget kalo denger nama Nayla, lo masih marah?"

"Gue masih marah atau enggak itu bukan urusan lo. Intinya gue cuma mau ketenangan buat Vito aja, gue tahu gak seharusnya bersikap gini ke Nayla.. Tapi perasaan gue juga gak bisa bohong. Gue sesak lihat Vito menderita tempo hari."

"Wajar si, yaudah gue pergi." Mela berjalan meninggalkan Marko. Ia benar-benar salut pada pertemanan mereka. Venus dan cerita ajaib didalamnya, sebenarnya Mela sangat merasa beruntung karena ia bisa dikelilingi oleh teman-teman yang hebat. "Makasih Tuhan untuk tiga tahun ini." Gumamnya.

°°°

Vito tersenyum pada Ganu karena berkatnya ia tak jadi dihukum pak Makmur.

"Untung lo gercep, makasih Nu."

"Lo gak perlu ucap makasih Bos, gue seneng bisa bantu lo. Ya walau ngibulin pak Makmur si, tapi gue janji habis ini bakal minta maaf sama dia."

"Tinggal minggu depan aja habis itu kita pisah."

"Jangan diingetin mulu apa Bos? Gue sedih banget kalo harus inget-inget itu."

"Lebay lo ah."

"Eh Bos, kalo udah lulus gue ngelamar jadi supir pribadi lo aja dah. Lumayan kan kerjaan santai gaji gede."

"Gue rencana mau lamar dibengkel bang Afuk jadi montir disana. Lumayan."

Ganu menggaruk belakang telinganya yang tak gatal. Ia sangat tidak habis pikir dengan Vito. "Lo udah sugih dari orok Bos, lo gak ada niat mau ambil alih perusahaan Bapa lo aja?"

"Gue gak bakat jadi pimpinan perusahaan Nu. Ranking dikelas aja gue gak punya, yang ada bangkrut usaha bokap gue. Mentok-mentok ya kerja dibengkel, lumayan lah biar gak nganggur-nganggur amat."

"Iya si, suka-suka lo lah yang penting lo bahagia."

Vito dan Ganu saling diam. Didetik-detik terakhir seperti ini entah kenapa rasanya semakin canggung saja.

"Eh Vit, kalo udah lulus jangan sombong pas kita ketemu dijalan ya. Sekiranya lo lihat gue duluan sapa aja."

Vito melihat pada Ganu. Jika sekolah berakhir, mungkin ia akan jadi orang yang paling menyedihkan karena ia akan kehilangan keluarganya di Venus. Vito bukan tipikal orang yang mudah akrab, entah dirinya akan bisa berkembang atau tidak nanti? "Gue gak akan mungkin lupa Nu."

"Jadi ingat pas MPLS Vit, maaf waktu itu gue tengil sama lo." Ganu tersenyum. Ia mengingat jelas bagaimana dirinya melempar surat cinta pada Vito agar ia dituduh menulis surat itu untuk kakak kelas perempuan yang menjadi panitia.

VITO BAGASKARA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang