"Jadi semalem lo dikeroyok Samuel?" Yang ditanya mengangguk. "Banci, beraninya rame-rame. Pantesan aja lo kagak sekolah." Baru saja Ody akan menjawab, seseorang menghentikanya.
"Nggak usah dijelasin Bray, takutnya kita pada dendam." Hendri yang angkat bicara.
"Kalo masalah dendam itu urusan batin masing-masing. Sekarang masalahnya si Ody bonyok gara-gara anak Garda, sebagai sahabat, masa kita kagak bales?" Marko menanggapi.
"Setuju gue, kalo si Bos tahu, dia juga udah nyuruh kita siap-siap buat nyerang." Tambah Among.
"Sekarang kita tunggu Vito aja dulu, biar nggak banyak omong. Ntar bukan ribut ngehajar Garda, malah lo semua yang duel satu-satu." Ucapan Raja ada benarnya juga. "Lukanya udah lo obatin Dy?"
"Udah si, sebisa gue aja. Semalem gue juga kagak balik, takut Enyak khawatir. Gue bilangnya nginep dirumah si Bos."
"Terus lo kemana?"
"Rumah Encang gue."
Raja mengerutkan keningnya. "Lah, rumah Encang lu kan sebelahan ama rumah lu, sepager lagi rumahnya." Ody terkekeh, memang benar. Yang pentingkan Ibunya tidak melihat luka lebam diwajahnya.
"Taik, punya temen kagak ada yang bener. Bego semua," Marko menjitak kepala Ganu keras, membuatnya meringis sakit.
"Omongan lo nggak asik Nu."
"Apaan si Ko? Jangan godain gue terus deh, gue lagi nggak mood." Ganu bergaya gemulai.
Suara derap kaki menghentikan kegiatan mengobrol mereka.
"Bos,"
"Sorry telat, udah pada lama?"
"Ya gini, kalo nggak ada lo nggak dapet minum gratis." Curhat Among.
"Ngambil aja, ntar gue yang bayar." Mereka tersenyum girang, ini yang ditunggu-tunggu.
"Iya ngambil aja, ntar si Bos yang bayar. Sekalian sama ciki-nya Bos?" Among menginterupsi sambil tersenyum.
"Nawar lo, udah bagus ditraktir minum." Tukas Ganu.
"Salah satu ciri-ciri temen kampret ya gitu." Marko ikut menjawab.
"Ambil aja." Dan, pemuda itu menyetujuinya, ini bukan masalah. Lagi pula Venus adalah keluarganya, bahkan lebih berarti daripada keluarga aslinya.
Yang lain langsung sumringah, dengan tak sabaran mereka mengantri di depan show case, mengambil beberapa minuman dingin disana.
"Tumben lo orang pada jajan?" Koh Alling datang dari dalam toko. Pria paruh baya yang mengenakan kacamata itu sedikit heran. "Apa Vito sudah datang?"
"Elah Koh, ngapain si nanyain Vito mulu? Emang Koh nggak menghargai perasaan calon mantu banget." Kesal Marko sambil memegang minuman rasa kopi.
"Calon mantu dari Hongkong?"
"Dari Cibubur, dari Hongkong. Tapi kalo Koh mau si gampang, ntar saya bisa ganti alamat lahir jadi Hongkong." Pemuda itu terkekeh, sekali-sekali harus ajak orang yang lebih tua bercanda. Asal tak keterlaluan saja.
"Pe'a, ganti alamat lahir juga percuma Ko. Muka lo muka lokal,"
"Dukung kek kalo temen lagi usaha? Mau gue coret dari KK?"
"Ayang Vito aku atut," Ganu berlari ala-ala perempuan.
"Lo nggak pesen?"
"Liat Vit," Ia memperlihatkan wajah lebam milik Ody. Jelas pria itu kaget bukan main. Apa yang terjadi pada temanya?