Nayla masih setia berdiri disana. Menyodorkan minuman itu pada pemuda yang raut wajahnya tak berekspresi.
"Vito, terima ya minumanya?"
"Sok baik lo, disekolah hukum gue. Buat apa? Mending nggak usah minta maaf." Masih dingin dan kurang ajar.
Nayla diam. Baperan sekali dia?
"Kalo disekolah beda lagi. Kamu sama temen-temen kamu sering telat, dan yang telat harus dihukum." Tanpa permisi, ia melenggang.
"Vito!" Gadis itu mengejarnya. "Vito tunggu!"
Byur..
Ceroboh, gelar itu menyandang Nayla sekarang. Punggung pria dengan jaket bertuliskan Venus itu tertabrak saat tiba-tiba berhenti. Alhasil, bajigurnya tumpah. Celaka kalau begini. Dan, jaketnya basah.
Pemuda jangkung itu berbalik. Melihat wajah yang tak menatapnya.
"Aduh," Jaketnya di lempar tanpa perasaan. Dengan sigap ia menangkapnya. Tak sopan sekali dia?
"Cuci, besok lo bawa." Dalam semalam? Apa kering?
"Tapi,"
"Siap-siap nggak tenang kalo besok gue nggak terima jaket itu."
"Iya aku ngerti. Tapi kalo belum kering gimana?" Wajahnya panik. Tak ada jawaban, rasanya Nayla sedang bicara dengan aspal?
"Eh, mau kemana? Cuci? Kalo nggak kering, nggak tenang? Dia jahat banget?" Nayla pergi darisana. Jaket ini harus bisa kering.
¤¤¤
"Bibi! Bi!" Mesin cuci adalah tujuanya. Dengan cepat memasukan jaket itu.
"Non kenapa?"
"Bi, Nana harus bisa keringin jaket ini. Besok harus Nana bawa kesekolah." Bi Aci mengerutkan keningnya.
"Siap Non, pasti kering. Tapi, ini jaket siapa? Jaket cowok? Punya pacar Non ya?" Wanita itu menggodanya.
Bi Aci, asisten rumah tangga keluarga Satiwari, lumayan masih muda, Ibu anak satu, tanpa suami. Sudah lama bekerja disini, jadi sangat akrab dengan gadis itu.
"Nana nggak punya pacar. Ini jaket singa buas." Nayla memperagakan gaya hewan itu. Meraungkan tanganya, seakan siap melahap Bi Aci. "Hih serem." Bahunya berdigik.
"Non-Non, masa iya singa punya jaket?" Masih terkekeh.
"Bibi nggak percaya?"
"Iya-iya percaya. Ini, udah selesai. Keringin dulu nggak nih?"
"Keringin, justru itu yang paling penting." Wanita dengan rok dibawah lutut itu mengangguk.
"Non, kalo mau cepet kering, dijemurnya di loteng aja. Biar keangin-angin." Boleh juga. Nayla setuju, lagipula, urusan begini bi Aci jagonya.
Ponsel pintar dinyalakan, rencananya ia akan memberitahu Nesa. Tinggal tunggu diangkat saja.
"Ca!" Saat terhubung, langsung heboh menceritakanya.
"Apa? Berisik banget?"
"Jaket harus ada dimeja besok." Terlihat Nesa yang mengerutkan keningnya.
"Jaket siapa?"
"Ketua Venus."
"Apa? Venus? Maksudnya? Nggak ngerti gue Na." Nesa mulai kepo.
"Jadi tadi aku...." Nayla menceritakan dari awal. Sampai bagaimana ia dapat masalah menumpahkan minuman itu.
"Apa?! Nana lo gila? Macem-macem banget si jadi anak? Wibawa lo sayang tahu, lo minta maaf sama dia terus nggak dimaafin? Kurang ajar ya tuh orang. Besok jaketnya nggak usah di bawa." Saran yang buruk.