GULALI GAGAL?

830 76 23
                                    

Vito menelisik beberapa aktivitas murid lain disekitarnya. Dirinya dikeluarkan dari kelas akibat terlambat datang, yah sudah biasa. Setiap hari hanya begini, kalau tidak dibolehkan mengikuti pelajaran, pasti hukuman memble membosankan, berdiri ditengah lapang sembari hormat bendera. Kacau. 

"Bang!" Vito mengerjap, dua orang adik kelas laki-laki tengah melambaikan tanganya penuh semangat. "Basket Bang! Buruan mumpung jam olahraga kita masih lama!"

"Kalah gendong gue keliling gedung sekolah! Deal?"

Mereka tersenyum. "Gas Ngab! Siapa takut?!"

Langkah jenjangnya mengayun santai ke tengah lapangan. "Yakin?"

"Jangan ngeremehin gitu lah pak Ketua."

"Kalah jangan nangis."

"Anggota Venus gak ada yang pernah lari sebelum perang."

"Buktiin." Dengan gerakan yang cepat pemuda rahang tegas ini merebut bola orange itu.

Permainan berlangsung serius karena sedari tadi Vito tak memberi celah sedikitpun bagi si penantang. Untuk pemain yang tak cukup handal seperti dirinya, kecepatan adalah salah satu cara agar terlihat unggul. "Lo nantangin tapi geraknya kecot."

"Bacot Bang." Dan.... shoot point pertama untuk adik kelas pemberani.

Bel istirahat sudah berbunyi. Mungkin sebentar lagi lapangan akan dipenuhi oleh siswa-siswi yang akan menonton.

"Kejar poin gue.." Sembari melempar bola. "Biar lo menang."

"Ga perlu, gue bisa naik tanpa belas kasihan lo."

Smirk. Apa anak ini lupa jika sedang berhadan dengan siapa? Berani sekali.

"Lo terlalu ngeremehin orang lain, bersikap seolah lo paling tinggi. Itu yang gak gue suka dari lo sebagai ketua."

"Ini bukan tempat curhat ibu-ibu arisan. Lo gak perlu komentar lebih tentang gue."

"Kalo gak salah, Venus udah lama gak keluar kandang. Akhir-akhir ini lo lebih sering ngumpet disekolah, lupa kalo musuh bisa nyerang kapan aja? Jangan sok jagoan depan gue Bang. Gue gak takut sama lo."

"Yakin?"

"Gue tahu, lo ketua. Lo penguasa di Venus, tapi cara barusan buat gue hilang respect ke lo."

"Mau lo apa?" Tanpa basa-basi Vito memajukan langkahnya.

"Gak mungkin kan kalo adu jotos siang-siang? Yang ada diamuk guru."

"Satu hal yang perlu lo ingat dalam hidup, gak semua orang bisa mengungkapkan perasaan sayangnya dengan lembut ke orang lain. Berbeda cara bukan berarti tujuanya tak sama, lo anggota Venus dan gue pemimpin didalamnya. Gue menghargai kalian semua sebagai keluarga, gue gak pernah mau ngebeda-bedain. Kalian semua gua anggap sama, bagian penting dari Venus." Vito menepuk pelan bahu adik kelasnya. "Sopan santun nomor satu, jangan kayak gue." Setelahnya ia pergi.

Dari arah kantin anak inti memperhatikan keduanya. "Menurut lo si Bos habis pidato apaan?"

"Kalo sampe panjang banget gitu sih udah pasti dalem omonganya. Soalnya terharu sampe ini, andai hati gue terhubung sama dia, gue udah nangis kejer nih pasti."

"Sekali lagi lo ngebual, gue sumpel mulut lo Mong." Ujar Ganu.

"Duel Nu sama gue. Kalo perlu lo semua juga duel sama gue, gak gentar."

"Udah-udah. Mau pada pesen apa nih? Bentar si Bos nyusul. Dia nitip bakso kuah, sekalian kagak?" Tawar Raja.

"Samain aja semua, lo Nu? Jangan emosi mulu apa?"

VITO BAGASKARA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang