"Jaket sama celana siapa?"
"Kepo."
Namish dengan gelagat tengilnya membau tubuh adik perempuanya itu. "Ih Abang apaan si?"
"Hayoo abis ngapain?"
"Apa? Ngapain apa?"
"Na, abang udah berpengalaman. Kasih pinjem baju kayak gini tuh cerita klasik. Abis jadian kan? Tebakan abang nggak mungkin meleset."
"Mama! Bang Namish nih!"
"Ciee sold out...udah nggak jomblo."
"Nyebelin banget si? Udah sana-sana. Mama..Bang Namish nya ganggu!"
"Malu-malu tuh."
"Sana.." Ia menjadikan bantal tidurnya sebagai alat usir. Nayla terus memukul kakaknya. "Sana-sana keluar.."
Pintu kamarnya sudah tertutup. Huh, dasar pengganggu akut.
Gadis itu menatap cermin dihadapanya. "Aku takut, kalo kamu nggak dateng.." Ia menggeleng. "Pokoknya makasih, kamu udah nolongin aku. Vito, kamu baik."
¤¤¤
"Gue yang bakal abisin Samuel."
"Lo tahu apa tentang dia?"
"Kalo gue cerita sama lo, gue banci." Penjelasan Dion ini membuat pria jangkung disebelahnya mengerutkan kening.
"Dia udah aman."
"Lo nggak kenal Samuel To."
"Siapa yang mau kenal sama dia?" Dingin.
Dion tersenyum. "Sorry, tapi gue ketua Tiger, gue juga punya masalah sendiri sama Garda. Masalah Nayla, tadinya gue mau ikut campur, tapi, udah ada lo."
"Gue nggak ngelindungin dia."
"Lo harus, soalnya Garda cuma seimbang sama Venus. Dibilang backing-an pun geng gue nggak bakal mampu. Ada rahasia yang lo harus tahu tentang Samuel, dan ini menyangkut anak cewek Kasturi."
"Gue bukan Polisi."
"Lo terlalu tertutup. Buka mata To, lo itu orang yang paling berpengaruh disetiap episode. Jangan pikir semua ini cuma kebetulan, kenapa setiap Nayla dalam masalah, lo yang selalu nolongin dia? Lo yakin ini nggak aneh?"
"Aneh? Siapa yang mau nolong dia? Lo juga dendam sama dia, karena apa? Karena dia pernah hukum lo. Nggak semua orang suka sama Nayla. Pemikiran lo terlalu jauh."
"Gue mau berubah, demi masa depan. Dan lo juga harus belajar terbuka, karena ada yang mau nemenin cerita hidup lo sampe tua. Gue harus tahan semua kebiasaan buruk, gue nggak mau masuk ke dunia gelap lagi."
"Semua orang punya jalan masing-masing. Kalo lo suka sama Nayla, itu bagus. Berarti dia kasih energi positif buat lo."
"Gue nggak suka sama dia, tapi cinta." Vito menatap lawan bicaranya lekat. Setelahnya dia berpaling, benarkah? Cinta?
"Gue balik." Pergi.
"Nayla cuma pantes dicintai, bukan disakiti. Siapapun yang bakal dapetin dia, itu beruntung." Gumamnya.
¤¤¤
"Kamu udah pulang?" Rosa? Sedang apa ibu tirinya disini? Apa dia sudah sembuh?
"Mama?" Wanita itu memeluknya.
"Mama kangen sama Vito, mama juga bawa makanan kesukaan Vito. Ayok masuk.." Ia membawa putranya pada meja makan. Tempe goreng, makanan sederhana ini menjadi hidangan favorit putra Rosa Bagaskara.