RENCANA PESTA.

6.7K 362 23
                                    

Sekolah yang terkenal dengan segala prestasinya itu akan segera memasuki usia 25 tahun. Tepatnya minggu depan.

"Kalo menurut aku, kita harus buat kotak aspirasi siswa-siswi. Masalahnya, Osis nggak mungkin nentuin semua acara sendiri."

"Saya setuju." Suara berat itu yang pertama merespon. Yang lain tersenyum lalu mengangguk.

"Bener Nay, gue juga setuju. Kapan kita mulai buat aspirasinya?"

"Ketua?" Gadis itu melirik pemuda yang tengah menanggapi pertanyaan Fifi.

"Sekarang juga boleh." Oke, sepertinya Nayla harus bersiap-siap?

"Yaudah, kita bagi jadi tiga tim." Yang lain mengikuti.

Kali ini kantin tidak begitu ramai. Padahal KBM tidak ada. Kenapa mereka menyia-nyiakan kesempatan emas seperti ini?

"Tumben, biasanya bejubel?"

"Yang lain mah anak rajin. Dibebasin juga tetep belajar di Perpus." Jelas Raja.

"Beneran si Vito kagak masuk nih?"

"Ya keliatanya? Masih lemes kali?"

"Osis noh," Among menunjuk dua siswi dan satu siswa yang nampak menghampiri mereka. "Nyesel gue ikut nongkrong." Tentu saja, pasti akan dapat hukuman lagi?

"Permisi?" kelima pemuda itu menghela napas.

"Kalau ada yang nanya itu dijawab. Bukan dicuekin." Gadis dengan jam tangan putih dilengan kananya menegur.

"Gue heran, perasaan kata Kepsek hari ini bebas dah? Kok lo bertiga nyamperin kesini? Mau ngapain? Nyuruh push up? Pull up sekalian, biar sispek badan gue." Ucapan Ganu yang tiada henti itu membuat yang mendengar mengerutkan keningnya.

"Heh, lo kalo ngomong di-rem dikit apa Nu? Kata Enyak gue kagak sopan kalo ngomong nyerocos begitu." Marko mengingatkan. "Tapi kalo seangkatan mah boleh." Ingin rasanya Ganu menonjok tulang rahang Marko.

"Diem deh Ko, gue tiup juga ubun-ubun lo lama-lama?"

Nayla menggelengkan kepalanya. Sabar, bukankah dia sudah terbiasa?

"Maaf nih sebelumnya, kita udah ganggu aktivitas kalian." Suara berat ini menginterupsi lebih dulu. "Kita kesini cuma mau kasih tahu kalo rabu depan sekolah ulang tahun. Takutnya kalian punya ide mau bikin acara kayak gimana, bisa didiskusiin sekarang." Marko menganggukan kepalanya.

"Tumben minta pendapat?"

"Karena suksesnya acara sekolah itu bukan cuma bergantung sama satu organisasi. Nah, tulis disini." Nayla memberi alat tulis pada lima siswa yang sedang duduk santai dibangku kantin itu.

Among melirik pemuda disebelahnya. "Punya ide kagak lo?"

Raja menggeleng, otaknya tak bisa berpikir saat ini.

"Kalo menurut gue si, kita ngadain lomba pantun buat gombalin cewek. Nah, yang menang kudu jadian beneran. Gimana? Canggih kagak ide gue?" Hendri memutar bola matanya. Ganu itu satu-satunya spesies kunyuk dalam wujud manusia.

"Ntar lo ikutan Nu?"

"Oh jelas." Membenarkan kerah seragamnya.

"Pokoknya apa aja, kalian boleh tulis disitu. Tapi harus yang masuk akal, nggak boleh yang aneh-aneh. Soalnya kita juga harus minta persetujuan pak Makmur."

Lima menit mereka berpikir. "Makasih ya? Nama sama kelasnya udah ditulis?"

"Udah, punya gue namanya paling fakta." Tegas Marko.

VITO BAGASKARA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang