SERANGAN DADAKAN.

481 58 12
                                    

"Woi Bos!" Among berlari sambil menenteng minuman dingin ditanganya.

Sementara yang merasa terpanggil hanya menoleh.

"Minum nih, gak tega gue lihat lo. Kita enak makan-minum dikantin sedangkan lo disini dijemur kayak ikan asin."

"Thanks Mong." Vito menyeruput minuman itu sampai habis.

"Nih somay, amunisi siang ini. Biar lo kuat berdiri sampe sore."

"Gimana makanya? Tangan gue gak boleh turun."

"Elah Bos, bilang aja lo mau disuapin gue kan? Bisa aja lo kadang-kadang, modus mulu. Yaudah aaa.."

"Amit-amit!"

"Cieeeee romantis nih siang-siang..!" Keempat inti Venus yang lain menyoraki. Mereka ikut menyusul Among kesini.

"Mau dong disuapin sampe monyong." Tutur Marko menggoda.

"Muka lo kok merah gitu Bos? Biasa aja kali gausah malu, kita paham gelagat orang PDKT." Ganu tak mau ketinggalan.

"Et mau ngapain lo? Kan lo gaboleh ubah posisi, nanti dianiaya Makmur." Setelah perkataan Raja yang ini, mereka semua tertawa. Vito kesal tapi tak bisa berbuat apa-apa.

Lalu Hendri menyarankan untuk menyuapi Vito secara bergantian agar terkesan tidak canggung. Mereka menyetujui. Walau Vito bersikeras tak mau, tapi pemuda itu tetap dipaksa.

"Ayok buka mulutnya anak ganteng, pesawat mau mendarat aaaaa... Hap pintar anak Bunda ini ya ternyata." Ini si kampret Raja.

Mereka tertawa. Dan semua murid ada yang ikut mengintip dibalik jendela, termasuk beberapa Guru yang tak juga sengaja memergoki tingkah laku anak-anak Venus.

"Bos, lo pura-pura pingsan aja buruan. Ntar kita bopong."

"Ide lo ada yang briliant dikit gak Nu? Itumah lagu lama. Dari zaman bapak gue embrio udah gak aneh." Sidak Among.

"Dari sebelum nabi Adam diciptakan udah gak aneh, iya gak Mong?" Hendri.

"Nah iya, pak Ustadz aja tahu."

"Terserah, gue capek mau diangkat jadi anak Raffi Gigi biar gak pusing nyari loker."

¤¤¤

"Kamu lihat kakak kamu Riko? Dia cerdas, tidak seperti kamu, urakan, tidak tahu sopan santun. Bisanya hanya buat malu keluarga saja. Punya apa sih kamu hah? Harta kamu juga peninggalan dari orang lain." Saat pulang sekolah tadi, Vito langsung ditahan oleh pak Alan.

"Vito salah Pah, Vito minta maaf. Tadi juga Vito udah dihukum disekolah, Vito gak lari dari tanggung jawab."

Pak Alan sedikit kaget karena tak biasanya anak ini menurut. Bahkan ia langsung meminta maaf. "Lalu pada orangtua Nayla bagaimana?"

"Vito belum ketemu, tapi nanti Vito kesana. Mau minta maaf."

Helaan napas pak Alan sangat dalam. "Papa tidak mau kejadian bejat seperti itu terjadi lagi. Kalau kamu tidak bisa menepati janji, lebih baik kamu jangan bergaul dengan perempuan sekalian. Kamu juga jauhi Nayla, sudah cukup kamu membuat dia merasa tertekan."

"Iya Pah, Vito ga akan ganggu dia lagi."

"Orangtua Nayla bilang sama Papa kalau semenjak dekat dengan kamu, prestasi Nayla disekolah menurun. Jadi lebih baik, kamu tidak usah berhubungan dengan dia. Perempuan itu banyak, bukan cuma satu."

Riko melihat wajah lelah adiknya. Merasa kasihan namun tak tahu harus bagaimana.

"Kamu bersih-bersih, makan malam sebentar lagi Papa mau kita makan bersama."

VITO BAGASKARA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang