Gadis cantik dengan dress putih selututnya berjalan cepat menuju taman, disana ada beberapa orang yang tengah santai menikmati weekend.
Nayla tersenyum sambil memandang bunga mawar ditanganya, satu persatu tangkai bunga mawar itu diberi kertas bertuliskan Cepat sembuh orang baik. "Do'a mereka menjadi harapan terbesar aku supaya kamu bisa pulih kayak dulu lagi Vit."
Ia menghampiri seorang nenek tua lalu tersenyum manis. "Permisi Nek?"
"Iya?"
"Ini buat Nenek, diterima ya Nek.."
Nenek itu tersenyum dan mengambilnya. "Nenek berharap yang terbaik untuk orang-orang disekitar kamu, semua akan kembali normal dan baik-baik saja."
"Terimakasih banyak Nek.." Air mata Nayla tak dapat terbendung. "Saya permisi, Nenek sehat selalu ya."
Sudah banyak bunga yang ia berikan untuk orang sekitar. Sekarang tinggal sisa satu tangkai. "Aku kasih ini ke siapa lagi ya?"
"Buat gue aja.."
Nayla terdiam, suara ini tidak asing. "Vito?"
"Mana bunganya? Lama banget si, gue nunggu daritadi."
Tangisan itu sudah tidak bisa ditahan-tahan lagi. Nayla memeluk Vito dengan erat. "Vit maaf, aku minta maaf. Kamu jadi sakit gara-gara aku."
"Nay, gue gak kenapa-napa. Buktinya gue disini sama lo kan?"
"Kamu-" Pelukan itu berakhir. Nayla memegang lengan Vito lalu memeriksa keadaanya. "Kamu udah sembuh? Kok luka-lukanya hilang?"
Vito hanya tersenyum. "Ya kan emang gue gak kenapa-napa? Khawatir banget kayaknya?"
"Vito aku serius, aku khawatir banget sama kamu. Aku gak mau kehilangan kamu, aku sedih lihat kamu pingsan kayak kemarin. Semua orang benci aku, dan aku juga benci diri aku sendiri. Aku benci karena gara-gara aku kamu terluka."
"Na, aku gak akan kemana-mana. Ingat itu ya? Jangan pernah salahin diri kamu cuma karena aku."
¤¤¤
"Koh, buruan kenapa si? Lama bener kayak mau ke Hongkong aja?"
"Arif lu diam ya, Oe lagi siap-siap. Ini mau Oe bawa untuk keperluan semua orang disana."
"Lagian lama, mana mobil Koh Aling dalemnya bau minyak urut lagi? Kan saya agak mual jadinya."
"Lu orang banyak protes ya? Ini sebentar lagi siap."
Saat Among tengah menunggu Koh Aling, terfonya berbunyi. "Hallo Ja?"
¤¤¤
"Apapun, tolong lakukan apapun agar putra saya selamat Dokter. Saya sanggup bayar berapa saja."
"Kami sedang melalukan yang terbaik Pak Alan, tolong tetap tenang."
"Saya akan tuntut Rumah Sakit ini kalau kalian tidak bisa menyelamatkan nyawa anak saya." Pak Alan bicara tegas. Matanya merah karena sesak di dadanya sudah tidak bisa digambarkan oleh kata-kata.
"Kami akan berusaha. Permisi."
"Mas? Anak aku gimana?" Bahkan bu Rosa sudah seperti kehilangan akal. "Aku gak mau dia kenapa-napa, Vito akan sembuh. Dia cuma tidur, dia capek. Aku tahu itu, aku ibunya.. Aku bisa berkomunikasi secara batin sama anak aku."
"Tenang Rosa, aku akan melakukan apapun untuk anak kita."
Riko sama terpukulnya. Sedari tadi ia terus melihat adiknya dari balik pintu operasi. "Abang sayang sama kamu Vit, ayok sembuh lagi."