"Emang dasar ya si cupu tuh, baru aja gue labrak udah berulah lagi." Sandra sambil memitas-mitas kipas plastik-nya. "Kenapa si gue selalu kalah satu langkah?"
"San, gue rasa si Nayla pake pelet deh? Sekarang gini, seorang Vito yang dingin sama cewek dari awal masuk sekolah tiba-tiba deket sama Nayla si sekertaris Osis? Gak mungkin kan? Apalagi anak Venus sering kena hukum sama dia. Harusnya Vito benci dong?"
"Pelet atau apalah itu yang dia pake buat deketin cowok gue, gue gak peduli. Masalahnya sekarang Vito tuh makin jauh sama gue Ra, dia bener-bener gak pernah anggap gue ada. Padahal gue kurang apa coba hah? Gue punya segalanya, apapun bisa gue kasih buat Vito."
Saat dua gadis itu sedang berbicara, Raja tak sengaja lewat dan menabrak Sandra.
Bruk
"Aaa.."
Grep
"Omaygat...." Dara menutup mulutnya karena kaget.
Dari kejauhan, Nesa menyaksikan adegan itu. Adegan dimana Sandra akan jatuh namun ditangkap oleh Raja. Romantis.
"Kenapa lo?"
"Enggak kok, yuk ke kelas.." Ia berjalan lebih dulu dari Mela.
Namun Mela tahu, Nesa menjadi murung setelah melihat Raja dan si Nenek sihir. "Apalagi tuhan..? Temen-temen gue pada dikasih apa si sama anak-anak Venus? Capek."
Sandra mengerjap. "Iyuuuww Raja! You hug me huh?! Crazy?!"
Mendengar suara cerewet yang hampir memecahkan gendang telinganya, Raja langsung melepaskan Sandra. Membuat gadis itu terjatuh mengenaskan.
"Awww sakiitt!! Lo bodoh?!" Dara ikut meringis lalu membantu sahabatnya.
Sementara Raja hanya bergaya sok cool. Tak lupa menepuk tanganya bergantian lalu beralih menepuk kemeja seragamnya, seakan ia habis memegang benda berdebu.
"Raja awas ya lo?! Gue aduin Vito biar lo dipecat dari Venus!"
"Bodo amat!"
"Awas aja! Raja! Nyebelin!!"
"Udah-udah San, nanti kita bales tuh si Raja kampret."
¤¤¤
"Pak saya bisa jelasin kalo-"
"Diam kamu, ini bukan bagian kamu bicara. Biarkan Damar bicara lebih dulu." Pak Makmur dan beberapa guru tengah menyidang Vito dan Nayla.
Mereka mendapat informasi ini dari Damar.
"Jadi begini pak, tadi saya gak sengaja mau ambil buku ke perpustakaan. Terus saya denger ada suara cewek minta tolong, dan setelah saya lihat ternyata itu Nayla, dia ditarik kasar sama Vito."
Vito mengeratkan gigi-giginya mendengar perkataan Damar, ia tak boleh tersulut emosi. Bagaimanapun situasi dan posisinya tidak mendukung.
"Saya mau tolong Nayla tapi saya ragu pak, saya sudah tahu pasti Vito gak akan terima. Dia bisa aja pukulin saya kayak kasus waktu itu. Jadi saya terpaksa lapor guru piket lalu lapor ke bapak."
"Benar begitu Nayla? Kamu dipaksa ikut ke loteng sama Vito?"
Gadis itu menunduk dalam. Kenapa jadi begini? "Saya... Iya pak." Nayla tak punya jawaban lain. Ia takut masalah ini akan menghambat sekolahnya, apalagi kalau orangtuanya sampai tahu.
"Apa yang dia lakukan sama kamu?"
"Pak Makmur saya pikir kita bisa membicarakan ini dengan tidak terburu-buru."
"Bu Sinta, saya tahu ibu wali kelas Vito. Tapi ibu tidak harus membela dia disaat dia membuat kesalahan yang merugikan oranglain."
"Bukan begitu pak Makmur, bisa saja ini hanya salah paham."