"Hari ini gue mau kita datang ke markas Garda."
"Lo yakin Ver?"
"Nyawa dibayar nyawa, kalau emang Vito belum sadar sampe nanti sore. Gue gak segan buat turun lagi ke lapangan dan ratain bocah-bocah ingusan itu."
"Tahan dulu, kalau kita lakuin itu apa gak akan ada masalah selanjutnya? Gue tahu lo kesal, tapi kita juga harus hati-hati." Peringat Namish.
"Daridulu Garda emang gak pernah bisa dipercaya."
¤¤¤
Nayla datang ke Rumah Sakit, ia menyamar menjadi tukang pel agar bisa melihat keadaan Vito. Gadis itu juga memakai gigi palsu, tompel dan wig untuk membuat penyamaranya semakin nyata.
Tepat pukul 15.43 ruang operasi Vito terbuka. Semua orang masih belum diberi tahu bagaimana hasilnya. Namun senyum merekah dari beberapa Dokter yang baru menangani pemuda itu bisa dikatakan sebagai sinyal baik.
Vito saat ini segera dipindahkan keruang rawat oleh bantuan medis. "Bagaimana Dokter?" Pak Alan dan Bu Rosa sudah tak mau berbasa-basi.
"Bapak dan Ibu bisa ikut saya keruangan untuk membahas hasilnya. Mari?"
Saat kedua orangtua Vito pergi, semua yang menunggu ikut bertanya-tanya. Namun mereka sudah berprasangka baik saat ini.
"Si Bos selamat, gue yakin."
"Alhamdulillah, terimakasih yaallah." Hendri.
"Bang, kita izin nyamperin anak-anak lain diluar ya? Mau kasih tahu kabar ini."
"Oke-oke, makasih udah mau datang. Kalo pada balik hati-hati dijalanya, jangan ugal-ugalan." Ucap Marko.
"Siap Bang, kabarin terus tentang bang Vito ya Bang jangan lupa."
"Pasti itumah."
"Ko..?"
"Iya Bang?"
"Gue siap kalo sewaktu-waktu Venus mau pestain kubu sebelah."
"Itu pasti Bang, tapi buat saat ini fokus kita masih ke Vito. Kalo udah pasti banget, nanti kita kasih kabar."
¤¤¤
"Kamu siapa?"
"Saya pegawai baru Pak."
"Kok saya gak dengar kalau ada pegawai baru?"
"Saya baru masuk tadi pagi Pak, ini kartu nama saya.." Nayla menyerahkan kartu nama pegawai kebersihan Rumah Sakit yang ia temukan ditoilet.
"Jono Marfuad, oh mas Jono? Maaf Mas, lali aku. Yowes langsung aja bersihkan kamar VIP diatas mas. Itu pasienya baru menjalani operasi, jadi nanti hati-hati. Jangan terlalu ribut."
"Siap Pak, saya permisi." Nayla pergi menuju tempat yang diberitahukan. Ia tahu kalau yang dimaksud adalah kamar Vito, ini kesempatan untuk bisa melihat bagaimana keadaanya. "Aku kesana Vit.."
Kamar Rumah Sakit yang Vito tempati adalah kamar rawat VIP. Ya itu sudah tidak harus dibahas lagi karena dirinya adalah keluarga kaya. Nayla masuk dengan hati-hati, pemandangan pertama yang disuguhkan adalah pasien laki-laki yang tubuhnya masih dipasangi banyak alat medis.
"Vit?" Isak tangisnya pecah. Nayla merasa hancur karena ternyata Vito masih belum sadar juga. Ia mendekat, melihat wajah pahlawan yang sudah rela berkorban untuk menyelamatkanya. "Aku minta maaf, ini semua gara-gara aku. Pasti sakit banget ya rasanya?"
Tangan Nayla dengan perlahan menyentuh tangan Vito. "Vit cepat sembuh lagi ya? Semua orang nunggu kamu. Mereka disini terus do'ain yang terbaik buat kamu. Aku izin bersih-bersih disini ya Vit? Biar kamu nyaman istirahatnya."