"Si Bos jaket nya bau parfum cewek njir!" Suara toa Raja membuat yang dikelas menoleh.
"Makanya, kalo maen jangan sampe ninggalin jejak. Di bully ketek onta kan lo?" Marko berbisik, membuat pria itu mendelik tajam.
"Vit, semalem lo kagak nongkrong? Terus pagi-pagi, jaket lo ada dikolong meja, wangi lagi?"
"Ngaku Bos, lo abis ngapain semalem?Lo nggak khilaf kan?" Pertanyaan mengintimidasi dilontarkan Hendri dan Among. Anak buah kurang ajar.
"Sembarangan lo berdua, Vito mana ada maen belakang. Yoi nggak?" Dia pergi, jaket nya pun ikut serta.
"Vit? Woi, kemana lo?!" Marko menggeleng. "Tanggung jawab noh, macan keluar kandang." Yang lain menggaruk tengkuk masing-masing.
"Salah gue apaan?"
"Salah lu bikin si gue mual. Pake nanya lagi?"
"Baperan lu, sebelas duabelas sama Vito."
"Bacot taik."
Suasana perpustakaan yang hening. Dan sekali lagi, Nayla suka itu.
"Mel, aku kesana ya?" Tunjuknya pada rak buku yang memang khusus bacaan anak muda.
"Novel lagi?"
"Bukan, mau cari buku sejarah Indonesia."
"Serah lo. Na, gue ke kantin ya? Laper, pliis." Mela memelas, soalnya, jika sedang di perpus bersama Nayla, akan sangat susah untuk keluar.
"Iya sana, sekalin nggak usah balik lagi." Mengizinkan sih, tapi muka sama nadanya judes.
Mela mendengus, bahaya ini. "Na, Memey kan laper, boleh ya? Jangan marah gitu, ya..ya boleh ya?" Puppy eyes. Ingat, ini kelemahan seorang Nayla Satiwari.
"Iya sana, aku becanda doang kali." Mela terkekeh, syukurlah, sahabatnya ini masih waras. Ya, setidaknya dia tidak mengekang Mela tentang mata pelajaran atau tentang perpus menyebalkan ini.
"Gitu dong, gue janji nanti bakal belajar dua kali lebih giat." Nayla tersenyum saja.
"Nggak usah janji, nanti ingkar."
"Tahu aja sih?" Mela mencubit pipinya gemas. Membuat gadis dengan jam tangan pink itu tersentak.
"Gemeess deh.."
"Udah sana, nggak diizinin nih?" Mengusap pipinya pelan. Dengan tak pikir panjang, ia melenggang cepat. Siapa juga yang akan melewatkan kesempatan emas ini?
"Nggak Mela nggak Nesa, Aww.." Tubuhnya didorong kearah tembok.
"Maksud lo apa? Mau bikin gue malu?" Mata itu lagi. Dan, posisi ini lagi.
"Kamu apaan sih?"
"Kenapa lo rusak jaket gue?" Nayla mengerutkan keningnya. Apa maksud pria ini?
"Aku,"
"Jawab!" Satu sentakan. Dan Nayla mendorong tubuh itu.
"Maksud kamu apa? Rusakin jaket kamu? Aku cu,"
"Cuma apa?" Dasar, hobi sekali memotong pembicaraan orang?
"Aku cuma cuci jaket kamu aja kok, emangnya ada yang sobek?" Vito melempar jaketnya. Sontak gadis itu menangkapnya.
Apa yang salah? Ia mengeceknya, memastikan apa yang rusak. Sejauh ini, tidak ada.
"Nggak ada yang sobek. Terus,"
"Lo cium jaketnya." perintahnya diikuti.
"Wangi." Bahkan wangi Bubble gum. Pewangi pakaian yang sering Nayla pakai.