Soulmate (5)

174 41 8
                                    

'kau mengajak jiyeon kencan?' aku menggeleng

'dia yang memohon padaku' elakku

'heeooll' ketiganya lagi, dengan serempak

'tapi...club malam bukankah sedikiiiit...' mino meringis

'sengaja' satu gelas lagi kuteguk

'biar dia berhenti menyukaiku' lanjutku

'yeoja sepertinya, hanya membuatku sakit kepala' tenggorokanku benar-benar terasa terbakar

'biasanya kau akan mengabaikannya, lalu kenapa kau peduli dan repot membuatnya agar berhenti menyukaimu?' mino dan jiho mengangguki ucapan jaehwan

'kau menyukainya' aku menoleh pada jaehwan

'akui saja, kau terganggu pada jiyeon karena kau juga menyukainya' jaehwan memang benar-benar sahabatku sejak kecil. Dia bahkan lebih mengenalku dari aku sendiri

'gaurae...' desahku

'justru karena itu aku harus membuatnya semakin tidak menyukaiku' tanganku memutar gelas bening ditanganku

'karena kalau itu berlanjut, aku hanya akan membawanya ke dalam keluargaku yang hancur. Aku hanya akan membawanya ke dalam kesengsaraan. Dia...tidak akan bahagia' lirihku entah kenapa terasa perih

'myungsoo-yaaa' jiho mendekat, merangkul bahuku dan menepuknya pelan

******

Kakiku berhenti melangkah. Dari jarak beberapa meter aku bisa mengenali punggung yeoja itu. Menatap studioku dengan bahu yang turun. Matanya membelalak begitu menyadari aku berdiri di belakangnya. Cepat-cepat dia membungkuk lalu berlalu dari hadapanku

'park jiyeon' panggilku berteriak. Aku berjalan mendekat pada kantung kertas yang diletakkan di depan pintu studioku

'mwoya ige?' aku mengangkat kantung kertas itu

'aku tidak sengaja membelinya saat ke toko buku. Kalau kau tidak suka, buang saja' katanya tanpa memandangku. Kepalaku melongok melihat isi di dalam kantung kertas di tanganku. Satu set peralatan ukir keramik dengan gagang berwarna biru

'berhentilah melakukan ini. Kau harus mencari soulmate-mu daripada menghabiskan waktu denganku' terkadang aku mengutuk mulutku yang selalu mengeluarkan kata-kata pahit ini

'ahjussi, benar tidak percaya pada soulmate?' dia menoleh padaku

'tanganmu kenapa?' raut khawatir yang begitu tak bisa disembunyikan. Aku memasukkan tanganku yang diperban ke dalam saku celana

'tidak usah dipedulikan' kataku mencoba dingin

'ahjussi tau? Biasanya orang yang begitu menentang, justru orang itulah yang paling percaya' dia tersenyum

'aku yakin, kau pasti percaya pada adanya soulmate. Kau menunggu orang itu datang, tapi kau terlalu tak percaya diri. Kau mati-matian menyangkalnya, dan berlagak seperti seorang namja yang buruk' matanya sayu

'ada perbedaan yang sangat besar antara namja jahat dan namja yang berpura-pura menjadi jahat' lanjutnya

'kuharap, ahjussi akan segera menemukan orang itu' kepalanya menunduk singkat padaku sebelum akhirnya berbalik pergi. Mataku hanya bisa menatapi punggung kecil yang perlahan menjauh dan menghilang di kegelapan malam

******

'Oppaaaaaaa' palu di tanganku berhenti di udara

'mwohaneungeoyaaaaa' kepalaku menoleh ke arah si empunya suara

'kenapa kau hancurkan semua ini?' dia berlari mendekat, matanya mulai berair

'kenapa kau disini?' tanyaku lirih

Myungyeon OneshotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang