It's You

289 62 14
                                    

Myungsoo POV

'myungsoo-ya, bagaimana dengan pekerjaanmu?' aku yang sejak tadi hanya diam sedikit tersontak mendengar panggilan itu

'ne, begitu saja. Semua berjalan baik' jawabku sesopan mungkin pada namja seumuran abeoji yang mungkin akan menjadi ayah mertuaku nanti

'kudengar kau sedang mengerjakan proyek di ulsan?' aku tersenyum

'ne, abeonim. Perusahaan tempatku bekerja memenangkan tender untuk pembangunan museum di ulsan. Dan mereka memberikan tanggung jawab padaku' abeoji dan namja itu nampak puas mendengarnya

'woah yeoksi, kau memang tak pernah mengecewakan sejak kecil ya' yeoja yang duduk di sebelah namja itu bertepuk tangan senang

'aku memang yakin kau akan jadi orang yang hebat' ahjussi itu menambahkan

'ei aniyeyo, aku tidak sehebat itu' elakku merasa malu

'seri-ya, kau harus banyak belajar pada myungsoo' aku menoleh pada yeoja yang duduk tepat di depanku ini. Dia memakai gaun berwarna peach yang sangat feminim, rambutnya dikepang dengan begitu cantik

'seri bisa belajar lebih banyak saat mereka menikah nanti' komentar abeoji memancing tawa. Yah aku merasa sedang bermain sebuah drama, seorang chaebol yang dijodohkan dengan chaebol lainnya. Bedanya kami bukannya keluarga konglomerat, hanya saja ini memenuhi janji eomma di masa muda untuk menikahkan anak mereka.

'haaaah' yeoja di depanku nampak menghela nafas, di jelas tak suka dengan semua ini

'myungsoo-ya, seri memang sedikit pemalu' eomma yeoja itu merangkulnya membuatku hanya menganggukkan kepala mengerti

'ye, ini pertemuan pertama jadi mungkin masih canggung' eomma di sebelahku menambahkan

'yah, kau harus memperlakukannya dengan baik' kata eomma sembari menyikutku

'ye ye algeussebnida' jawabku membuat semua orang kembali tertawa

'jalbutaghae, seri-ssi' gumamku pada yeoja yang mungkin akan menjadi istri masa depanku ini

*******

'yoboseyo?' aku baru saja selesai rapat dengan kolegaku saat teleponku berdering

'nuguseyo?' tanyaku pada suara yeoja di seberang telepon

'aaaah seri-ssi, waeyo?' han seri. Yeoja yang akan menjadi tunanganku itu menelepon

'makan siang?' aku melirik jam di tanganku. Memang sudah menunjukkan hampir waktunya makan siang. Katanya ada yang ingin dibicarakan

'ne, geuromyo. Dimana?' aku mengangguk menyetujui

'aku akan segera ke sana' jawabku menyanggupi. Kusimpan kembali ponsel di dalam jasku setelah panggilan terputus

'wooyoung-ah, aku akan makan siang duluan. Tolong kembalikan ini ke mejaku ya' aku mencegat jalan salah seorang temanku yang juga ikut rapat barulah setelah itu aku beranjak pergi menuju kedai kopi yang letaknya dekat sekolah han seri.

Kupacu mobilku dengan santai karena jalanan belum terlalu macet. Semalam dia nampak begitu putus asa, jadi mungkin dia ingin membicarakan mengenai pembatalan perjodohan itu. Yah memang sebenarnya kedua orang tua kami tak memaksa. Eomma bilang begitu, tapi yang kulihat sebaliknya. Perjodohan itu adalah sebuah keharusan. Untuk aku yang memang malas mencari kekasih sih itu sebuah bantuan agar hidupku lebih baik.

Lima belas menit kemudian aku sudah tiba di kedai itu. Sebuah tempat nongkrong yang cukup nyaman untuk anak muda. Kedainya cukup luas, dan nampak begitu menyenangkan. Jaraknya hanya beberapa meter dari sebuah komplek sekolah membuatnya ramai dengan beberapa murid berpakaian seragam sekolah.

Myungyeon OneshotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang