A Thousand Word

178 39 5
                                    

Kim myungsoo POV

'Park jiyeooooon' teriakku kesal dari ruang kerjaku. Kudengar langkah kaki terburu-buru mendekat lalu pintu berderit terbuka

'Ye?' Tanya yeoja berkepang dua itu dengan nafas terengah

'Kau darimana saja?' Tanyaku heran

'Ah geuge...saya...' dia masih terengah

'Makan siang, jagganim' jawabnya sambil nyengir

'Makan siang?' Aku membeo

'Ne,makan siang' kepang rambutnya ikut bergerak saat dia mengangguk

'Tadi anda meminta saya membelikan makan siang, baru saja saya hangatkan dan sudah siap di ruang makan' aku menghela nafas. Benar, tadi aku sendiri yang memerintahkannya

'Apa ada yang anda perlukan?' Tanyanya lagi

'Aniya, amugeotdo. Ayo kita makan sekarang' senyum lwbarnya terbit mwmbuat matanya menyipit. Kantung hitam di bawah matanya jadi semakij terlihat. Yeoja ini adalah asistenku yang membantuku mengerjakan komik yang sedang kukerjakan. Ini adalah tahun ketiganya bekerja denganku. Dia bahkan sudah punya kamarnya sendiri di rumahku. Sejujurnya aku tak suka bekerja dengan orang lain, tetapi karena deadline yang terus menjerat, dan cerita yang makin rumit aku mau tak mau harus mencari asisten pembantu. Dan yah, walaupun ceroboh, jiyeon memang membantu.

'Kau sudah menelepon kuil nanyak yang kusuruh kemarin?' Kepalanya mengangguk dengan mulutnya yang terus bergerak mengunyah 'Sudah, saya sudah buatkan janji untuk besok siang' jawabnya sebelum menyuapkan lagi satu sendok penuh nasi ke mulutnya

'Ambilkan air' dengan cekatan dia berlari menuju kulkas lalu membawa kembali satu teko air dingin bersamanya

'Kata biksu yang menjawab telepon, besok ada sesi doa bersama di kuil jadi kita bisa ikut sesi itu sebentar lalu setelahnya kita bisa melakukan wawancara' jelasnya yang kuangguki

'Jalhaesseo, atur semuanya jangan sampai berantakan' sia nyengir

'Kita harus dapatkan wawancara itu untuk bahan komik kita selanjutnya' kepalanya manggut-manggut

'Algeussebnida, jagganim' aku menghela nafas. Masih belum terbiasa dengan cara makan jiyeon yang sedikit berantakan

'Bersihkan ini setelah kau selesai' tunjukku pada beberapa butir nasi yang tercecer di atas meja

'Ehehe jwisonghaeyo, akan saya bersihkan' aku memutar mataku malas, yah terserahlah

******

'Disini?' Salah satu alisku naik menatapi kuil tua di depanku

'Ye' park jiyeon sudah membuka pintunya, lalu keluar dengan bersemangat

'Aku bahkan takjub ada bangunan seluas ini di pinggiran kota seoul' Gedung ini tua, tapi luas sekali. Bahkan halamannya seluas lapangan sepak bola

'Ambil gambar dengan benar' park jiyeon sebenarnya tanpa disuruh sudah membidikkan kamera yang tergantung di lehernya ke lingkungan sekitar

'Eoh' pekiknya menarik perhatianku. Kulihat dia berlari kecil ke arah seorang namja berkepala botak yang sedang menyapu daun kering 

Aku masih diam menatapi jiyeon yang sedang mengobrol nun jauh disana. Sesekali dia melirikku. Setelah mungkin tiga menit dia kembali berlari ke arahku

'Biksu muda itu akan mengantarkan kita masuk' katanya menginformasi

'Geurom gaja' jiyeon berjalan lebih dulu dariku, kami mwnghampiri biksu tadi sebelum mengikutinya masuk

Sebuah aula yang teramat besar, dengan patung budha yang amat besar berwarna emas. Puluhan orang duduk dengan tenang seakaj terhanyut oleh doa yang dirapalkan kepala biksu di depan sana.

Myungyeon OneshotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang