My Secretary 3

410 67 14
                                    


'Permisi, bujangnim saya...' jang-gisanim terdiam begitu aku melirik tajam padanya yang berdiri di ambang pintu

'ayo pulang' aku berdiri, menyambar jasku lalu melenggang pergi lebih dulu. Dia mengikuti dari belakang. Dalam perjalanan pulang aku terus fokus ke luar jendela. Mengamati kendaraan dan manusia yang berlalu lalang. Nafasku tercekat begitu mendapati sepasang kekasih berjalan sambil bergandengan tangan

'berhenti' perintahku tiba-tiba membuat jang-gisanim menginjak rem mendadak dan tubuhku terlempar ke depan

'jwisonghabnida bujangnim, saya...'

'putar balik' potongku membuatnya melirikku takut

'ani, bawa aku ke rumah park-biso' perintahku yang langsung dianggukinya

'pulanglah, aku akan menyetir sendiri' perintahku setelah kami sampai di depan gedung apartemen park-biso, dia mengangguk

'tuan, apa saya...' kulihat dia menggigit bibirnya ragu, raut wajahnya takut

'ani, kembalilah besok seperti biasa' kataku yang bisa membaca ketakutannya, mungkin dia pikir aku akan memecatnya. Bisa kulihat sekarang wajahnya berubah lega

'ye gamsahabnida bujangnim' dia membungkuk beberapa kali sebelum pergi

'jang-gisanim' panggilku membuatnya berhenti dan berbalik

'ambillah untuk ongkos taksimu' aku mengulurkan beberapa lembar uang yang ditolaknya tapi diterimanya karena aku memaksa. Yah aku tak suka penolakan.

'haaaaaah' aku menghela nafas. Mataku menatap ke atas sana, ke apartemen sederhana park-biso. Lampunya sudah padam, mungkin dia sudah tidur. Cukup lama aku berdiri di sana, bersandar pada mobilku. Hanya menatapi apartemen yang gelap itu.

Lima belas menit kurasa sudah cukup lama menunggu. Besok aku akan menemuinya di kantor. Tapi begitu aku hendak berbalik, mataku menangkap siluet tubuhnya. Park jiyeon sedang berjalan dengan pakaian santainya. Rambutnya digelung ke atas. Tangannya membawa sekantung belanjaan dari minimarket di ujung jalan sedangkan tangan satunya mengotak-atik ponselnya. Dia tersenyum sambil menayap layar ponselnya yang menyala. Berjalan ke arahku dengan gerakan lambat. Membuat kedua sudut bibirku tanpa sadar tertarik membentuk senyuman

'eoh' pekiknya begitu melihatku. Kakinya berlari mendekat

'bujangnim wae yeogiisseo? Apa ada sesuatu yang mendesak?' aku mengangguk

'kenapa tidak menelponku?' tanyanya panik

'tak bisa, aku harus menemui secara langsung' jawabku membuatnya mengernyit

'mwonde? Apa sangat gawat dan rahasia?' aku kembali mengangguk

'bogosipeo' bisa kulihat wajah kagetnya, dia pasti tidak mengharapkan ini

'ne?' pekiknya

'bogosipdago' aku mengulangi

'besok kembalilah bekerja' dia mengangguk ragu

'geurom' aku segera membuka pintu mobilku dan masuk ke dalamnya

'park bisonim' panggilku setelah membuka kaca jendela

'ye?' dia menunduk, mensejajarkan wajah kami

'park jiyeon' ulangku memanggilnya

'kupikir, aku tau bagaimana rasanya jatuh cinta' dia mengernyit

'persiapkan hatimu, mulai sekarang aku akan serius padamu' setelah mengecup bibirnya singkat aku segera tancap gas kabur meninggalkannya. Dari kaca spion aku masih melihatnya berdiri terkejut dengan tangan yang memegangi daun bibirnya

Myungyeon OneshotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang