A Thousand Words (2)

216 42 9
                                    

'Apakah setiap anda berbicara, ada yang terjadi pada pohon itu?' Aku mengangguk

'Daunnya selalu gugur sebanyak aku berbicara' dia menghela nafas

'Saya belum pernah menemukan yang seperti ini. Pengetahuan saya sangat sedikit, jadi saya tak bisa berkata banyak. Tapi...' dia menjeda

'Saya akan mencoba mencari tau pada rekan biksu yang lain' aku sedikit lega

'Selama masa itu terjadi, saya pikir sebaiknya anda tidak berbicara dulu' lanjutnya

'Waeyo?' Lagi, jiyeon yang bertanya

'Saya takut, mungkin anda sedang dihukum oleh langit dan nyawa anda bisa terancam' setelah menepuk bahuku kepala biksu itu pergi

'Maldo andwe' lirihku

'Teori bodoh macam apa itu' tanganku mengepal

'Dewa dewa sialan' aku menghentak pergi menuju mobil. Membanting pintunya kencang.

Rasa marahku memuncak.

'Kenapa kau lama sekali, tidak berguna' aku bahkan marah tanpa alasan pada jiyeon

'Mianhaeyo' katanya lirih sebelum mulai menyalakan mobil

******

Pagi ini semakin banyak daun yang berguguran. Menutupi hampir sebagian besar tanah di bawah pohon sialan itu

'Selamat pagi' jiyeon baru saja keluar dari kamarnya

'Jiyeon-ah, tolong bersihkan daun itu nanti' dia mengangguk

'Akan saya lakukan setelah membuat sarapan' jawabnya

'Ani, aku yang akan masak. Kau lakukan saja apa yang kuminta' aku mendesah lelah, beberapa daun gugur lagi setelah aku selesai bicara

'Kau tau kapan biksu itu akan memberi kabar?' Kepalanya menggeleng

'Dia hanya bilang akan segera menghubungi' jawabnya

'Geogjeongmayo jagganim, anda pasti baik-baik saja' bisa kulihat dia memaksakan senyumnya

'Dwesseo, bersihkanlah daun itu' aku melenggang pergi menuju ke konter dapur. Tanganku dengan cekatan mengolah bahan mentah yang kutemukan di dalam kulkas. Nasi goreng kimchi jadi pilihanku.

'Byuuuuurrr' suara yang begitu keras terdengar dari luar. Kakiku berlari kearah sumber suara, mendapati jiyeon sudah basah kuyup di dalam kolam yang kotor dengan dedaunan

'Jwisonghaeyo, aku terpeleset saat mengambil daun di dalam kolam' katanya tanpa kutanya

'Gwencanha?' Kepalanya mengangguk

'Gwencanhayo jagganim' tangannya mengusap rambut yang menempel di wajahnya

'Naiklah, sarapan sudah siap' lagi dia mengangguk. Aku mengulurkan tangan membantunya naik

'Deg' aku menelan ludahku. Kaos putih kebesaran yang dipakainya sekarang menjadi pas mencetak bentuk tubuhnya karena basah. Warna putih itu menjadi transparan dan menampakkan apa yang dikenakan jiyeon di balik kaosnya

'Ehem' aku berdeham, membuang pandanganku seketika. Rasanya jantungku berdebar begitu kencang

'Tinggalkan saja ini, lanjutkan nanti. Sekarang gantilah pakaianmu' kataku tanpa memandangnya

'Ye, algeussebnida' lalu dia berlari kecil melewatiku

'fiiuuuh' rasanya keringat dingin mengalir di pelipisku. Dasar yeoja bodoh itu. Tanganku mengacak rambutku, membuang semua pikiran tak senonoh. Bagaimanapun aku namja di awal 30 tahunan yang sehat. Bagaimana mungkin aku tidak terpikirkan melihat...aaah dwesseo

Myungyeon OneshotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang