Yes, Captain

336 72 27
                                    


Matahari bersinar begitu terang di gangwondo hari itu. Sebuah pusat pelatihan militer dengan begitu banyak orang sedang berlatih. Beberapa kelompok namja berlarian dengan teratur di sekeliling barak tentara. Beberapa yang lainnya sedang membereskan peralatan latihan menembak yang baru saja selesai mereka gunakan. Ada pula yang beristirahat di dalam tenda-tenda di sekitar lapangan.

Dia antara semua namja lusuh itu ada seorang yeoja berpakaian bersih dan wangi. Kulitnya yang seputih porselen seakan bersinar di bawah matahari yang begitu terik. Rambut hitam panjangnya sehitam arang dibiarkannya terurai sebagian menari-nari ditiup angin semilir. Dengan sepatu sneaker berwarna hitam dia melangkah menyusuri jalanan tanah berbatu itu tanpa menghiraukan ratusan pasang mata yang terus memperhatikan gerak geriknya.

'aaah menyebalkan' gerutu si yeoja berkaos putih kebesaran itu. Peluh menetes dari pelipisnya karena berjalan cukup jauh dari pintu masuk

Matanya celingak-celinguk dengan leher terjulur. Seakan mencari seseorang yang dikenalnya. Tetapi nihil. Matanya hanya mendapati beberapa orang sedang mengamatinya penuh minat. Membuatnya cepat-cepat mengalihkan pandangan ke arah lain. Seharusnya dia tidak nekat datang ke tempat ini. Seharusnya dia cukup menurut saja pada jawaban yang sudah didapatkannya di telepon kemarin.

'jogiyo' badannya otomatis berbalik ketika seseorang menyapanya

'agassi sedang mencari siapa?' namja berpakaian tentara lengkap itu tersenyum menunjukkan deretan giginya

'eeerrrr...' yeoja itu sedang menimbang haruskah dia bertanya pada orang di depannya itu

'geuge...' namja di depannya seakan menanti kelanjutan kalimat dari yeoja itu

'bisakah tunjukkan padaku dimana ruangan jenderal Park jiho?' akhirnya dia putuskan bertanya, panas matahari serasa membakar kulitnya

'apakah anda sudah membuat janji?' helaan nafas terdengar begitu jelas dari yeoja itu

'belum, tapi ini masalah darurat. Bisakah tolong tunjukkan saja?' yeoja itu kini berubah ketus membuat si tentara kebingungan

'kalau tidak mau yasudah, menyingkir saja' yeoja itu berbalik dengan sadis meninggalkan si tentara terdiam mematung. Setelah setahun penuh tidak melihat lawan jenisnya, sekalinya bertemu dia malah diusir seperti itu. Tentu saja hatinya patah. Harapannya untuk bisa punya kekasih luntur sudah

Sepatu sneaker yang sudah berlumur lumpur itu kembali berjalan. Menuju sebuah gedung yang cukup besar. Setidaknya dia butuh berteduh. Mata tajamnya kembali menyisir setiap manusia yang ditemuinya. Dia mendengus ketika mendapati namja yang tadi menyapanya masih terduduk lemas di tempat yang sama.

'tidak berguna' gumamnya malas

'jiyeonie?' kepalanya menoleh ke samping, seseorang memanggil namanya

'benar ini jiyeonie?' untuk pertama kalinya sejak dia menginjakkan kaki di barak militer ini yeoja itu tersenyum lebar. Ada kelegaan dalam hatinya.

'ahjussiiiii' dia berlari ke arah namja yang dipanggilnya ahjussi itu

'waeyeogiisseo? Sejak kapan kau disini?' namja berambut sedikit putih itu nampak heran

'appa eodi?' tanya yeoja bernama park jiyeon itu

'ah mencari appamu? Ayo ikuti ahjussi' kedua orang yang menjadi pusat perhatian seluruh makhluk itu menghilang ke dalam gedung. Membuat namja-namja haus belaian itu mendesah kecewa

******

Jiyeon POV

Lorong gelap gedung yang catnya sudah kusam ini begitu mencekam. Aku tidak pernah suka berada disini. Kali terakhir aku datang ke gedung berbau lembab ini adalah saat aku berada di kelas tiga junior high. Dan setelahnya aku selalu menolak dengan berbagai alasan.

Myungyeon OneshotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang