35. Dian

720 44 2
                                    


Dian berjalan dengan tergesa. Sebuah amplop cokelat berisi dokumen penting ia cengkeram kuat-kuat. Sebuah alamat ke mana ia harus menuju telah terlihat. Semakin dekat, hatinya semakin berdebar. Ia tahu, membocorkan informasi penting perusahaan itu berisiko fatal. Akan tetapi, sang peminta informasi mengatakan bahwa itu semua harus ia lakukan kalau ingin selamat saat perusahaan berurusan dengan tuntutan hukum. Lagi pula, uang yang dijanjikan sangat menggiurkan. Ia sedang membutuhkan banyak biaya untuk adiknya yang terkena kanker otak.

"Kamu?" Suara tak asing itu membuat Dian terlonjak kaget.

"Irawan?" Mata Dian membelalak. Seketika itu juga ia sadar telah terjadi kesalahan. Beruntung ia tadi sempat membuat rencana cadangan. Dokumen asli ia sembunyikan di tempat aman sebelum sampai di rumah ini.

"Ternyata kamu pengkhianatnya!" Mata Irawan merah karena amarah. "Mana dokumennya?"

Dengan gemetar Dian menyerahkan amplop cokelat itu. Habis sudah karirnya kini. Ia tidak tahu empat sosok lain mendekati rumah itu. Tahu-tahu ia merasa mulut dan hidungnya dibekap. Samar-samar ia melihat Irawan juga diperlakukan sama sebelum semuanya gelap.

Saat terbangun, kepalanya terasa berat. Ia kaget karena mendapati dirinya tergolek di kasur di sebuah kamar asing. Betapa takutnya ia saat menemukan tubuhnya terbuka tanpa selembar kain pun. Ia semakin panik saat menemukan seseorang di sampingnya. Irawan tergolek di sana, telanjang bulat!

Beberapa orang masuk ke kamar itu membawa gelas. Ia dan Irawan dipaksa meneguk cairan yang ternyata minuman keras itu, lalu meninggalkan mereka begitu saja. Entah apa yang terjadi, tahu-tahu tubuhnya memanas karena gairah. Dengan otak yang sudah tidak awas karena pengaruh alkohol, ia dan Irawan saling meraih tanpa ampun hingga terjadilah perbuatan tak senonoh itu. Sesudah itu tubuhnya melemas. Pandangannya semakin suram hingga akhirnya gelap sama sekali.

☆☆☆

Ditemani Kukuh, Iskandar, dan Meinar, Yasmina berurai air mata mengiringi kepergian Dian dan Irawan di pemakaman. Kedua jasad orang yang sangat dikenalnya itu dimakamkan dalam satu lubang mengingat mereka ditemukan meninggal saat sedang bersama. Ada bukti-bukti keduanya melakukan persetubuhan di bawah pengaruh obat perangsang yang berlebihan yang mengantar mereka menuju ajal.

Yasmina tak habis pikir, Dian dan Irawan ternyata memiliki hubungan. Ternyata semua orang memiliki sisi gelap masing-masing. Kukuh yang terlihat alim begitu pun ternyata melakukan hubungan seksual di luar pernikahan selama bertahun-tahun.

Setelah mengucapkan doa dan menaburkan bunga, mereka bergerak pulang. Kukuh harus digendong oleh asistennya ke jalan utama karena jalanan pekuburan terlalu sempit untuk dilalui kursi roda. Iskandar memperhatikan dengan iba.

"Kakinya jadi kecil sekali, ya?" cetus lelaki tua itu. "Terus terang, Kakek sedih melihat dia seperti itu, harus digendong-gendong padahal dia lelaki."

Sontak Yasmina dan Meinar menoleh. Kata-kata itu sebenarnya tidak pantas untuk diucapkan. Yasmina heran, apa maksud sang kakek dengan mengatakan itu? Ia tidak yakin kakeknya sekadar berbicara ngawur.

"Itu karena jalanan ini tidak ramah buat dia, Kakek. Kalau semua bisa diakses, dia bisa ke mana-mana sendiri, kok!"

"Oh, oh! Ada yang marah rupanya. Maafkan ... Kakek belum terbiasa melihat orang berkursi roda, jadi nggak peka," ujar sang kakek ringan.

Mereka berjalan menuju tempat Kukuh menunggu.

"Ah, Kukuh. Kita belum sempat menanyakan kabar. Gimana kabarmu?" sapa Iskandar sambil menyalami Kukuh.

Kukuh membalasnya dengan sopan. "Baik. Om dan Tante sendiri bagaimana?"

"Tantemu seharusnya pasang ring, tapi belum mau. Katanya takut," keluh Iskandar.

"Oh, Tante sakit jantung?" tanya Kukuh yang langsung diamini oleh Meinar.

"Oh, ya, Kuh. Om mau tanya sedikit, boleh?"

Walau terheran, Kukuh mengangguk.

"Kalau kamu menemukan pencuri di rumahmu, kamu apakan dia?" tanya Iskandar dengan tegas dan lugas. "Dihukum kan, biar kapok?"

Yasmina seketika mengerutkan kening. Menilik wajah Kukuh yang terperangah sedetik, ia merasa ada sesuatu di antara mereka.

"Tergantung mencuri apa dulu, Om," jawab Kukuh sambil mengerling manis ke Yasmina. "Kalau yang dicuri hati saya, dan yang mencuri Yasmina, akan saya peluk pencurinya."

Iskandar menatap tajam sejenak. Sejurus kemudian lelaki tua itu terbahak-bahak.

"Benar sekali kamu! Ya sudah, pulanglah dengan pencuri hatimu. Om juga mau pulang dengan pencuri hati Om." Sambil berkata begitu ia menggamit Meinar lalu berjalan menuju mobil mereka.

Di dalam mobil, duduk berdampingan sambil menggenggam tangan Kukuh, Yasmina masih belum lepas dari sikap kakeknya tadi. Ia yakin sang kakek bukan sedang bercanda. Diliriknya kekasihnya. Entah mengapa, Kukuh semakin tampak berbeda.

☆☆☆

Iskandar mengamuk di kantor. Beberapa anak buahnya tertunduk kecut. Mereka tinggal menunggu nasib saja, diturunkan dari jabatan atau dipecat.

Iskandar mendengkus beberapa kali. "Apa maunya bocah itu? Apa dia berusaha menjatuhkan aku? Mau menuduhku menggelapkan pajak?"

Iskandar masih mengumpat beberapa kali sebelum melanjutkan, "Dia kira aku mata rantai terlemah. Dia tidak tahu justru aku yang membentuk rantai itu. Bodoh!"

Ia menunjuk satu anak buahnya. "Kamu! Tahu kan apa yang harus dilakukan?"

"Siap, Pak. Memanaskan kompor tetangga," jawab lelaki itu mantap. Iskandar selalu menggunakan istilah, 'Kalau bisa membuat orang lain memasak gratis untuk kita, mengapa bersusah payah memasak sendiri?'

Iskandar selalu begitu. Mana mau ia melakukan pekerjaan kotor dengan menggunakan tangan sendiri? Ada saja orang yang mau melakukan itu tanpa menyadari dirinya tengah diperalat. Sangat cerdik. Akan tetapi, secerdik apa pun, ada kalanya strategi itu gagal. Salah satunya sangat fatal.

Dulu, salah satu mantan sekutunya mengamuk karena merasa dikhianati dan membalas dendam. Seharusnya Iskandarlah yang berada dalam mobil naas itu. Malang sekali, Iskandar batal pergi. Yang naik ke mobil itu justru Early, menantu tunggalnya.

Peristiwa itu sampai sekarang berhasil ditutup rapat dan dilaporkan sebagai kecelakaan lalu lintas biasa. Tentu saja Ibra tidak dapat dikelabui. Walaupun berhasil dibujuk Meinar agar menghentikan investigasi, Ibra tidak sudi bertegur sapa dengan sang ayah hingga hari ini.


////////////////////////

Sabar ya ... seminggu lagi update

YasminaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang