3b. Rumah Besar (2)

1.3K 95 12
                                    



Yeni iba. Ia sungguh berharap Kukuh bisa luluh oleh perempuan ini. Setelah berpikir sejenak, akhirnya ia mengiyakan.

Yasmina mengeluarkan senjata terakhir, sebuah biola. Alat musik tua itu telah menemaninya sejak kanak-kanak. Sebuah karya seni buatan khusus yang berkualitas tinggi, terbukti dari suara dalam nan bening yang dihasilkan.

Yasmina meminta izin untuk masuk ke ruang tengah. Sampai di sana, ia berdiri di ambang teras, menghadap hutan di belakang. Segera, angin semilir beraroma pinus menerpa wajah dan tubuh. Sejenak ia ragu, apakah sopan bila melantunkan lagu tanpa seizin pemilik rumah?

Ia teringat para pengamen jalanan. Ia juga tengah mengemis perhatian, bukan? Tak ada salahnya mencoba. Tak ada hukum yang dilanggar dengan memainkan biola di rumah seorang lelaki kesepian.

Gadis bertubuh ramping dan padat itu memejamkan mata, berusaha mendapatkan suasana hati yang tepat. Sayup-sayup deru sungai menggugah hati. Tangannya terangkat, dan alunan nada pun melantun indah, mengisi rumah yang senyap itu.

Gesekan demi gesekan menghasilkanrangkaian bunyi yang merdu. Keindahannya dapat dirasakan oleh setiap orang yangmendengar. Ia memainkan berbagai lagu, mulai dari "Apres un Reve"hingga "Sicilienne", "Stand by Me" hingga "Shallow" Yasmina tenggelam dalam permainan, tanpa menyadari seseorang tengah menatapnya dengan pandangan yang tidak bisa ditebak.

Shallow (A star is born) - Lady Gaga & Bradley Cooper - Amadeea & Veran Zorila cover

☆☆☆

Suasana hati Kukuh tengah buruk pagi itu. Salah satu orang kepercayaannya menelepon. Sesuatu yang tidak diharapkan telah terjadi.

"Mas, kita kehilangan Sayuti." Suara Andre terdengar lirih. "Dia dibuat seolah-olah menjadi korban perampokan."

Suasana duka segera memenuhi ruang itu. "Hasil kita sejauh mana?"

"Jalan buntu, Mas," jawab Andre lesu.

"Kita sudahi saja, terlalu berbahaya buat kalian," kata Kukuh kemudian.

Akhirnya semua hanya sampai di sini, keluhnya dalam hati. Barangkali sudah takdirnya untuk berhenti. Tak ada lagi yang bisa dikejar. Masa depan bukan hanya suram, melainkan gelap gulita. Di dasar hati, terselip keinginan untuk menyudahi segala.

"Aku mau ke kursi roda," pintanya pada Deni.

"Kursi roda yang mana, Mas? Yang manual atau elektrik?" tanya Deni. Walau sudah tahu jawabannya, Deni tak bosan memberi pilihan itu. Maksudnya untuk mengingatkan Kukuh secara halus agar menggunakan kursi roda manual sesuai anjuran dokter. Tangan Kukuh yang tidak lumpuh harus dilatih agar bisa menggantikan fungsi kaki. Kursi roda elektrik akan memanjakan lengan itu sehingga akan lemah selamanya.

"Elektrik," jawab Kukuh.

"Apa tidak sebaiknya ...."

Kukuh langsung melengos, dan Deni pun paham. Tanpa bicara lagi, ia memindahkan Kukuh ke kursi roda yang dikehendaki. Kukuh menekan tuas kemudi. Dengan bunyi berdesing lirih, kursi roda itu bergerak ke jendela.

Tidak terlalu lama merenung di jendela, Kukuh meminta Deni membantunya pindah kembali ke tempat tidur. Terlalu lama berbaring membuatnya tidak tahan berlama-lama duduk di kursi roda. Sebentar saja kepalanya terasa ringan. Tidak adanya sensasi di pantat dan kaki membuatnya tidak bisa merasakan di mana ia duduk. Ditambah spasme[1] yang kerap mendera, ia takut terjatuh dari kursi roda.

YasminaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang