Iskandar tidak tinggal diam menyaksikan perusahaannya diserang. Ia segera membuat langkah pengamanan. Malam itu, Iskandar membuat janji temu dengan Pramudya di daerah Kemang. Kafe milik Pramudya itu menyajikan live music dan makanan ala Italia. Pengunjungnya cukup ramai, namun mereka memiliki bilik-bilik privat yang memungkinkan orang-orang bertemu dan membicarakan hal-hal rahasia.
"Aku prihatin banget soal cucuku dengan anak AG itu," kata Iskandar sambil menenggak anggur merah. "Kamu bisa bantu, Pram?"
"Oh, pasti bisa. Kenapa dia, Pak?"
"Ya, tahu sendirilah. Orang dia begitu ...," Pak Is memperagakan gaya mengayuh kursi roda. "Sayang banget, cucuku cantik dan pintar kok dapatnya seperti itu."
Pramudya terbahak, puas mendapat teman untuk melampiaskan kesal. "Biar gini-gini," Pramudya ikut-ikutan bergaya mengayuh kursi roda, "Dia nggak malu mepet istri saya terus. Nggak tahu diri banget, kan? Belum sadar sudah lumpuh begitu."
"Masa?" tanya Iskandar. Ia selalu terhibur oleh Pramudya. Riuhnya melebihi mulut perempuan.
"Saya heran, kok Yasmina bisa suka sama dia, bermasalah begitu." Pramudya menyeringai.
"Berarti cucuku diselingkuhi, dong?" Iskandar bergaya gusar. Gayanya sangat alami, sampai-sampai Pramudya tidak menyadari. "Kamu yakin istrimu bisa begitu?"
Dalam hati Iskandar memahami penyebab rasa tak aman Pramudya. Lelaki ini sukses sebagai pengusaha di usia muda. Namun, bila dibandingkan dengan Kukuh, kekayaan Pramudya hanya sebesar kuku. Gayanya saja yang selangit sehingga orang yang tidak tahu kerap dibuat silau.
"Kata sumber saya, mereka mulai diam-diam ketemuan di apartemen." S**it!. Pramudya memaki dalam hati, tidak berani di depan Iskandar.
"Begitu? Sejauh apa hubungan mereka?"
"Kata sumber saya, dia grepe-grepe istri saya. Tahu sendiri Restu masih suka sama dia."
Anjing! Wajah Pramudya memerah. Agaknya ia benar-benar marah.
"Kapan?" Nada suara Iskandar mulai meninggi. Dalam hati ia tertawa melihat Pramudya tersulut emosi.
"Kejadian terakhir kemarin."
"Kok bisa?"
"Gara-gara saya suruh membujuk Kukuh dulu, Restu keterusan."
"Maksudmu mereka sering berbuat begitu?"
Dengan gusar Pramudya menunjukkan sebuah foto seorang lelaki berkursi roda tengah memangku dan mencumbu seorang wanita. Satu lagi gambar lelaki itu telanjang, setengah menelungkup di atas wanita itu, dengan hanya separuh badan tertutup selimut. Wajah keduanya tidak nampak, namun postur tubuh mereka sangat mirip Restu dan Kukuh.
Iskandar kembali tertawa dalam hati. Ia tidak peduli foto itu asli atau ulah Gege, yang penting level 10 sudah tercapai. Pramudya memang kadang senaif itu.
"Pram, tolong kamu ngomong sama Yasmina," pinta Iskandar dengan wajah memelas. "Dari dulu aku nggak simpati sama anak ini. Dia juga merongrong Madava terus. Masa mau masukin duri dalam daging sendiri. Kamu juga kena imbasnya, kan?"
Pramudya mengangguk-angguk. "Tapi saya juga dibantu ya, Pak."
"Beres. Kamu mau ngapain?"
"Ekspor bayi ikan hiu[1]. Izinnya susah minta ampun!"
Iskandar terbahak. "Kan bisa minta tolong om kamu."
Pramudya meringis lebar. "Om saya sekarang sok-sok bersih. Takut makin jadi sorotan media trus nanti nggak kepilih lagi. Lagian yang berkuasa kan tetap orang partai. Nah, kalau sudah ke situ, itu wilayahnya Pak Is."
KAMU SEDANG MEMBACA
Yasmina
RomanceKukuh Arkatama, lajang berkualitas tinggi, pewaris tunggal sebuah grup bisnis besar, terpaksa menggunakan kursi roda seumur hidup setelah tragedi kecelakaan maut yang merenggut sebagian besar anggota keluarganya. Sementara itu, kekasih selama 13 ta...