43. Perpisahan

1.6K 180 35
                                    


"Kamu adalah hadiah terindah dalam hidupku."

= Kukuh Arkatama =


Perpisahan, walau disebut hanya sementara, tetap menyisakan rasa kehilangan. Buktinya, Yasmina menangis semalaman, dan beberapa malam berikutnya. Sebagian karena kecewa Kukuh menyerah begitu saja, menerima usul perpisahan. Sebagian lagi karena merasa ada hal yang disembunyikan Kukuh dan tidak mau dibagi. Benarkah ia orang penting bagi Kukuh bila lelaki itu tidak mau berbagi beban dengannya? Belum lagi Rosa memberi kabar bahwa keluarga David akan melamar dalam waktu dekat, semakin nelangsa hatinya.

"Dia sayang banget padamu, Yas. Nenek yakin sekali," bujuk Meinar. "Dia tidak menduakan kamu."

Ingin sekali Yasmina percaya dan menutup mata terhadap tabir misteri yang membuat gelap hubungan mereka. Kenyataannya, ia justru semakin larut dalam keraguan. "Pencurian data itu benar dia pelakunya, Nek?"

Meinar menggeleng. "Nenek tidak tahu."

"Kematian Dian dan Irawan?"

"Kamu sudah tanyakan hal itu ke Kukuh?"

"Sudah, tapi dia menyangkal. Aku tidak yakin Kakek menuduh tanpa bukti yang kuat."

Meinar mengembuskan napas. "Yas, ada baiknya kamu mendengarkan papamu. Pulanglah ke Kairo segera."

Yasmina berkerut kening. "Penelitianku belum selesai, Nek."

"Segera selesaikan pengambilan datanya, lalu kerjakan di Kairo sana. Terlalu lama di sini, kamu akan semakin larut dalam intrik-intrik korporasi yang tidak jelas."

Yasmina mengangkat kedua alis, meminta penjelasan. "Banyak sekali misteri di sini."

Meinar menghela napas. "Nenek khawatir, Yas. Situasi seperti ini mengingatkan Nenek pada masa-masa menjelang kecelakaan mamamu dulu." Suaranya serak dan mata tua itu semakin redup. Ingatannya melaju ke belakang, ke masa kecil Yasmina. Gadis itu masih berusia sebelas tahun saat Early kecelakaan.

Yasmina sudah menduga, ada keterkaitan sang kakek dengan nasib nahas ibunya. "Nek, sebenarnya apa yang terjadi?"

"Nenek tidak boleh menceritakan ini sebenarnya. Tapi kamu saat ini menghadapi situasi serupa. Nenek akan memberi tahu supaya kamu bisa memahami kakekmu dan mengerti sikap Kukuh sekarang ini."

Meinar tampak pucat. "Bisnis kakekmu tidak sebersih milik Ibra, Sayang."

Yasmina menghela napas. "Aku sudah menduganya. Tapi semua masih terkendali, kan, Nek? Di negara ini, apa yang benar-benar bersih?"

Meinar mengangguk. "Sebagian juga gagal dan menjadi bola panas. Mamamu itu korban salah sasaran. Ada yang mau menuntut balas pada kakekmu, tapi Early yang menanggungnya." Mata Meinar kini membasah. "Sampai sekarang Nenek masih merasa bersalah, mengapa tidak mencegah dari awal, saat Kakek memulai usaha baru itu."

"Situasi yang sekarang bagaimana, Nek?"

Meinar menggeleng. "Yang sekarang ini semua di luar pengetahuan Nenek. Nenek tidak tahu apa-apa, itu yang sangat menakutkan, Yas." Sejurus kemudian ia terdiam mematung, sampai akhirnya melanjutkan, "Perasaan Nenek bilang, kali ini jauh lebih besar dari yang dulu."

"Apa sebenarnya hubungan Kukuh dengan 'sesuatu' itu?"

Meinar menggeleng kembali. "Nenek juga tidak tahu. Kamu pacarnya, kan? Masa kamu tidak tahu dia mengerjakan apa?"

Mata Yasmina meredup. "Aku ... ternyata aku tidak tahu banyak tentang dia, Nek."

Meinar tersenyum. "Dia anak yang baik. Nenek yakin dia tidak bermaksud buruk padamu."

YasminaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang