Siaran langsung konferensi pers itu Yasmina ikuti dari rumah. Ia ikut was-was saat Kukuh dihujani berbagai pertanyaan pedas menyangkut gambar-gambar mesum itu. Beruntung tim pengacara dapat menjawab dengan baik. Tinggal satu hal yang masih mengganjal, yaitu bila ada pihak yang mengajukan tuntutan hukum atas perbuatan itu. Kukuh bisa didakwa melakukan perbuatan asusila dan dijatuhi hukuman kurungan. Ia berharap hal itu tidak terjadi. Namun, bila terpaksa sanksi hukum dijatuhkan, ia akan tetap berada di sisi Kukuh sampai akhir. Semoga saja tim pengacara bisa membuktikan bahwa Kukuh adalah korban pengintaian yang gambar-gambar pribadinya disebar semena-mena.
Rasa cemas itu berkurang saat melihat tanggapan wartawan seputar pacar baru Kukuh. Ia geli melihat Kukuh berusaha menjawab dengan tenang seperti biasa, kadang diiringi senyum dan tawa. Nyata sekali ia tidak nyaman dengan semua pertanyaan itu. Namun, dibalik kata-kata teratur dan diplomatis yang diucapkan, seluruh gerak tubuh Kukuh menunjukkan ia sedang berbahagia. Matanya kerap berbinar dan senyumnya terkembang penuh arti. Bagaimana para wartawan tidak menjadikannya bulan-bulanan pertanyaan?
Mau tak mau ada segenggam sesal di hati Yasmina saat menyaksikan semua tanda cinta itu. Ia sempat meragukan Kukuh dan meragukan hatinya sendiri. Kini ia justru menjadi penasaran, apa yang sebenarnya terjadi. Dian dan Irawan, tuduhan pencurian data, larangan bergabung dengan Madava, dan kini, upaya menjatuhkan citra Kukuh. Kening Yasmina berkerut. Ia beranjak masuk ke kamar kenangan, di mana tuduhan berat itu berasal.
Saat berada di kamar itu, pandangannya beredar. Bagaimana bisa saat Kukuh sedang berada di situ ada orang mencuri data dari komputernya? Atau jangan-jangan orang itu telah dikenal Kukuh?
Mata Yasmina mengarah pada pintu penghubung antara kamarnya dengan kamar sang kakek. Kakeknya tengah di Saudi saat kejadian itu. Yang ada di sana hanya neneknya. Apakah neneknya bertemu Kukuh? Apakah mereka bersekongkol? Atau jangan-jangan neneknya menjebak Kukuh? Ia tahu Kukuh sempat ke kamar mandi untuk mengosongkan kandung kemih. Ia tahu itu dari urine bag, kateter, dan sarung tangan bekas di kotak sampah kamar mandi. Barangkali waktu sekitar dua puluh menit itu cukup bagi orang itu untuk mengambil data.
Yasmina sempat meminta data yang dicuri itu. Sang kakek bersikeras tidak memberikan, namun akhirnya luluh juga. Semua data itu adalah berisi aliran dana Grup Adam. Bila benar bocor, untuk apa data itu bagi Kukuh? Bila benar Kukuh pelakunya, atas motivasi apa? Bukankah Kukuh mengejar pembunuh orang tuanya, bukan mengejar keruntuhan bisnis Adam atau ingin menguasainya? Kukuh sudah kaya raya. Kemungkinan motivasi bisnis adalah kemungkinan yang paling tidak masuk akal.
Apa pun itu, ia yakin sekali ada hubungan antara Kukuh dengan sang kakek terkait kematian keluarganya. Bila tidak, tidak mungkin kejadian-kejadian berputar di kedua orang itu, mulai Madava, hingga Dian dan Irawan.
Ia ingin bertanya pada neneknya, tapi ia kini tidak yakin sang nenek tidak terkait pencurian data itu. Lagi pula ia istri Iskandar. Mana mungkin tidak melindungi suaminya?
Satu yang ia ingat, Pramudya. Lelaki itu ditelepon tidak menjawab, dikirimi pesan teks tidak membalas pula. Akhirnya ia melayangkan email. Ternyata berhasil. Pramudya menghubunginya.
"Gimana di sana, Yas? Heboh?" tanya lelaki itu.
"Kamu di mana? Anakmu lahir, tuh."
"Masih di luar. Biasa, urusan bisnis."
"Kamu ini!"
"Jangan sinis begitu. Aku juga korban. Kamu belum tahu, kan, kalau aku dan Restu dijadikan korban penderita?"
Yasmina terbelalak. Rupanya benar dugaannya. "Hah? Korban apa? Siapa pelakunya?"
"Kalau tahu mah, aku nggak usah kabur gini. Kuhabisi pasti."
KAMU SEDANG MEMBACA
Yasmina
RomanceKukuh Arkatama, lajang berkualitas tinggi, pewaris tunggal sebuah grup bisnis besar, terpaksa menggunakan kursi roda seumur hidup setelah tragedi kecelakaan maut yang merenggut sebagian besar anggota keluarganya. Sementara itu, kekasih selama 13 ta...