Bimbingan siang itu diwarnai diskusi segar mengenai materi skripsi. Tiga mahasiswi duduk di depan Kukuh dengan mata tak lepas dari sosok menawan itu. Setiap ada kesempatan, mereka mencuri-curi mengambil gambar sang dosen ganteng.
"Judul skripsimu Peran Perempuan di Sektor Publik, Kajian Terhadap Lirik Lagu 'Wanitaku' dari NOAH? Hmmm, topik ini berat, lho. Kamu akan mengkajinya dari sisi apa?"
"Sisi struktural dan feminisme, Pak," jawab salah satu mahasiswi itu dengan takut-takut.
Kukuh membaca beberapa halaman, lalu menanggapi, "Dasar teori feminismemu kurang lengkap. Kamu hanya mengambil feminisme di dunia barat. Coba gali bagaimana feminisme itu dihayati oleh masyarakat Indonesia." Kukuh menambahkan beberapa catatan sebelum beralih ke draf kedua.
"Lho, punyamu juga tentang lirik lagu, Dik?" tanyanya pada mahasiswi kedua. "Jangan-jangan punyamu juga." Matanya mengarah pada mahasiswi ketiga.
"Benar, Pak."
"Iya, Pak."
"Kalian juga mengupas feminisme?" selidik Kukuh. Kedua orang itu mengangguk malu-malu.
Kukuh menggeleng-gelengkan kepala. Apa mentang-mentang dia penyanyi, lantas ketiga orang ini mengambil lirik lagu untuk skripsi mereka? "Ya tidak apa-apa. Tapi karena lagunya berbeda, jangan sampai pembahasan kalian sama, ya."
Kukuh kembali meneliti draf dan menuliskan beberapa catatan sebagai revisi. Tiba-tiba, udara berembus masuk mengantarkan aroma harum bersama pintu yang terbuka. Kukuh tahu pintu di seberang itu terbuka, namun tidak melihat siapa yang datang. Hanya indra penciumannya yang segera mengenali wangi parfum yang datang bersama embusan angin. Serta merta ia tertegun. Siapakah gerangan yang menggunakan parfum serupa?
Otomatis ia mendongak untuk mencari sumber aroma. Seketika ia terbelalak, hampir tak bisa menghubungkan gambaran di depan dengan seseorang di Kairo sana. Dengan tergesa dikayuhnya kursi roda mendekat.
"Kamu ...?"
Yasmina tersenyum manis dengan bibir merah yang menggemaskan. Semburat merah muda di kedua pipi semakin menegaskan kecantikannya. Dengan anggukan kecil, ia menjawab pertanyaan Kukuh.
"Ah, Yas ...." Kukuh hanya bisa memandang takjub. Dadanya telah penuh sesak dengan rasa bahagia sehingga meluber ke kepala. Wajahnya memanas seketika. Untuk sesaat, mereka berdua hanya saling pandang dengan perasaan menderu.
Kukuh segera menunda bimbingan skripsi hari itu. Walau kecewa, ketiga mahasiswa itu mengerti dan memahami bahwa dosennya sedang jatuh cinta. Tak mau kehilangan kesempatan langka, mereka mengabadikan momen bahagia itu dengan ponsel masing-masing. Tak butuh waktu lama, gambar Yasmina dan Kukuh menghiasi berbagai grup chat mahasiswa.
"Kapan datang?" tanya Kukuh. Mereka berjalan beriringan menuju pintu.
"Semalam."
"Kok nggak bilang-bilang? Aku kan bisa jemput."
"Ck! Nanti nggak kejutan namanya." Yasmina menahan tawa. Ia amat senang dengan ekspresi kaget Kukuh tadi.
"Oh, ini yang kamu bilang kejutan?"
Yasmina mengangguk sambil mengerling manja.
"Waaah, selamat ya, kejutanmu berhasil. Aku nyaris pingsan!" Kukuh tersenyum lebar.
Yasmina terbahak. "Kuh," panggilnya lirih.
Kukuh mendongak. Yasmina membungkuk sedikit untuk mendekat ke telinga Kukuh.
"Aku kangen!" bisiknya. Mukanya tampak jenaka saat mengucapkan itu sehingga Kukuh terbahak lagi.
"Waaah, aku hampir pingsan untuk kedua kali!" seloroh lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yasmina
RomanceKukuh Arkatama, lajang berkualitas tinggi, pewaris tunggal sebuah grup bisnis besar, terpaksa menggunakan kursi roda seumur hidup setelah tragedi kecelakaan maut yang merenggut sebagian besar anggota keluarganya. Sementara itu, kekasih selama 13 ta...