31

1.2K 147 28
                                    

Seokjin pulang dengan lesu dan langsung masuk kamar, dia memilih pulang lebih dulu karena tidak mau menyakiti hatinya yang sama sekali tidak dianggap kehadirannya oleh woojin. Dengan perasaan sedih, seokjin mengambil buku diary nya dan menulis sesuatu di sana.

Sakit. Rasanya hatiku sangat sakit karena ayah begitu tidak menganggapku di acara ulang tahunnya, ayah bahkan mendorongku saat aku memeluknya. Aku hanya ingin memeluk ayah ku, tapi malah didorong seperti aku ini orang asing.

Saat seperti ini aku benar benar ingin pergi meninggalkan semuanya, tapi aku takut. Ya, aku takut tidak akan pernah lagi melihat ayah sampai aku mati. Ayah takut ayah ingin bertemu dengan ku dan aku sudah pergi untuk selamanya, aku takut tidak memberikan ayah kesempatan untuk bersamaku saat ayah ingin bersama ku.

"Akh"

Seokjin memegang kepalanya saat tiba tiba merasakan sakit menyerang kepalanya.

"Ayah" lirihnya saat mendengar suara mobil. " jangan sampai ada yang melihatku seperti ini" lanjutnya dan buru buru menutup pintu kamar dan menguncinya.

Seokjin terus mencengkram kuat kepala, menjambak rambutnya, bahkan dia membenturkan kepala belakang nya ke dinding dengan harapan rasa sakit nya hilang, tapi nihil karena sakit itu tidak kunjung hilang dan malah semakin menyiksanya.

Belum hilang rasa sakit di kepalanya, seokjin sudah merasakan sakit pada perut nya yang semakin menyiksanya. 

"Aku mau muntah" ucapnya dan langsung lari ke kamar mandi untuk muntah. 

Seokjin terus saja muntah sampai tubuhnya lemas, bahkan kalau sampai dia muntah lagi,ini adalah yang ketujuh kalinya dia muntah. Seokjin menahan dirinya untuk tidak muntah. Dia lelah, dia tidak kuat lagi ke kamar mandi.

Dia butuh obat sekarang, tapi dia tidak bisa meminum nya karena tidak memilikinya. Rasa mual benar benar tidak bisa lagi seokjin tahan, membuatnya terpaksa membuka pintu dan merangkak ke kamar mandi. 

Sampainya di kamar mandi,dia memuntahkan isi perut nya yang hanya cairan kuning kental yang membuat tenggorokan nya terasa pahit.

Menangis? itulah yang seokjin lakukan sekarang, dia menangis dengan segala rasa sakit nya.  Seokjin bernafas dengan cepat seperti habis lari kiloan meter, dia menangis sambil terus menjambak rambut nya 

Sampai rambut nya ikut tertarik saat dia melepas tangan nya. ya, rambut itu mulai rapuh dan rontok sekarang

"Dasar sialan. kalau memang aku harus mati, maka matilah dengan cepat. Jangan siksa aku seperti ini brengsek" umpatnya yang sudah merasa lelah dengan rasa sakit yang dia rasakan.

"Ayah, aku butuh ayah sekarang, aku harap ayah bisa membantuku" lanjut seokjin penuh harap dan berdiri dengan susah payah.

Seokjin menggelengkan kepalanya untuk memperjelas pandangannya, dia juga menegakkan tubuhnya dan membasahi bibirnya dengan salivanya agar tidak terlihat pucat.

Dengan langkah pelan dan tangan yang tidak lepas dari perutnya, seokjin berjalan keluar kamar mandi menemui woojin di ruang kerjanya.

Sesampainya di ruang kerja woojin, Seokjin berdiri dan menunduk untuk beberapa saat. Takut dan ragu, Itu lah yang dia rasakan sekarang, tapi dia membutuhkan woojin untuk membantunya. seokjin menutup matanya dan menelan Saliva nya untuk menghilangkan rasa takut dalam dirinya.

Perlahan dia membuka matanya dan tersenyum seolah tak terjadi apapun, seolah dia baik baik saja, seolah dia sehat dan semua ditutupi dengan senyum bodoh. Seokjin masuk setelah mengetuk pintu dan mendapat jawaban dari woojin yang menyuruhnya masuk.

"Kenapa?" tanya woojin tanpa melihat seokjin, dia tetap dengan posisi yang sama,sibuk dengan laptop dan berkas di tangan nya.

"Ayah, bo-boleh aku minta uang?kepalaku sakit, perutku juga sakit,aku terus saja muntah ayah" kata seokjin dengan takut, dia bahkan menelan Saliva nya setelah mengatakan nya.

Kim seokjin diary ✅ ( Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang