thirty seven

2.3K 202 15
                                    

HAPPY READING

🌍🌎🌏

Saat ini Reza dan Retha sudah berada di rumah sakit tempat Devan bekerja. Mereka berdua kini berada di depan ruangan pribadi Devan. Baru saja mereka menghentikan langkah mereka.

"Gue ke kantin aja deh. Nitip apa gitu gak?" tawar Retha.

"Es teh satu," pesan Reza.

"Anjir emang boleh?"

"Om Devan gak ngasih tau jadi kayaknya aman."

"Enggak deh takut salah. Air putih aja buat lo mah."

"Kasih es batu!"

"Ga ada es batu!" seru Retha sembari meninggalkan Reza sendiri.

"Yaudah ga usah dibeliin apa-apa!" pungkas Reza.

Helaan napas keluar dari bibir Reza. Harapan ingin mengunyah es batu sudah sirna. Kemudian, ia pun masuk ke dalam ruangan pribadi Devan setelah ia mengetuk pintunya.

Di dalam ruangan Devan, Reza duduk di depan Devan yang sudah memasang senyum ramah. Reza menebak-nebak arah pembicaraan Devan akan ke penyakitnya atau ke masalah keluarganya kemarin.

"Reza, apa kamu tidak teratur meminum obatnya?" Pertanyaan Devan cukup membuat Reza terdiam sejenak.

Devan yang sepertinya sudah tau jawaban Reza dari reaksi Reza langsung menghela napas. Merasa bersalah Reza menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Kamu harus teratur meminum obat kamu, Reza." Devan menatap Reza yang masih terdiam dan mendengarkannya. "Om tebak kamu belum meminum obat kamu hari ini, benar kan?"

Reza mengangguk takut. "Maaf, Reza bener-bener lupa. Reza gak terbiasa meminum obat setiap hari, itu aneh menurut Reza," ucap Reza menjelaskan.

Apa yang dikatakan Reza itu benar adanya. Reza akan ingat dengan obatnya disaat kambuh saja. Jika tidak, ia tidak ingat kalau harus meminum obat itu disaat waktunya.

"Kamu saja makan kalau ingat apalagi obat," kritik Devan seraya menggelengkan kepalanya heran. Devan tentu tahu kebiasaan keponakannya itu.

"Kalau begitu pinjam handphone kamu." Reza langsung memberikan handphone-nya kepada Devan.

Reza melihat Devan mengotak-atik handphone miliknya. Apapun itu, Reza hanya pasrah dengan apa yang dilakukan Devan. Karena pasti itu untuk kebaikannya.

Setelah selesai dengan urusannya, Devan memberikan handphone Reza ke pemiliknya lagi. Reza langsung melihat isi handphone-nya apakah ada yang berbeda atau tidak.

"Reza kira Om bakal pasang wallpaper jadwal obat," ucap Reza yang tidak melihat perbedaan apapun.

Devan tertawa kecil mendengarnya. "Om sudah memasang alarm setiap hari untuk kamu. Om harap kamu benar-benar meminum itu dengan teratur, karena itu penting untuk kesehatan kamu," ucap Devan dengan penuh harap.

Reza mengangguk menurut saja. Reza juga berpikir kenapa ia tidak kepikiran sampai situ? Reza bodoh, itu yang ada di pikirannya.

"Ah iya, kemarin malam Papa kamu menghubungi Om dan bertanya apakah Kezia bersama Retha atau tidak. Memangnya Kezia kemarin kemana, Reza?" Tanya Devan setelah mengingat kejadian semalam.

"Kemarin Kezia sama Reza nginep di rumah Kenzo, Om," jawab Reza.

"Kenapa kalian menginap?"

"Semalam mama sama papa bertengkar dan memilih pisah."

REZANGGA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang