forty nine

4.9K 284 9
                                    

HAPPY READING!

🌎🌍🌏

Setelah mendengar percakapan Devan dan Dirga, Reza menjadi pendiam dan lebih sering melamun. Reza akan berbicara disaat penting saja. Contohnya saat ditanya.

Bahkan saat Sabrina dan Lian datang tadi Reza masih banyak diam. Meski Reza menampilkan senyuman tipisnya tetapi ia tidak berbicara banyak.

Kezia yang baru saja kembali juga bingung dengan tingkah kakaknya. Sepertinya Reza baru saja bersenang-senang lantas mengapa menjadi pendiam seperti itu? Itu yang ada di pikiran Kezia.

Reza turun dari ranjangnya. Kezia yang sibuk dengan bukunya pun menoleh ke arah Reza. Dengan cepat Kezia langsung menghampiri Reza.

"Mau kemana malem-malem gini?" Tanya Kezia.

"Mau jalan-jalan bentar cari angin," jawab Reza dengan wajah tanpa ekspresi.

"Mau Zia temenin?" Tawar Kezia.

Reza menggeleng. "Zia belajar aja. Abang mau sendiri." Reza pun berjalan keluar dari ruang rawatnya sambil membawa tiang infusnya.

Kezia hanya melihat Reza bingung. Tapi Kezia membiarkan kakanya itu keluar karena menurut Kezia Reza seperti sedang membutuhkan waktu untuk sendiri.

Reza berjalan dengan pandangannya yang kosong. Reza terus berjalan sampai ia berada di taman rumah sakit. Reza duduk di kursi taman. Angin dingin yang berhembus tidak mempengaruhi Reza.

Reza menaikkan kedua kakinya di kursi taman dan menekuknya. Kedua tangannya ia taruh di atas tekukkan kakinya. Reza menundukkan kepalanya.

"Rezanya yang terlalu berharap atau emang akting papa yang bagus?" Tanya Reza dengan kedua matanya yang sudah berkaca-kaca.

Dadanya terasa sesak. Reza sudah tidak tahan lagi menahannya. Setetes air mata berhasil mengalir di pipinya. Isakannya ia tahan. Reza menangis dalam diam.

'Harusnya lo seneng, Za. Papa masih mau meluk lo walau cuma pura-pura' batin Reza.

Meski Reza berusaha ikhlas tetap saja hatinya sakit. Reza mengusap air matanya walaupun air matanya tidak mau berhenti mengalir.

Rasanya Reza diterbangkan ke langit dan dijatuhkan begitu saja ke tanah. Reza ingin berteriak kencang tetapi yang ia lakukan hanya memendam keinginannya itu.

"Kamu pergi dari dunia ini atau bawa Tiara kembali kepada saya, itu kemauan saya."

"Aku melihatnya. Tapi rasa benciku kepadanya lebih besar."

Kata-kata itu terus berputar di otak Reza seperti kaset rusak. Reza ingin melupakannya tetapi itu sangat sulit dilakukan. Hati kecilnya terluka.

"Apa Reza beneran harus pergi dari dunia ini, Pa?" Tanya Reza pada malam yang sepi itu.

Malam yang sepi itu menjadi saksi bahwa Reza benar-benar sedih dan terluka. Meski Reza hanya menangis dalam diam tanpa mengeluarkan isakan, tapi air matanya benar-benar mengalir dengan deras.

🌎🌍🌏

Di ruang rawat Reza, Kezia tidak bisa belajar dengan tenang sebelum tau apa penyebab Reza menjadi pendiam. Kezia teringat terakhir kali Reza bersama ketiga teman Reza. Kezia langsung mengambil handphonenya yang ada di atas sofa. Kezia menghubungi Kenzo.

REZANGGA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang