forty six

4.4K 325 50
                                    

HAPPY READING

🌎🌍🌏

Tengah malam, Reza menyalakan lilin yang berjumlah dua dengan bentuk angka 1 dan 7. Setelah menyala Reza tersenyum tipis melihat kue kecil yang ada di depannya itu.

"Happy birthday Reza Angga," ucap Reza dengan suara pelan.

Sendiri dan kesepian, itu yang dirasakan Reza. Reza menghela nafasnya. Reza mulai memejamkan kedua matanya sebentar.

"Ya Allah, Reza harap keluarga Reza harmonis lagi walau tanpa kehadiran Mama Monica ataupun Bunda. Reza harap Reza bisa liburan bareng Papa sama Kezia, hidup bahagia sama mereka berdua, dan bisa bercanda bareng lagi."

"Reza harap papa sayang lagi sama Reza, papa percaya sama Reza, papa gak akan benci lagi sama Reza, dan papa mau peluk Reza lagi. Reza mau papa yang dulu kembali lagi. Kalau itu semua gak terjadi Reza berharap secepatnya Reza pergi dari sini dan ketemu sama Bunda."

"Di umur Reza yang ketuju belas, semoga... Reza bisa hidup lebih bahagia walaupun cuma lebih sedikit juga gapapa. Aamiin."

Reza mulai membuka kedua matanya dan langsung meniup lilinnya.

"Ulang tahun yang sama kayak tahun-tahun sebelumnya. Terlalu banyak harapan dan gak ada satu pun yang terkabul," ucap Reza sambil tersenyum miris, "mungkin suatu hari nanti terkabulnya," tambahnya.

"Perbedaannya kali ini gue gak ditemenin Zia atau Kenzo atau Rena dan Ceano," gumam Reza.

Di hari ulang tahunnya, biasanya Kenzo atau Kezia selalu memberikannya kejutan. Reza mulai mendapat kejutan dari Rena dan Ceano tentu saja saat ia mulai berteman dengan kedua orang itu.

Reza terkekeh saat melihat angka 17 di atas kuenya. "Cepet banget gue gedenya. Tiba-tiba udah 17 tahun."

3 hari sudah berlalu. Keadaan Reza semakin buruk. Tubuhnya semakin kurus, pipinya tirus, wajahnya pucat, dan bahkan tubuhnya lemas. Reza sering merasa kesakitan. Reza ingin ke rumah sakit untuk membeli obat, tetapi uangnya tidak cukup. Hanya cukup untuk keperluan sehari-hari saja.

Tak jarang saat bekerja pun Reza sempat merasa kambuh. Tetapi Reza selalu bersikap normal seolah semuanya baik-baik saja. Perilakunya itu membuat Aurel dan Sabrina tentu saja mengira Reza baik-baik saja.

Reza membaringkan tubuhnya di kasur. Reza mengubah posisinya menjadi miring, ke arah kue yang ia beli tadi.

"Tertawa lepas tanpa beban dan tersenyum lebar tanpa ada luka yang terpendam. Gue cuma mau itu," ucap Reza dengan suara merendah.

Reza merasakannya lagi. Rasa sakit mulai menyerang Reza. Tubuhnya pun mulai mengigil kedinginan. Reza memeluk dirinya sendiri.

"Kapan ini akan berakhir?"

Tubuhnya semakin lemas, kesadarannya mulai menghilang, dan pandangan Reza mulai menggelap. Terakhir kali Reza tersenyum tipis, sangat tipis bahkan hampir tidak terlihat.

"Bunda, Reza boleh nyerah gak?" Lirihnya.

Setelah itu semuanya menggelap.

🌎🌍🌏

Matahari mulai menampakkan dirinya. Sabrina sekarang tengah membantu Aurel membuka tokonya. Aurel sekarang sedang melihat seberang jalan sana di depan pintu. Seperti menunggu seseorang. Sabrina yang melihat ibunya seperti itu pun mulai menghampiri Aurel.

REZANGGA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang