fifty

7.2K 364 31
                                    

HAPPY READING

🌎🌍🌏

Hari sudah sore dan Reza baru ingin ke kantor Dirga. Reza berjalan ke arah ruangan Dirga dengan jantung berdegup lebih kencang. Reza mengetuk pintu ruangan Dirga.

Dirga membuka pintu ruangannya dari dalam. Wajahnya datar. Dirga tau Reza yang datang karena karyawannya tadi meminta ijin untuknya. Dengan terpaksa Dirga membiarkan Reza menemuinya.

"Kenapa kamu kesini? Bukankah kamu sedang sakit?" Tanya Dirga sambil menekankan kata sakit.

"Reza kesini cuma mau ketemu sama papa," kata Reza dengan suara pelan.

"Kemarin sudah bertemu apa itu tidak cukup untuk kamu?" Tanya Dirga lagi yang terlihat kesal. "Dengar ya kamu jangan terlalu berharap sama saya. Kemarin itu saya hanya...-"

"Pura-pura?" Potong Reza cepat. "Iya Reza tau kok. Reza kesini cuma mau ngasih ini. Tolong diterima," ucapnya sambil menyodorkan kotak kadonya ke Dirga.

Dirga sempat terdiam mendengar perkataan Reza. Dirga menggelengkan kepalanya lalu menerima kotak kado itu secara perlahan.

"Sekarang sudah saya terima jadi silahkan kamu pergi," usir Dirga dengan pandangan ke kotak kado itu.

Reza menatap ayahnya dengan tatapan sendunya. "Kapan papa sayang lagi sama Reza?"

Dirga menatap balik Reza. Dirga hanya diam tidak menjawab. Reza yang mengerti Dirga tidak mau menjawabnya pun mengangguk paham.

"Gapapa kalo papa gak mau jawab. Reza juga mau bilang kalo papa jangan lembur terus. Kasihan Kezia dirumah kesepian. Kezia butuh papa. Setelah ini Reza harap papa bisa bagi waktu untuk Kezia. Jangan lupa jaga kesehatan juga," ucap Reza dengan kepala menunduk.

"Mungkin ini kesekian kalinya dan untuk yang terakhir kalinya Reza ngomong kayak gini. Reza bukan pembunuh. Bukan Reza yang bunuh Bunda tapi Om Grisham. Reza gak fitnah Om Grisham, Reza lihat kejadiannya pake mata kepala Reza sendiri. Kalo papa tanya kenapa pisau itu ada di tangan Reza, Reza cuma ngambil pisaunya dari lantai, dan tepat saat itu papa dateng," jelas Reza dengan tangan yang meremas celananya sendiri.

"Grisham?" Gumam Dirga.

"Reza gak mungkin bunuh Bunda yang notabene orang paling Reza sayang. Meski Reza dibayar sebanyak apapun buat bunuh Bunda, Reza juga gak bakal mau, Pa," tambah Reza.

Reza tersenyum ke arah Dirga. "Reza minta maaf karena gak bisa nyelametin Bunda waktu itu. Berandai-andai juga gak bakal bisa ngerubah keadaan."

Reza menundukkan kepalanya lalu berkata, "Gapapa Papa gak sayang sama Reza, tapi Reza sayang sama Papa."

"Maaf udah ganggu waktu papa dan makasih udah mau dengerin omongan Reza." Reza menghela nafasnya lalu mendongakkan kepalanya.

"Reza pamit ya, Pa," pamit Reza.

"Assalamualaikum," salam Reza lalu pergi meninggalkan Dirga dengan kediamannya.

🌎🌍🌏

Hari sudah senja. Reza berjalan keluar dari kantor Dirga. Hujan sedang turun dengan derasnya dan Reza menerobosnya. Reza tidak peduli jika ia basah. Reza terus berjalan tak tentu arah.

REZANGGA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang