"Apa yang buat kamu kembali ragu, Lilly? Minggu depan kita menikah."
Jo tersenyum kecil melihat Emilly dengan wajah terkejut, bahkan tubuhnya sangat terlihat menegang dan kaku.
"Abang pergi, selesaikan masalah kalian. Abang minta maaf ya, Maaf Em." Jo mengecup puncak kepala Emilly dua kali lalu berjalan menjauh, Jo menepuk bahu Javas pelan lalu berbisik, "Semangat, Emilly lagi galak." Lalu Javas tersenyum kecil, tangannya membentuk oke pertanda mengerti.
"Satu bulan, aku rasa itu waktu yang cukup lama untuk kamu berpikir tentang masa depan kamu, aku ngga bisa menunda lagi. Jadi jawaban kamu harus setuju." Javas duduk dengan satu kaki yang dilipat diatas kaki kirinya, jangan lupakan tatapan tajam dan aura tidak bisa dibantah mendominasi ruangan ini.
Emilly menggeleng, "Nggak boleh seenaknya, aku berhak memilih keputusan yang akan aku ambil." Emilly membalas tatapan Javas dengan sengit, "Jangan bersikap semaunya."
Javas menyunggingkan senyum tipisnya, ah, sepertinya Javas terlalu lama membebaskan Lillynya, lihatlah sekarang ia berani menatap Javas dengan sengit dan aura permusuhan sangat tersasa.
"Aku minta maaf, maaf karena kamu kehilangan mantan suamimu, maaf kalau kamu berpikir aku menyebabkan Elona kehilangan Papanya, Maaf karena aku mungkin akar dari masalah ini, aku juga kehilangan, Saga adalah adik dan sahabat terbaik aku, aku--"
"Minta maaf, maaf atas segala hal yang membuat air mata kamu kembali jatuh, maaf karena belum bisa sempurna untuk kamu, aku nggak bisa sendirian, jadi bantu aku untuk lebih baik, kita bangun keluarga yang bahagia, hanya ada aku, kamu dan--"
"Elona, anak kita."
Nafas Emilly tercekat, Emilly pikir Javas akan keberatan akan kehadiran Elona mengingat ia adalah anak kandung Kala, semua pikiran buruk mengenai Elona dan Javas lenyap, tergantikan perasaan lega.
"Kamu menerima Ona?" Tanya Emilly.
Javas mengangguk, "Bahkan kamu secara hukum telah resmi menjadikan Elona anakmu, jadi Elona juga anakku kan?" Tangan Javas mengambil tangan kanan Emilly, mengecup singkat punggung tangannya, "Maaf ya? Maafin aku."
"Hiks, a-aku maafin.." Isak Emilly, pada akhirnya air mata yang telah ditahan kembali mengalir membasahi pipi Emilly.
"Maaf ya? Jangan nangis terus, nggak capek apa kamu dari kemarin nangis? Udah, maaf lagi dan lagi kamu nangis."
"Mmm, a-air matanya k-keluar send-diri.."
Javas tergelak, lucu sekali Lillynya, ah hari ini adalah hari paling bahagia setelah badai menerjang hubungan mereka berdua, Javas memeluk Emilly erat, dalam hati Javas terus berdoa agar bahagia menyertai mereka bertiga, untuk saat ini Javas belum menyayangi Elona, namun Javas berjanji akan berusaha menyayangi Elona seperti anaknya.
"Maaf dan makasih udah bersedia memaafkan aku, jadi kamu harus mau menikah denganku minggu depan."
Emilly mengangguk, "Mau, tapi jangan buat kesalahan lagi ya? Aku benar-benar lelah, aku hanya ingin bahagia dan semesta mendukung aku untuk bahagia, nggak sulit kan?"
Javas menggeleng, "Kita wujudin, bertiga dengan Elona, setelah menikah aku akan berusaha menjadi bahagia kamu sampai kamu lupa bagaimana cara menangis karena sedih."
"Kamu udah tau tentang Jo berencana pindah?"
"Aku tahu, Abang udah bilang." Tidak ada lagi air mata, hanya menyisakan hidung yang kemerahan.
"Hm, jadi?"
"Jadi?" Em menyeringit, sedikit bingung dengan pertanyaan Javas.
"Jadi kamu bagaimana? Akan menetap di Perm atau pindah ke Indonesia?"
"Aku--"
Javas dengan setia mengelus punggung tangan Emilly, ini adalah keputusan sulit, Javas tahu akan itu, apapun keputusan Emilly maka Javas akan hargai, ia ingin menjadi pengertian.
"Aku ingin di Perm, boleh?"
"Boleh, tentu boleh. Kamu udah pikirkan kesahatan mental Elona? Ia selama ini tinggal di Indonesia, namun nama orang tuanya masih menjadi perbincangan hangat media, jadi aku juga setuju untuk menetap di Perm untuk beberapa tahun." Ucap Javas.
"Baiklah, aku setuju. Tapi aku ingin menghabiskan masa tua di Indonesia, mungkin setelah media mereda, ya?"
"Okey, setelah kamu melahirkan adik yang banyak untuk Elona, kita akan ke Indonesia."
Ucapan itu membuat pipi Emilly merona, malu. Apa-apaan pria ini? Bahkan mereka belum menikah namun sudah membahas anak, ah Emilly seperti anak remaja yang malu-malu padahal statusnya adalah Janda, Janda yang belum pernah tersentuh.
"Malu..," Rengek Emilly membuat Javas terkekeh kencang, Javas ingin segera menjadikan Emilly miliknya, semoga kali ini tidak ada lagi masalah pelik yang datang mengganggu.
"Mammmm, mamamaammm....," Elona berteriak dengan isakan yang cukup kencang, Javas dan Emilly berdiri saat melihat Diana yang berlari terpogoh-pogoh menghampiri mereka.
"Ada apa? Ona sayang kenapa menangis?" Emilly mengambil alih tubuh Elona, wajahnya benar-benar merah karena terlalu lama menangis.
"Maaf Bu, Pak, Ona ingin bermain bersama Ibu, jadi menangis kencang, sepertinya juga Ona merindukan Tuan."
Tuan yang dimaksud Diana adalah Kala, Papa biologis Elona Ilse Handoko.
"Jangan menangis ya? Nanti sesak nafas." Emilly memeluk Elona yang mulai berhenti menangis, sesekali Emilly mencium puncak kepala Elona dengan sayang.
Javas memandang keduanya dengan tatapan yang sulit diartikan, matanya teduh menatap kedua bidadarinya, Javas berjanji akan segera menyayangi Elona, menutup masa lalu yang pahit dan menjadikan pembelajaran agar lebih baik dimasa depan, semua kenangan masa lalu akan Javas kubur bersama hal-hal jahat, hanya ada hari bahagia setelah ini, semoga dan harus tetap berdoa.
"Nggh....., Dadadada?" Elona merentangkan tangannya meminta digendong oleh Javas, ah Javas sangat bapakable hari ini.
"Yes, Aku Daddymu, Elonaku yang cantik seperti Lilly."
-tbc-
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Perm [END]
Чиклит[Sequel Ruang Rindu] / REVISI BERJALAN Perm. Sebuah Kota yang terletak di tepi sungai Kama, di kaki Pegunungan Ural. Kota dengan jumlah penduduk yang cukup padat di Negeri Beruang Putih. Pertemuan tidak sengaja membuat Emilly Vathya kembali dihada...