Emilly menatap ruang operasi dengan pandangan kosong, otaknya beku karena kejadian hari ini begitu berat, seharusnya hari ini adalah hari yang Em ingat sebagai kebahagiaannya bukan pertumpahan darah dan hari menyedihkan. Ini semua diluar isi kepala dan rencana Emilly, seharusnya hari ini ia telah resmi menjadi istri Javas. Lagi dan lagi kebahagiaan Emilly kembali dipermainkan semesta.
"Kala pasti baik-baik aja. Kamu berdoa ya?" Javas selalu menggenggam tangan Emilly, memberikan kekuatan walaupun hatinya sendiri merasa gelisah.
"Jenazah Saga akan terbang ke Indonesia dalam waktu 3 jam dari sekarang." Jo datang dengan beberapa lembar kertas prosedur pengiriman jenazah.
"Abang? Sekarang Abang puas? Apa ini yang Abang inginkan?" Em menatap Jo terluka, untuk kedua kalinya, pria yang Em banggakan melakukan kesalahan yang sangat fatal.
Flashback
Disaat Em berdebat dengan Jo dan Javas, Saga masih terisak merenungi nasibnya kehilangan Clara, Kala mendesah lirih, sumber masalah ini ada pada Kala. Semua karena Kala. Dengan gerakan cepat Kala merebut pistol di tangan Saga lalu,
DOR
DOR"KALAAAAAAAAAAAA!"
Kala menembak Saga dan dirinya sendiri tepat dibagian dada, Kala berharap dengan ini semua masalah akan selesai, Em akan bahagia dan tidak akan merasakan kesedihan lagi.
"Sialan! Kala!" Teriak Saga dengan menekan dadanya yang terus mengeluarkan darah.
DOR
Kala kembali menembak Saga tepat di kepala dengan seluruh tenaga yang masih tersisa, Saga tergeletak dengan darah yang terus keluar dari tubuhnya.
"K-kala, k-k-e-enapa?" Em mencoba mendekati Kala dengan langkah tertatih.
"BAWA KALA KE RUMAH SAKIT!!" Teriak Em menggelegar, sungguh dunianya seakan runtuh.
"Em menyingkir." Jo dengan cepat mengambil alih tubuh Kala, Javas juga mengangkat Saga, setidaknya Saga pernah menjadi sahabatnya dan menemani Javas selama ini.
--
Kala telah dipindahkan ke ruangan rawat, dokter bilang bahwa ada harapan Kala untuk bisa sembuh walaupun sedikit, Kala kehilangan banyak darah namun Rumah Sakit menyimpan stok darah cukup banyak dan sesuai dengan darah Kala, Em berharap semoga Kala cepat sembuh, bagaimana dengan Ona jika Kala pergi?
"Patsiyent khochet poznakomit'sya s Emilly."
Dokter baru selesai memeriksa Kala keluar ruangan dengan wajah panik, Em yang mendengar permintaan itu segera memasuki ruangan Kala.Tuhan, mengapa? Kala yang selama ini kuat kini terbaring lemah, Kala yang selalu mengangkat kepalanya kini bangun pun tidak bisa. Em menangis terisak, perlahan mendekatkan tubuhnya pada Kala, pria ini adalah pria yang Em cintai hingga seperti wanita bodoh, pria ini yang mengajarkan Em tentang kejamnya dunia dan indahnya jatuh cinta.
"K-kala?" Em mengusap rambut Kala, jika dulu Kala akan marah saat Em sentuh, kini Kala hanya mengedip lemah dengan air mata terjatuh membasahi pipinya.
"Hm? K-kenapa?" Em menghapus sisa air mata Kala, mengapa pria ini gemar sekali membuat Em menangis?
"M-m-a-af.."
Sungguh Em ingin menangis meraung sekarang, menyesakan mendengar suara Kala seperti tadi, Kala selalu berbicara dengan nada tegas kini menjadi lemah, Kala, bertahanlah batin Em.
"Aku sudah memaafkan kamu, jadi segera pulih ya?" Em sekuat tenaga menahan isakannya, ia tidak mau Kala merasa terganggu dengan tangisannya, dengan perlahan Em memeluk Kala, berharap Kala akan cepat pulih dengan pelukan ini.
"O-ona, jaga ya? B-ba-aha-agia.."
Itu adalah terakhir kali Emilly mendengar suara Kala, selebihnya hanya ada suara mesin berbunyi nyaring diikuti dokter dan perawat yang sibuk mengembalikan detak jantung Kala.
Kala Gilbert Handoko, menghembuskan nafas terakhirnya dipelukan Emilly Vathya.
-tbc-
Jujur sedih banget nulis part ini😢
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Perm [END]
ChickLit[Sequel Ruang Rindu] / REVISI BERJALAN Perm. Sebuah Kota yang terletak di tepi sungai Kama, di kaki Pegunungan Ural. Kota dengan jumlah penduduk yang cukup padat di Negeri Beruang Putih. Pertemuan tidak sengaja membuat Emilly Vathya kembali dihada...