"Love is a flower, you've got let it grow."
- Jhon Lennon
________Jika kalian pernah mendengar istilah,
"Jatuh cinta pada pandangan pertama"
Itu adalah hal yang Javas rasakan saat pertama melihat Em, manik mata Em yang begitu lembut membuat Javas terpana, walaupun pertemuan pertama mereka terkesan menyebalkan namun Javas bersyukur akan hal itu, pertemuan itu membuat Javas menemukan warna baru dalam hidupnya, Abu nya telah menjadi putih, Hitamnya telah berganti biru.Istilah "Setelah badai pasti terbit pelangi." Juga Javas rasakan, pahitnya cinta. Kehilangan kecewa, terhianati. Semua itu pernah Javas lalui, menjalani hari-hari kelam, beruntung masa itu telah berlalu.
Mungkin Emilly bukan wanita pertama yang mendapatkan cinta Javas Naja Parviz, namun Javas berjanji pada dirinya bahwa Emilly Vathya akan menjadi cinta terakhir, menjadi Ibu dari anak-anaknya, menjadi rumah untuk tempatnya pulang.
-Hello, Perm-
Perkataan Jo beberapa hari lalu membuat Em merasa gundah, Sejujurnya memang ada benarnya perkataan Jo, Mau sampai kapan Em menutup pintu hati? Mau sampai kapan Em terus berpusat pada Kala? Jo bilang, bahwa kita ingin segera moveon maka temukan pengganti, namun sejauh ini belum ada yang bisa membuat hati Em berdesir, namun Em merasa ada yang aneh dengan Jo, semenjak pertemuan dengan Javas, Jo sering kali membanggakan Javas dan berkata memberikan restu jika Em ingin memulai bersama Javas.
Berbicara tentang Javas, siang ini Em berencana untuk pergi mengunjungi Taman Kota bersama Javas, entahlah. Beberapa hari ini Javas terlihat menunjukan perhatian dan beberapa kali mengajak keluar, karena hari ini Em ada waktu luang, Em memutuskan untuk menerima ajakan Javas. Apakah Em harus mencoba memulai dengan Javas?
"Udah lama?," Javas datang dengan wajah yang terlihat berantakan, bahkan beberapa kancing kemeja hitamnya tampak lepas.
"Belum lama, kamu darimana?"
"Habis meeting dengan client, Maaf kalau telat dan buat kamu nunggu." Javas merasa tidak enak, padahal hari ini ia yang mengajak Em namun malah Javas yang terlambat.
Mereka berdua terlarut dalam pikiran masing-masing, keheningan melanda keduanya hingga suara Em terdengar,
"Saya masih memiliki rasa untuk Kala, jujur selama ini saya berusaha untuk melupakan sosoknya, namun ternyata sulit. Saya menyukai Kala sejak usia 10 Tahun, setiap hari saya melihat Kala karena saya anak beruntung yang dijadikan pembantu oleh Bunda Rose, Bunda Rose juga sangat sayang pada saya. Hingga saya dijodohkan dengan Kala--" entah mengapa mendadak bicara Em berujar formal.
"Aku tau. Em bagaimana kalau aku ingin mencoba mulai bersama kamu?."
Em terdiam, jujur ada rasa ingin mengiyakan pernyataan itu, namun Em masih enggan ber urusan melibatkan hati dan perasaan. Em juga belum begitu mengenal Javas.
"Saya--"
Javas meletakan jarinya pada bibir Em, "Jangan bicara formal."
Em mengangguk, "Aku nggak tau, aku terlalu takut untuk mulai dan melibatkan hati, aku bahkan takut disakiti lagi."
Javas mengerti ketakutan Em, Javas pernah merasakan berada diposisi Em,
"Aku paham. Tapi apa kamu izinkan aku untuk mendekati kamu?" Javas menggenggam tangan Em, "Kamu cukup percayakan sama aku.""Kamu hanya perlu diam, aku yang berlari ke arahmu. Kamu hanya aku izinkan untuk menerima tanpa perlu membantah."
Entahlah, saat ini hati Em masih begitu kaku. Namun apa salahnya jika menerima Javas untuk berada disisinya? Bukan kah Em harus moveon?
"Bantu aku, bantu aku mencintai kamu."
Javas memeluk Em erat, perasaannya lega karena Em mau memberi Javas kesempatan, sekarang tugas Javas adalah membuat Em cinta sepenuhnya pada Javas, ia tidak akan menyiakan kesempatan baik ini. Javas yakin, Javas hanya perlu berusaha keras agar Em berada dipelukannya.
"Terima kasih, Aku cinta kamu. Lilly....,"
Em hanya diam, Em berjanji pada dirinya untuk berusaha mencintai pria ini, berusaha untuk keluar dari zona hitam. Menjalin kasih dan saling membahagiakan bersama, semoga kali ini tidak ada lagi badai menerpa. Ya, kita lihat bagaimana ke depannya. Hidup tidak mungkin lurus kan?
"Kamu, aku akan berikan warna baru untuk kamu. Atau kamu bisa memilih warna sesuai dengan yang kamu impikan, bersama aku Lilly."
-Hello, Perm-
"Kamu kenapa milih Perm untuk pelarian?"
"Nggak ada alasan, hanya ingin lalu keterusan."
Saat ini Javas dan Em tengah berjalan berisian di sepanjang sungai Kama, mereka memutuskan menghabiskan waktu sebentar di sungai Kama.
Javas berhenti berjalan membuat langkah Em juga ikut terhenti lalu menatap bingung ke arah Javas,
"Lilly, Apapun tantangan kita nanti, aku harap kita akan selalu bergandengan tangan."
Semesta mempertemukan mereka berdua, mari kita lihat apakah mereka tetap bersama setelah melewati ujian kehidupan? Atau memilih peran untuk saling menjauh dan menjadi asing kembali?
-tbc-
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Perm [END]
Chick-Lit[Sequel Ruang Rindu] / REVISI BERJALAN Perm. Sebuah Kota yang terletak di tepi sungai Kama, di kaki Pegunungan Ural. Kota dengan jumlah penduduk yang cukup padat di Negeri Beruang Putih. Pertemuan tidak sengaja membuat Emilly Vathya kembali dihada...