EPILOGUE

2K 209 26
                                    

"Niels, Niilo, Ona makan yuk? Mama masakin sayur dan ayam goreng." Namun perkataan Emilly hanya dianggap angin lalu oleh ketiga anaknya, mereka tetap asik mewarnai dan menggambar.

Niels Jazziel Pariviz dan Niilo Jaaniel Parviz.

Javas dan Emilly mengikuti program bayi kembar dan berhasil, dua bulan setelah mereka menikah, Emilly positif hamil dan satu bulan setelah hamil dokter berkata jika ternyata Emilly hamil anak kembar, bukan dua melaikan tiga. Javas dan Emilly tidak henti bersyukur pada Tuhan karena mengabulkan keinginan mereka, Javas sangat ingin memiliki anak kembar, jika kalian tanya mengapa? Maka Javas akan menjawab,

"Biar sekaligus, hamil cuma satu kali, kasihan Emilly jika harus hamil dua kali."

Nyatanya stigma itu salah, Javas bodoh karena hamil anak kembar lebih sakit dan sangat beresiko, apalagi mereka memiliki 3 janin dalam rahim Emilly dan mereka harus mengurus dan menjaga Ona anak pertama mereka, setiap malam Emilly menangis dan mengeluh bahwa seluruh badannya sakit, dadanya sesak dan muncul banyak jerawat di wajahnya.

"Kamu tetap cantik." Seperti itu yang Javas katakan untuk menenangkan istrinya, atau kata-kata manis seperti, "Makasih udah mau mengandung anak kita, kamu hebat."

Saat usianya menginjak 9 bulan, Emilly terjatuh dari tangga karena licin, Emilly pendarahan dan ketubannya pecah, tidak ada jalan lain selain operasi, Dokter berkata bahwa kemungkinan ibu dan bayi selamat sangat tipis, namun Dokter akan berusaha semaksimal mungkin.

Finalnya adalah Javas harus merelakan satu anak lelakinya yang meninggal karena meminum air ketuban dan darah, ia tidak selamat karena menyelamatkan Ibu dan dua saudara kembarnya,

Nico Jariel Parviz.

Dan kejadian pahit itu telah berlalu, kini dua jagoannya telah memasuki usia 10 tahun, dan putri kecilnya kini berusia 14 tahun. Menyaksikan tumbuh kembang anaknya membuat Javas selalu bersyukur karena memiliki Emilly disisinya dan memiliki Javas sebagai teman hidupnya adalah salah satu anugrah terindah untuk Emilly.

"Dimana anak-anak?" Javas berjalan mendekati Emilly yang tengah bersandar pada sandaran kasur, matanya terpejam, ada keringat di dahinya, Javas tahu istrinya lelah, namun Emilly tidak pernah mengeluh bahkan tetap tersenyum hangat, Javas rasanya selalu jatuh cinta setiap detik pada Emilly.

"Sedang bermain, tidak mau makan. Sepertinya mereka seru sekali mewarnai."

Javas mengangguk paham, ketiga anaknya sangat suka mewarnai, "Kamu? Udah makan?"

Emilly menggeleng, "Bareng aja."

-Hello, Perm-

Emilly menghentikan langkahnya membuat Javas ikut berhenti, Javas mengikuti pandangan istrinya yang menajam, ya Tuhan, jantungnya berdebar melihat pemandangan di depannya.

"Jangan nangis, Kakak minta maaf ya." Ona memeluk Niels dengan erat, mereka terpaut 4 tahun namun Niels lebih tinggi dari Ona.

"Ziel juga minta maaf Kak," Ziel adalah nama panggilan khusus keluarganya, sejak kecil ia terbiasa dipanggil Ziel.

Cup
Cup
Cup

"Ziel sayang Kakak."

Niels mencium bibir ranum Ona, hanya kecupan namun bertubi-tubi, sepertinya kecupan terakhir sedikit melumat bibir Ona, Ona terlihat santai, ia memejamkan matanya dan membalas kecupan bibir juga pada Niels,

Cup
Cup
Cup

"Kakak juga sayang Ziel."

Javas melebarkan matanya, astaga. Anak siapa itu? Mengapa kelakuaannya seperti itu?

"Ya Tuhan, itu tidak bisa dibiarkan." Emilly mengurut pelipisnya pening.

"Hei Boy, kenapa kamu cium Kakak?" Javas mendudukan dirinya agar sejajar dengan Niels dan Ona, tatapan datar Niels layangkan untuk Javas, Ona bahkan menatap Javas polos,

"Ziel cium bibir Kakak, kan Ziel sayang Kakak, Daddy juga sering cium Mama," Niels memandang Javas, "Bibir Kakak manis, Ziel suka."

Ona terkikik kecil, "Kakak juga suka bibir Ziel, manis. Kalau bibir Ilo pahit, Kakak nggak suka."

Javas tercengang mendengar perkataan dua anaknya, ini salahnya karena terlalu sering mencium bibir Emilly di hadapan anaknya, astaga, bisa sakit jantung.

"Ilo manis, nih cium." Niilo datang dan mencium bibir Ona cepat,

Cup

"YA TUHAN!!" Emilly mengelus dadanya, pemandangan seperti ini sungguh menjengkelkan, bagaimana pun ini salah.

"Kamu jangan cium Kakak, bibir Kakak cuma untuk Ziel." Ancam Niels membuat Niilo mendengus malas.

"Iya, Kakak sayang kalian berdua, Love u banyak-banyak."

Mereka bertiga berpelukan seperti sudah terpisah lama, mengabaikan tatapan kedua orang tuanya yang menganga lebar.

--

Wah, Ona dan Ziel sepertinya ada pertanda guys🤪

Hello, Perm [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang