Awalnya Jo pikir semua perbuatannya adalah benar, Jo pikir apapun perbuatannya selalu benar jika menyangkut Emilly. Jo pernah berada diposisi ini saat melakukan kesalahan fatal, menjebak Rara, namun Jo tidak pernah menebak jika kemarahan Emilly kali ini benar-benar sangat besar, bahkan untuk berada disatu ruangan bersama Emilly tidak mau, Emilly akan langsung pergi meninggalkan Jo, bahkan jika Jo menyapa dan mengajak bicara Emilly hanya diam lalu pergi.
Tidak bisa seperti ini, Jo tidak sanggup menahan lebih lama, lagipula apa salah Jo membunuh Clara? Saga bahkan berniat mencelakai Emilly jika selama ini Jo tidak memantaunya dalam diam. Jo merasa kosong, hatinya hampa karena Emilly begitu dingin, bahkan suara anak kecil di rumahnya terasa hambar, ah gadis kecil parasit. Apa Jo harus menyingkirkan parasit itu, Lagi?
"Emilly, Abang mau bicara." Jo menatap punggung kecil Emilly yang memangku Ona di ruang makan.
Emilly tidak menghiraukan semakin terlihat asik dengan Ona membuat Jo menggeram kesal, "Emilly! Apa begini cara kamu bersikap terhadap Abang kamu? Pernah Abang ajari kamu tidak sopan?" Tanpa sadar suara Jo meninggi membuat Ona menangis pelan.
"Sttt. Gapapa ya? Main sama Nanny dulu, Mama mau bicara sama Uncle Jo ya?" Emilly memberi pengertian pada Ona, membuat Ona mengangguk lucu, "Keyyy Mamammm"
"Diana, ajak Ona ke taman." Teriak Emilly agar Diana mendengar suaranya, derap langkah terdengar, Diana berlari cepat, "Baik Bu."
Emilly berdiri, menatap Jo dengan tatapan sengit, "Apa? Mau bicara apa?" Jo meredup, kilat marah Emilly terlihat jelas.
"Abang akan pindah ke Indonesia lagi, kamu bisa jaga diri kan?" Bukan, bukan itu yang ingin Jo sampaikan, harusnya Jo meminta maaf walaupun pada kenyataannya Jo memang berniat pindah.
"Kenapa?" Emilly melunak, suaranya mendadak memelan.
Jo mengusap pipi Emilly dengan sayang, "Ada kerjaan disana, Emilly. Abang tahu Abang salah, Abang minta maaf ya?" Sejujurnya Jo ingin menangis, bahkan kini matanya mulai memerah.
Emilly melengkungkan bibirnya ke bawah, menatap Jo yang terlihat ingin menangis membuat Emilly sedih, "Kata Abang pekerjaan pindah semua kesini? Abang bohong ya? Terus kalau Abang pindah Em gimana? Sama siapa disini?" Cecarnya tanpa jeda.
"Ada Javas. Kamu nggak jadi menikah sama dia?" Membuat Emilly diam, selama sebulan ini Javas dan Emilly tidak terlibat percakapan, Javas beberapa kali berkunjung namun hanya menemui Jo, bukan Emilly. Namun Emilly tahu bahwa semua dokumen serta surat-surat Ona, Javas yang mengurus, hingga kini Ona resmi menjadi anak angkat Emilly.
"Hiks Abang, kenapa pergi..," Em menangis terisak, semarah apapun pada Jo, pria ini selalu menjadi perisainya tanpa lelah, siap memasang badan kapanpun Emilly butuh bantuan.
"Maafin ya? Maaf karena jadi pembunuh, Maaf kalau cara Abang salah, Abang terlalu sayang kamu, Abang gegabah."
Emilly mengangguk, "Em maafin, jangan diulang ya? Abang nggak boleh nyakiti orang karena Em, Bunda pasti sedih disana. Janji?"
Jo tersenyum, "Janji, Maafin ya?"
"Hm, Abang nggak pergi kan?"
Jo menghela nafas, "Abang harus, Sore ini Abang berangkat, pasti akan kesini untuk lihat kamu. Kamu pulang ke Indonesia juga dong, betah banget di Negara orang."
"Hah? Sore ini? Cepet banget, dadakan banget juga..." Emilly ingin menangis lagi, "Hiks Abang.."
Jo terkekeh pelan, memeluk Emilly erat, merasa hatinya lega karena kembali berbaikan dengan permata hatinya, akhirnya Jo bisa meninggalkan Emilly dengan tenang, "Maaf ya? Abang mau bicara tapi dari kemarin kamu hindari Abang, jadi dadakan."
"Maafin Emilly huhu.." Emilly mengeratkan pelukannya, "Nanti Emilly pindah lagi ke Indonesia, kalau udah siap."
Jo mengurai pelukan mereka, mengecup kedua mata Emilly lalu dikecup keningnya lama, "Jangan nangis, Javas on the way kesini. Jangan menghindar, bicarakan segera ya?"
Emilly mendelik, "Abang! Nggak mau bicara dulu sama Javas." Jo terkekeh, "Harus bicara, 5 menit lagi sampai."
"Abang, Abang nerima Ona kan? Jadi bagian keluarga kita?" Emilly menatap penuh harap, selama ini Jo bersikap pasif pada Ona, bahkan terkesan dingin, kasihan sekali masih kecil sudah dibenci pikir Em, padahal jika dipikir Ona hadir karena Jo kan?
"Gadis kecil itu? Abang pikirkan nanti, kalau kamu bahagia ada dia, ya jalani lah."
"Jangan gitu, Abang harus sayang Ona, Em sayang Ona seperti anak Em sendiri," Menatap Jo dengan galak, "Jangan sakiti anak Em!"
"Hm," Jo malas membahas anak itu, "Kamu sayang Javas nggak? Apa masih cinta Kalamu yang udah mati?" Jo terkekeh pelan, Emilly memandang sendu Jo, hatinya terluka saat Jo mengatakan seperti tadi.
"Abang, Em nggak suka Abang bicara gitu, Kala adalah Papa Ona, jangan kayak gitu."
"Iya, gimana? Sayang nggak sama Javas?"
"Semenjak fakta itu Em nggak tahu, tapi jujur dari dalam hati Em, Em sayang Javas, tapi.."
"Tapi apa?" Tanya Jo.
"Ragu---"
"Apa yang buat kamu kembali ragu, Lilly? Minggu depan kita menikah."
-tbc-
Maaf ya UP malam-malam, karena besok aku ngga bisa UP jadi maafin ya?

KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Perm [END]
Genç Kız Edebiyatı[Sequel Ruang Rindu] / REVISI BERJALAN Perm. Sebuah Kota yang terletak di tepi sungai Kama, di kaki Pegunungan Ural. Kota dengan jumlah penduduk yang cukup padat di Negeri Beruang Putih. Pertemuan tidak sengaja membuat Emilly Vathya kembali dihada...