"If someone takes responsibility without force, that is love."
- Radhanath Swami
_________Ini adalah hari kedua setelah makan siang Em bersama Javas, setelah mengenal bahkan mengobrol beberapa hal, Em jadi mulai paham akan sikap Javas. Pria itu memang sedikit menyebalkan, namun tetap bisa berlaku baik dan hal yang membuat Em senang adalah Javas banyak memiliki kesukaan yang sama dengan Em. Tentu hal ini baik, karena mereka memutuskan untuk berteman, maka Em suatu saat nanti bisa mengajak Javas pergi ke Museum atau sekedar makan di Taman.
Javas bercerita bahwa ia memang melihat Em saat di Gallery seorang diri, Javas ingin menegur namun diurungkan mengingat Em sepertinya tidak menyukai Javas, dalam hati Javas berjanji jika bertemu lagi maka Javas akan mengajak bicara dan berteman. Javas ingin mendekati Emilly, namun dengan cara yang natural dan membuat Emilly nyaman.
Semesta berpihak pada Javas, beruntung Aldino- Sahabatnya menyuruh Javas untuk makan siang bersama di restaurant miliknya. Saat itu Javas melihat Emilly berdiri dan langsung Javas ketahui jika Emilly kehabisan tempat duduk.
Javas berharap semesta selalu punya rencana untuk mempertemukan kembali ia dengan Emilly. Setiap berdekatan dengan Emilly, seperti ada getaran aneh pada diri Javas. Pernah, getaran ini dulu pernah Javas rasakan.
-Hello, Perm-
Kadang Em bertanya pada Tuhan mengapa hidupnya selalu sial? Mengapa ia selalu menyedihkan? Saat ini nasib buruk kembali menimpa Em, saat Em berada di Bus ingin membeli beberapa pakaian dan makanan di pusat kota, Em kehilangan handphone dan dompetnya yang berada di saku celana belakangnya.
Em terlihat kebingungan dan linglung, bagaimana cara agar bisa kembali ke Apartemen? Uang dan handphonenya hilang, disini Em hidup sendiri, Jo tidak ada disini. Jo tidak bisa menjadi pelindung bagi Em, Kala juga tidak ada disini. Em sendirian di Negeri orang.
Karena merasa lelah, Em memutuskan untuk jongkok di Taman, dia menelungkupkan kepalanya pada lipatan kedua kaki, period haid pertama membuat Em sedikit sensitive, air matanya mulai menggenang dan jatuh, saat ini Em sangat butuh sosok Jo, ingin memeluk tubuh hangat Jo mengadukan betapa jahatnya pencopet itu.
"Udah besar masih nangis sendiri."
Em mendongkak, Javas terlihat tersenyum kecil memandang Em yang berantakan, tanpa pikir panjang Em langsung menubruk tubuh tegap Javas, menangis mengadu betapa sedihnya kehilangan uang dan handphone, betapa takutnya ia tidak bisa pulang ke Apartemen.
Javas dengan sabar mendengar keluhan Emilly, mendekap erat tubuh kecilnya yang bergetar, merasa lucu karena Em menangis seperti anak kecil hanya karena takut tersesat dan sendirian. Mungkin Em lupa kalau di Rusia ada kantor polisi yang 24 jam siap membantu.
"Hiks, Hiks, Hiks...P-pencope-et j-ja-a-ahat.."
Javas terus tersenyum, jika Emilly mengatakan pencopet itu jahat maka Javas kebalikannya, Javas merasa berterima kasih pada pencopet baik karena telah membuat Emilly memeluk hangat dirinya. Javas mempunyai ide sepertinya besok ia akan menyewa pencopet agar Emilly kembali memeluk hangat lagi.
Lagi dan lagi keberuntungan ada dipihak Javas, niat hati ingin mencari udara segar di Taman dekat rumahnya karena pekerjaan menumpuk dan dikejutkan karena melihat Em berjongkok dengan bahu bergetar.
"Jangan menangis lagi, Aku nggak suka."
"Biarin, sedih banget huhu...,"
Javas tergelak, Em ini berubah-ubah seperti bunglon, kadang ketus,menyebalkan,galak dan manis seperti gulali.
"Yaudah, Sedih dulu nggak papa, aku tungguin sampe nggak sedih lagi."
Em mengangguk, perlahan tangisannya mulai reda, "Maaf ya, lupain aja kejadian barusan." Lalu mengurai pelukannya pada Javas. Saat ini kesadaran Em telah pulih.
"Nggak."
Em kesal, bagaimana bisa dia memeluk pria api?
"Kasih aku satu alasan kenapa saya harus melupakan kejadian kamu memeluk aku?" Sarkas Javas.
Em jadi kikuk sendiri, kenapa lidahnya jadi kelu sih?
"Nggak bisa jawab?"
Javas maju satu langkah, kembali merengkuh tubuh kecil Em, kemudian dia berbisik pelan namun mampu membuat otot-otot Em menegang kaku, bahkan air matanya secara alami berhenti keluar.
"Kamu menggemaskan Emilly."
-tbc-
Aku akan UP part selanjutnya kalau tembus 30 Vote, karena kemungkinan lama jadi aku bisa istirahat dulu hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Perm [END]
ChickLit[Sequel Ruang Rindu] / REVISI BERJALAN Perm. Sebuah Kota yang terletak di tepi sungai Kama, di kaki Pegunungan Ural. Kota dengan jumlah penduduk yang cukup padat di Negeri Beruang Putih. Pertemuan tidak sengaja membuat Emilly Vathya kembali dihada...