"Semoga cepet jadi anak Daddy." Javas mencium perut rata Emilly yang masih memejamkan matanya, jika pihak Javas sangat bugar dan bersemangat berbanding dengan Emilly yang kelelahan, tulangnya seakan lepas dari tubuhnya.
"Sayang, bangun yuk, udah siang nih, kasihan Ona nungguin kita." Javas mengecup seluruh permukaan wajah Emilly agar segera bangun.
"Nggggggggggh...." Emilly mengerjap, menatap sekeliling yang masih terlihat asing.
"Siang sayangku."
Akhirnya Emilly paham dengan keadaannya, rasanya masih seperti mimpi namun ini adalah kenyataan, matanya memfokuskan pandangan pada Javas yang tersenyum lebar, cih menyeramkan!
"Hm."
Javas terkekeh melihat raut wajah kesal Emilly padanya, "Maaf sayang, yuk mandi." Perkataan itu membuat Emilly mendelik, mandi? Bersama? Oh tidak, itu tidak bisa terjadi.
"Kamu duluan aja, aku masih lelah." Suara serak Emilly membuat Javas menelan salivanya, harus tahan, jika kelepasan maka singa betina ini akan mengamuk.
"Bagaimana dengan Ona? Ia pasti menangis semalaman karena kita tinggal." Javas memandang penuh harap, perlahan kelopak mata Emilly terbuka, ah Ona, terima kasih karena nama kamu Emilly kini bangun.
"Baiklah, kita mandi bersama lalu pulang ke rumah."
"Aku gendong." Javas tanpa aba-aba mengangkat tubuh Emilly membuat Emilly hanya diam dan pasrah, ingin berontak namun tenaganya habis.
-Hello, Perm-
"Anak Mama udah cantik, Nanny yang mandikan?"
"Yach, Nanan,"
Elona tampak menggemaskan dengan baju warna pink bergambar jerapah dan gajah, baju itu adalah pilihan Ona sendiri ketika Javas mengajaknya membeli pakaian.
Emilly dan Javas memutuskan untuk beberapa hari tinggal di rumah Jo, selain untuk membereskan beberapa pakaian dan barang Emilly, Javas juga menjaga mental Elona yang masih kecil, nanti Ona akan bingung jika terlalu sering berpindah tempat. Jo juga mengizinkan karena rumah itu tidak akan dipakai lagi ketika Emilly tinggal bersama Javas.
"Ona, Daddy dan Mama ingin buat adik, Ona sama Nanny ya?" Javas berkata dengan pelan karena jika Emilly dengar ia akan mengamuk.
"Dik? Keyyy Da."
Javas mengacak surai panjang Ona, "Good Girl, Daddy bawa kamu ke Diana, yuhuu Emilly milik Javas seorang." Riang Javas, tentu dengan suara yang pelan.
"Mau kemana kamu sama Ona?" Emilly menatap tajam Javas, ia takut anaknya teracuni kata-kata buruk.
"Main, boleh ya, Mam?"
"Boleh."
Javas dan Emilly sepakat untuk saling memanggil "Mama dan Daddy" karena Ona pasti akan meniru ucapan mereka dan agar Ona tahu bahwa mereka kedua orang tuanya.
-Hello, Perm-
Javas menikmati teh hangat buatan Emilly, pandangan matanya menerawang taman luas milik Emilly, istrinya ini suka sekali dengan bunga dan tanaman, Jo bahkan memberikan tanah luas agar Emilly bisa bercocok tanam dengan leluasa.
"Javas? Kenapa melamun?" Emilly datang dengan beberapa camilan kesukaan Javas, ia baru saja menidurkan Ona.
"Nggak apa, aku boleh tanya?" Javas masih memandang taman.
"Apa?" Emilly menatap lekat Javas, "Tanyakan apapun."
"Kamu mau punya anak berapa?" Javas memandang manik Emilly, "Aku mau lima, boleh?" Javas meringis.
"Hei, bagaimana kalau kamu yang hamil? Kamu pikir melahirkan gampang? Aku berencana untuk punya dua keturunan, jenis kelamin apapun yang penting sehat."
"Javas, kenapa kamu memilih berkhianat dengan mencintai aku?"
Javas menerawang, "Karena kamu seperti cahaya di malam kelam, kamu bersinar terang dengan cara kamu sendiri, senyum dan tawa kamu membuat aku kalah dalam permainanku sendiri, tatapan teduh kamu dan cara kamu menyikapi masalah, kamu sempurna Lilly, kamu adalah wanita terhebat setelah Ibuku."
Emilly merasa matanya memanas, sebelum bertemu Javas, Emilly tidak tahu rasanya dicintai selayaknya wanita, "Jadi kapan kita ke Indonesia untuk ke rumah Ibu dan Papa?"
"Secepatnya, aku ajak kamu ke kuburuan mereka, rumah mereka yang abadi."
Javas memeluk Emilly, "Kamu mungkin bosan, namun aku akan terus mengucapkan jika aku mencintai kamu, menyayangi kamu dan akan menciptakan banyak warna untuk kehidupan kita kelak-"
"Terima kasih, karena kamu aku menjadi pribadi lebih baik lagi, selalu disisiku ya? Jika aku membuat kesalahan, maka tetaplah disampingku dan dengar penjelasan lebih dulu, paham?"
"Tentu, aku juga mencintaimu."
Javas mengecup bibir ranum Emilly, "Dan Ona, aku menyayanginya."
"Aku juga, Ona adalah titipan Tuhan dan Kala, aku memberikan hidupku padanya." Jawab Emilly.
Javas dan Emilly saling berbagi kehangatan, keduanya saling memeluk dan melihat bintang yang berkilau di langit, pada akhirnya semesta mempunyai cara tersendiri untuk mempersatukan seseorang, sebesar apapun kesalahanmu jika ia memang jodohmu maka Tuhan akan mengembalikan ia, sekecil apapun salahmu jika ia bukan jodohmu maka Tuhan akan menjauhkannya, tidak perlu takut Tuhan tidak melihatmu, tidak perlu bersedih dan menyalahkan semesta karena terlalu kejam.
Bukan semesta yang kejam, kamu dan mentalmu yang harus lebih tangguh, wanita cantik bernama Emilly kini memulai babak barunya bersama Javas, doa-doa yang ia pinta kini sampai pada Tuhan dan semesta, ia memiliki pria yang mencintainya dengan tulus, hasil dari kesabarannya selama ini membuahkan hasil yang sangat manis dan mengejutkan.
END
Huhu, ini adalah ending dari cerita Hello, Perm.
Jangan dihapus dari perpus karena masih ada Epilogue dan beberapa Extra Part.
Lili mau ucapin terima kasih banyak2 untuk kalian yang selalu setia baca cerita ini, untuk yang selalu vote dan komen disetiap episode, Lili sayang kalian banget❤️
Ketemu lagi work aku selanjutnya ya? Jangan bosen baca ceritaku.
Salam Sayang,
Lili❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Perm [END]
ChickLit[Sequel Ruang Rindu] / REVISI BERJALAN Perm. Sebuah Kota yang terletak di tepi sungai Kama, di kaki Pegunungan Ural. Kota dengan jumlah penduduk yang cukup padat di Negeri Beruang Putih. Pertemuan tidak sengaja membuat Emilly Vathya kembali dihada...