"Your only limit is your mind."
- Anonymous
__________Malam ini Javas, Jo dan Emilly akan segera lepas landas untuk menuju Perm, meninggalkan Indonesia dan segala kenangannya. Saat ini mereka tengah duduk tenang di Jet Pribadi milik Naja Company, mereka duduk di kasur dengan beberapa minuman di tengahnya, mereka sengaja tidak duduk di kursi, Jo memaksa, Jo ingin Emilly menceritakan segala hal tentang pertemuannya dengan Kala, benar. Jo dan Javas mengetahui bahwa Emilly kembali bertemu Kala dan Elona.
Seharian penuh bahkan Jo habiskan untuk mengomel dan mencak-mencak marah, rasa ingin menabok kepala Emilly tinggi namun melihat tatapan datar Javas, Jo jadi malas.
"Kamu! Nakal banget, Abang udah bilang jangan ketemu Kala."
"Nggak sengaja."
Javas menatap Emilly dengan datar, "Jelaskan, jangan ada kebohongan."
Em menghembuskan nafas lelah, mengapa double J ini sangat menyebalkan?
"Intinya dia minta rujuk, Em jawab tidak bisa karena Kala waktu itu telah menalak 3, bahkan dua kali talak sebelumnya selalu Em maafkan, dulu Em dibutakan cinta, seberapa pun rasa sakit yang Kala berikan bagi Em Kala adalah sosok matahari yang menerangi kegelapan Em. Kala bilang bahwa Ia akan mencari pria yang mau dibayar agar mau menikah kontrak dengan Em lalu setelah itu bercerai, Kala dan Em bisa kembali bersama."
Javas dan Jo menganggukan kepalanya berulang, Em tercengang, tadi minta diceritain sampe ngotot tapi sekarang kenapa santai banget?
"Kok diem?"
"Kami udah tau, hanya ingin kamu berkata jujur." Terang Javas. Mana mungkin seorang Javas Naja Parviz tidak mengetahui pergerakan Emilly Vathya, lalu bagaimana mungkin setelah kejadian pahit masa lalu seorang Jovanka Clastha melepaskan Emilly begitu saja. Jangan mimpi kamu Em.
"Hah, aneh. Buang waktu, sana kalian, Em mau tidur."
"Yuk."
Javas melotot, "Kamu mau saya penggal heh?"
Jo melotot, "Saya Abangnya!"
"Abang angkat, Saya curiga kamu lama-lama cinta Em, tolong jaga jarak aman."
Em dan Jo terbengong menatap Javas, pria ini sungguh possesive. Menggemaskan, Em berharap semoga secepatnya jatuh cinta pada Javas.
"Lilly, kalau sudah sampai aku bangunkan. Tidur, terima kasih untuk tidak berbohong, terima kasih karena mau menolak Kala, aku mohon secepatnya cintai aku, balas perasaanku."
Cup
Javas mencium singkat puncak kepala Em lalu tanpa dosa pergi meninggalkan Em dan Jo yang masih melotot, apalagi wajah Jo yang merah padam. Beraninya anak itu mencium Em dihadapan Jo? Heum, jadi kalau di belakang ya boleh yhaa.
"Em, Kamu udah mulai ada perasaan sama Javas?" Tanya Jo, mereka kini tengah duduk berhadapan, Jo menatap intens sang Adik,
"Emilly, Abang sayang kamu. Sayang banget sampe nggak bisa dijabarin, kebahagian itu kita yang ciptakan, jika nanti pada akhirnya kamu jatuh cinta dengan Javas, kamu jangan menggantungan seluruh hidup kamu padanya, hanya diri kamu yang bisa buat kamu bahagia, Javas manusia, bisa hilang kendali. Jangan menangis karena kesedihan, jangan terluka lagi Em, Abang sakit sekali melihat kamu bersedih...,"Emilly mendadak berubah jadi mellow matanya bahkan terlihat berkaca-kaca, Jo, Abangnya yang selalu membuat Emilly kuat menghadapi kejamnya dunia, Jo, sosok terkuat dihati Emilly saat ini setelah kedua Bundanya,
"Em sayang Abang, S-sayangg b-banget...b-banget huhu hiks A-abang.....,"Jo memeluk erat tubuh Jo, menyembunyikan wajah merahnya di cekuk leher Jo, menangis tanpa suara, "M-mungkin? Em belum bisa j-jawab, hiks..."
Jo mengangguk, "Jangan nangis, Abang nggak suka," Jo mendunduk lalu tersenyum kecil, "Jangan kelamaan ya, Javas manusia. Bisa lelah dan sewaktu-waktu bisa pergi." Jo tergerak untuk mendekatkan diri, mencium kening Em singkat, "Dahh ahh, sesi cerita berakhir, Selamat bobok Emilly."
Setelah Jo keluar kamar menyisakan Em yang terdiam dengan air mata terus mengalir perkataan Jo, benar. Mau sampai kapan Javas berjuang sendiri? Jika nanti Javas pergi bagaimana? Sekarang Em mulai merasa nyaman dan Em yakin telah sampai tahap menyukai, semoga berjalan waktu Em akan segera mencintai Javas.
Abang, terima kasih karena selalu ada,
Abang, terima kasih karena menguatkan Em,
Abang, terima kasih karena menjaga Em,
Abang, terima kasih rela menjadi payung untuk Em...-Hello, Perm-
"Maaf, aku terlalu banyak gerak." Javas menenangkan Emilly yang bergerak gelisah dalam pangkuannya, Javas dan Em kini tengah berada di mobil yang akan mengantar mereka ke rumah Jo yang akan ditinggali bersama Em. Sedangkan Jo, begitu sampai Bandara Ia langsung memisahkan diri karena ingin bertemu beberapa teman yang berada di Perm.
Perjalanan menempuh waktu 1 jam lamanya, ini masih berjalan 30 menit, masih ada waktu 30 menit lagi untuk sampai di rumah Jo, Javas tertunduk untuk menatap wajah cantik Emilly. Gadis ini begitu polos saat tertidur, bibir ranum itu seolah memanggil Javas untuk mendekat.
"Nghhh.."
Emilly mengerjapkan matanya, menyipit untuk menyesuaikan cahaya yang ada disekitar, tatapannya melebar, ini bukan Jet namun ada di dalam Mobil, dan apa ini? Em duduk di pangkuan Javas? Bagaimana mungkin?
"Sudah bangun hm?" Tangan Javas terulur merapihkan anak rambut yang menghalangi kecantikan Em.
"Aku lama ya tidurnya?"
"Lumayan. Tidur lagi, masih jauh."
Em menggeleng, Ia menggeser tubuhnya untuk turun dari pangkuan Javas, bagaimana pun mereka belum ada ikatan serius, Em juga belum terbiasa dengan skinship bersama Javas. Javas membiarkan itu, lagipula Ia merasa belum memiliki hak mutlak akan Emilly.
"Kamu cantik, hati kamu cantik, perkataan kamu cantik. Emilly, aku sangat berterima kasih pada Ibu-mu karena telah melahirkan wanita sehebat kamu, Aku juga ingin berpesan pada Tuhan tolong sampaikan pada Ibu-mu bahwa anaknya kini tumbuh menjadi wanita tangguh, wanita cantik dan wanita ini akan segera menjadi Ibu dari anak-anak aku."
Emilly berkaca-kaca, perkataan Javas sungguh sangat menusuk hatinya, Ia begitu bahagia saat ini,
"Javas, Aku suka kamu, aku sayang kamu, belum cinta. Tapi aku usahakan, jadi tunggu aku ya? Sebentar lagi, jangan jatuh cinta sama wanita lain ya? Sebentar lagi, aku juga akan berlari bersamamu mengapai warna baru untuk kita berdua."
Javas tersenyum kecil, "Kamu mau belajar mencintai aku dengan cara kita berdekatan? Kalau aku mempunyai ide bagaimana kita menikah? Sepertinya dengan kita menikah kamu lebih mudah mencintaiku, karena kita akan bertemu setiap hari dan aku akan ada didekat kamu setiap saat."
Javas mengelus surai panjang Emilly, "Lilly, aku memang mencintai kamu sederas hujan yang jatuh di bumi, tapi satu hal yang harus kamu ingat, hujan bisa kapan aja berhenti lalu berganti pelangi."
Javas memandang lekat Emilly, mencoba mengatakan bahwa Ia sangat mencintai Emilly, Javas memang pada dasarnya bukan pria yang sabar jika menginginkan sesuatu, hanya omong kosong belaka jika Ia bilang akan dengan cara pelan dan halus.
-tbc-
Javas...
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Perm [END]
ChickLit[Sequel Ruang Rindu] / REVISI BERJALAN Perm. Sebuah Kota yang terletak di tepi sungai Kama, di kaki Pegunungan Ural. Kota dengan jumlah penduduk yang cukup padat di Negeri Beruang Putih. Pertemuan tidak sengaja membuat Emilly Vathya kembali dihada...